PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP
LOYALITAS KARAYAWAN (LENGKAP)
A.
PENDAHULUAN
Sumber
daya manusia adalah pendukung utama organisasi dalam mencapai tujuannya, karena
pada dasarnya manusia mamiliki kecakapan, kecerdasan, kemauan, harapan,
pengetahuan, kepercayaan, kesetiaan dan sebagainya. Semua ini merupakan
karakteristik yang dimiliki oleh manusia. Jika karakteristik manusia tersebut
diterapkan dalam sebuah organisasi, maka akan terwujudlah bentuk tingkah laku
individu dalam sebuah organisasi.
Dalam sebuah perusahaan tidak lepas dengan adanya
pemimpin dan karyawan yang mengemban tanggungjawab dan dituntut memiliki sikap
kesetian, kesungguhan, kecakapan, kecermatan, gairah kerja, serta kekompakan
dalam melaksanakan tugasnya. Dengan kata lain memiliki loyalitas yang tinggi
tidak mudah menyerah bila mendapat kesulitan-kesulitan dalam melaksanakan
pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
Seorang pemimpin memiliki kekuasaan dan wewenang dalam
memerintah bawahan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka sudah
sewajarnya seorang pemimpin dituntut memiliki kecakapan dan kecerdasan yang
lebih dari pada bawahannya. Ciri-ciri seorang pemimpin menurut Rodger D,
Collons adalah memiliki kecerdasan, kelancaran berbahasa, kemampuna untuk
memecahkan masalah, kesadaran akan kebutuhan, keluwesan, keasediaan menerima
tanggung jawab, keterampilan sosial, kesadaran akan diri dan lingkungan.
(Husein 2005 : 32)
Seorang pemimpin
yang memiliki kecerdasan emosional (Emotional Quotient) tinggi adalah orang yang mampu mengatasi
konflik dan bisa mengkondisikan orang-orang yang dipimpinnya. Keberhasilan
seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual (Intelligence
Quotient) yang tinggi saja tetapi
harus diimbangi dengan kecerdasan
emosional (Emotional Quotient) , sebagaimana di katakan oleh seorang
Psikolog bernama Howard Garner dalam Steven (2002: 32) bahwa adanya inteligensi
lain, yang disebut sebagai kecerdasan emosional, dengan kecerdasan tersebut
orang pun terbuka wawasannya.
Untuk mengetahui seorang pimpinan yang memiliki
kecerdasan emosional tinggi, tidak hanya diukur dengan titel atau
kepangkatannya, tetapi tanyakan pada mereka yang selalu berhubungan dengannya.
Misalnya dalam sebuah perusahan adalah karyawan, satpam, sopir, staf dan
lain-lain. Dari merekalah akan dapat diketahui citra kepribadian seorang
pemimpin, terutama di saat-saat seseorang terkondisikan untuk marah. Kecerdasan
emosional (Emotional Quotient) seseorang mudah terlihat pada keadaan kritis,
yaitu ketika seseorang dalam keadaan yang tidak menguntungkan atau dalam posisi
terancam.
Loyalitas karyawan masih merupakan permasalahan bagi
kebanyakan organisasi dalam sebuah perusahaan. Gejala-gejala yang ada
dilapangan masih sering terdengar dan terasakan, misalnya ketidak nyamanan
kerja atau adanya tawaran menarik dari
perusahaan lain, tanpa ragu karyawan tersebut berpaling pada perusahaan lain.
Loyalitas karyawan yang tinggi biasanya ditandai dengan adanya kesetiaan dalam
melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan peraturan dan ketentuan-ketentuan
perusahaan. Oleh karena itu, loyalitas karyawan tidak hanya timbul dari
sendirinya, melainkan dapat timbul karena adanya kondisi tertentu, maka sudah
selayaknya suatu organisasi atau perusahaan memeperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Dari beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
loyalitas karyawan salah satunya adalah peranan pemimpin dalam sebuah
organisasi. Loyalitas sebagai perilaku setia, yang pada umumnya datang diri
karyawan sendiri. Konsep tentang Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient) di
atas, tentunya juga akan memberikan pengaruh dalam meningkatkan loyalitas
karyawan dalam sebuah organisasi.
Peneliti mengambil obyek penelitian di Koperasi ”SAE”
Pujon Malang Berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam Koperasi dimungkin
masih belum pernah diadakan penelitian terhadap permasalahan tersebut. Keperasi
tersebut adalah koperasi terbesar di daerah Pujon Kabupaten Malang yang
memiliki 7 unit bidang usaha yaitu: administrasi, peternakan, teknis dan
transportasi, pakan ternak, persusuan, kios susu dan pembesaran pedet (Rearing). Koperasi tersebut letaknya di Jl. Brigjen
Abdul Manan Wijaya 16 Pujon Malang. Yang
mana Koperasi terseebut telah memiliki ratusan karyawan yang tergabung di
dalamnya dan didasari dengan masah kepemimpinan dan kecerdasan emosi yang tidak
pernah membosankan untuk di bahas tentunya sangat menarik untuk dikaji. Dalam hal ini Kepemimpinan dan kecerdasan
emosi adalah merupakan elemen penting dalam menumbuhkan loyalitas karyawan pada
Koperasi tersebut. Oleh karena itu melalui penelitian ini akan dikaji bagaimana
pengaruh kepemimpinan dan kecerdasan emosi terhadap loyalitas karyawan pada
Koperasi ”SAE” Pujon Malang.
B.
TUJUAN
PENELITIAN
1.
Untuk mengetahui apakah kepemimpinan dan
kecerdasan emosi berpengaruh secara simultan terhadap loyalitas karyawan
Koperasai “SAE” Pujon Malang
2.
Untuk mengetahui apakah kepemimpinan dan
kecerdasan emosi berpengaruh secara parsial terhadap loyalitas karyawan
Koperasai “SAE” Pujon Malang.
3.
Untuk mengetahui
variabel manakah yang dominan berpengaruh antara kepemimpinan dan kecerdasan
emosi terhadap loyalitas karyawan
Koperasai ”SAE” Pujon Malang.
C.
METODE
PENELITIAN
1. Jenis Dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian survey,
yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpul data pokok. (Singarimbun, 1987:3)
Adapun desain riset yang dipakai adalah desain deskriptif
eksplanatory karena riset ini merupakan riset yang ditujukan untuk menguji
hipotesis-hipotesis berdasarkan teori yang telah dirumuskan sebelumnya dan
kemudian data yang telah diperoleh dihitung lebih lanjut melalui pendekatan
kuantitatif (Umar, 2003: 95)
2. Populasi dan Sampel
a).
Populasi Penelitian
Menurut
pendapat Sugiyono (2005:72) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh karyawan di
Koperasi "SAE" Pujon Malang yang berjumlah 247 orang karyawan dan
karyawati (data dari Notulen Rapat Anggota Tahunan (RAT) Koperasi
"SAE" Pujon Malang , 2006).
b). Sampel
Menurut Arikunto (2002:111) Dengan penelitian sampel,
maka akan lebih efisien (dalam arti uang, waktu, dan tenaga). Oleh karena itu
dalam penelitian ini juga menggunakan penelitian sampel, mengingat jumlah
populasi yang cukup besar serta keterbatasan peneliti yang tidak dapat dihindari
dalam hal waktu, tenaga dan biaya.
Dalam penentuan jumlah sampelnya peneliti menggunakan
Rumus Slovin (Umar, 2002:136), yaitu :
Jika diketahui jumlah populainya adalah 247 orang dengan
menggunakan tingkat kelonggaran ketidak telitian sebesar 10% maka jumlah sampel
adalah:

c). Teknik
Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sample
yang digunakan adalah menggunakan Proportional Radom Sampling
dari populasi yang berstrata atau berwilayah (Arikunto, 2002:117). Koperasi
“SAE” Pujon Malang memiliki 7 unit dengan jumlah populasi sebanyak 247 orang, sedangkan sampelnya sebanyak 71
responden
Hasil Pembagian
Sampel dalam Setiap Unit
No
|
Unit
|
Jumlah Populasi
|
Jumlah Sampel
|
1
|
Administrasi
|
58
|
17
|
2
|
Peternakan
|
19
|
6
|
3
|
Transportasi
|
21
|
6
|
4
|
Pakan ternak
|
47
|
13
|
5
|
Persusuan
|
93
|
27
|
6
|
Kios susu
|
5
|
1
|
7
|
Rearing
|
4
|
1
|
Jumlah total
|
247
|
71
|
3. Data dan Sumber Data
Sugiyono
(2005:14) menyatakan bahwa “macam data ada dua yaitu data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk
angka, kalimat, dan gambar. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka,
atau data kualitatif yang diangkakan".
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan
data yang digunakan penelitian ini ada tiga cara, yaitu:
a).
Penyebaran Kuesioner (Angket)
Menurut Arikunto (2002:128) kuesioner adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden,
dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner
yang digunakan dalam penelitian ini bersifat tertutup. maksudnya
jawaban subjek telah dibatasi dengan beberapa alternative jawaban yang telah
disediakan oleh peneliti. .
b).
Wawancara
Wawancara atau kuesioner lisan, adalah
sebuah dialog yang dilakukan pewawancara
untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 2002:132).
c).
Dokumentasi
Metode dokumentasi, yaitu mengenai hal-hal/variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
legger, agenda, dan sebagainya. (Arikunto, 2002:206).
5. Skala Pengukuran
Data
Skala pengukuran merupakan kesepakatan
yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang
ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam
pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif (Sugiyono, 2005:84). Skala
pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert.
Jawaban dari responden dibagi dalam lima kategori penilaian yaitu :
Sangat Setuju (SS) = 5
Setuju (S) =
4
Ragu-Ragu (RR) = 3
Tidak Setuju (TS) = 2
Sangat Tidak Setuju
(STS) = 1
6. Definisi Operasional
Variabel, Indikator dan Item
Variabel
|
Indikator
|
Item
|
Kepemimpinan
(X1)
|
Telling
(X1.1)
|
1. Memberikan
perintah
2. Pengawasan
ketat
3. Penerangan
yang jelas
4. Pemegang
keputusan
|
Selling
(X1.2)
|
5. Menerangkan
keputusan
6. Memberi
motivasi
7. Banyak
mengarahkan
8. Komunikasi
mulai dua arah
|
|
Participating
(X1.3)
|
9. Saling
memberikan gagasan
10. Bersama-sama
membuat keputusan
11. Memahami
dan mendalami bawahan
12. Menganggap
bawahan mempunyai kecakapan
|
|
Delegating
(X1.4)
|
13. Mendiskusikan
permasalahan
14. Kebebasan
dalam menyelesaikan pekerjaan
15. Memberikan
wewenang
|
|
Kecerdasan
Emosi
(X2)
|
Mengenali
emosi diri sendiri
(X2.1)
|
1. Mengenali
emosi
2. Memahami
perasaan
3. Mengenali
perbedaan perasaan
|
Mengelola
emosi
(X2.2)
|
4. Memiliki
toleransi yang tinggi
5. Mampu
meluapkan amarah dengan tepat
6. Tidak
perilaku agresif
7. Memiliki
Perasaan yang positif
8. Dapat
menangani ketegangan jiwa
9.
tidak ada rasa
kecemasan dalam bergaul
|
|
Memanfaatkan emosi secara produktif
(X2.3)
|
10. Bertanggung
jawab
11. Berorientasi
pada tugas
12. Berprestasi
|
|
Mengenali emosi orang lain
(X2.4)
|
13. Menerima
sudut pandang orang lain
14. Berempati
15. Mau
mendengarkan orang lain
|
|
Membina
hubungan
(X2.5)
|
16. Meningkatkan
kemampuan dan memahami hubungan
17. Dapat
menyelesaikan pertikaian
18. Mudah
bergaul
|
|
Loyalitas
(Y1)
|
Kepedulian
(Y1.1)
|
1. Memiliki
kepedulian yang tinggi
2. Mau
berkorban untuk kepentingan perusahaan
|
Merasa memiliki
(Y1.2)
|
3. Merasa
memiliki perusahaan
4. Melibatkan
diri disetiap kegiatan
|
|
Motivasi kerja
(Y1.3)
|
5. Memiliki
motivasi kerja yang tingi
6.
Bekerja keras dalam
menyelesaikan pekerjaan
|
|
Meningkatnya produktivitas kerja
(Y1.4)
|
7. Produktivitas
kerja meningkat
8. Meningkatkan
profesionalisme dalam kerja
|
7. Metode Analisis Data
Metode analisis yang
digunakan untuk menganalisis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan analisa kuantitatif yaitu dengan menggunakan angka-angka
rumus atau model matematis untuk mengetahui ada pengaruh atau tidaknya besarnya
kepemimpinan dan kecerdasan emosi terhadap loyalitas karyawan. Dalam
penelitian ini analisis yang digunakan adalah:
a).
Uji Data
Sebelum instrumen
digunakan untuk menjaring data di lapangan terlebih dahulu dilakukan uji
validitas dan reliabilitas.
Validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen (Arikunto, 2002:144). Rumus validitas yang digunakan yaitu Korelasi
Product Moment (Arikunto, 2002:146), Sebuah data dapat dikatakan valid
apabila validitas tersebut mencapai ≥ 0,30 (Sugiono dan Wibowo, 2001:233)
Reliabilitas adalah
sebuah instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002:154). Untuk
menguji tingkat reliabilitas instrumen, digunakan reliabilitas internal yaitu
dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetesan. Dengan menggunakan
rumus Alpha. (Arikunto, 2002:171)
b).
Analisa Regresi Linier
Untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh kepemimpinan dan kecerdasan emosi terhadap loyalitas
karyawan, maka Peneliti menggunakan analisa regresi linier berganda digunakan
untuk mencari bentuk secara simultan (bersama-sama) dan parsial
(sendiri-sendiri) antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Menurut
Rangkuti (2002:162)
c).
Pengujian Koefisien Persamaan Regresi
Untuk mengetahui
hipotesa yang diajukan tersebut bermakna atau tidak, maka digunakan perhitungan
dengan uji statistik sebagai berikut :
Uji F digunakan untuk
mengetahui pengaruh secara bersama-sama atau simultan antara variabel bebas (X)
dengan variabel terikat (Y). Rangkuti (2002:154)
Untuk menguji secara parsial dilakukan uji t (individual
test), digunakan untuk mengetahui pengaruh tiap-tiap variabel bebas terhadap
variabel terikat. Uji t dapat dilakukan dengan rumus (Rangkuti, 2002:154
D.
KAJIAN TEORITIS
1. Kepemimpinan
a) Pengertian
Kepemimpinan
Dalam
setiap organisasi baik itu organisasi yang berorientasi pada profit maupun yang
non profit pasti memiliki seorang pemimpin yang menjalankan kegiatan keseluruan
organisasi sebagai satu kesatuan. Pemimpin adalah orang yang utama yang menggerakkan roda organisasi dalam
mencapai tujuan yang telah direncanakan, ibaratnya adalah nahkoda kapal yang harus mengerahkan jalannya
kapal, dalam sebuah wadah yang disebut organisasi. Sedang manusia lain
sebagai penumpang di dalam kapal. Nahkoda adalah sumber daya penggerak kapal ke
arah yang diinginkan. Dengan kata lain ke arah mana kapal berlayar, kepelabuhan
mana akan dituju, tergantung sang nahkoda.
Menurut Robbins (1991: 354) kepemimpinan adalah kemampuan
mempengaruhi suatu kelompok ke arah pencapaian (tujuan). Dalam pengertian yang
lain Gipson dkk (1997: 334) mengatakan kepemimpinan adalah upaya menggunakan
berbagai jenis pengaruh yang bukan paksaan untuk memotivasi organisasi agar
mencapai tujuan tertentu.
b) Teori Kepemimpinan
1). Teori
Greatman dan Teori Bang
Teori Greatman yang usianya sudah cukup tua ini
menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan bakat atau bawaan sejak seseorang lahir
dari kedua orang tuanya. Seperti yang diungkapkan oleh Bennis dan Nanus (1990:
3) mejelaskan bahwa teori Greatman (orang besar) berasumsi pemimpin
dilahirkan bukan diciptakan. Teori ini melihat bahwa kekuasaan berada pada
sejumlah orang tertentu, yang melalui proses pewarisan memiliki kemampuan
memimpin atau karena keberuntungan memiliki bakat untuk menempati posisi
sebagai pemimpin. Misalnya di
negara Indonesia disebut
keturunan berdarah biru yang berhak menjadi pemimpin, sedangkan orang lain
tidak ada pilihan selain menjadi pihak yang dipimpin.
Bennis
dan Nanus (1993: 3) juga menyatakan bahwa dalam perkembangan berikutnya, teori
kepemimpinan dan bakat cenderung ditolak dan lahirlah teori Big Bang.
Teori kepemimpinan
0 Komentar