Skripsi lengkap sampai dafatar pustaka dengan judul : Kemitraan Antara PT Telkom, tbk dan Koperasi Pegawai Telekomunikasi Melalui Pola Outsourcing (Studi Pada Kantor Daerah Telekomunikasi Malang dan KOPEGTEL Malang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber
Daya Manusia (untuk uraian selanjutnya disingkat SDM) merupakan elemen kunci
dari sebuah organisasi. Manusia memegang peranan dominan dalam keseluruhan
kegiatan organisasi atau perusahaan, baik berperan sebagai pengemban misi
organisasi, sebagai pemimpin organisasi maupun sebagai karyawan. Tanpa ada
faktor manusia mustahil organisasi / perusahaan dapat berjalan dan mencapai
tujuan yang diharapkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Moenir (1987:57)
bahwa:
“Tidak
disangsikan lagi bahwa peranan manusia dalam organisasi adalah menentukan. Oleh
karena hidup matinya organisasi semata-mata tergantung pada manusia. Apalagi
manusia dalam organisasi itu bermoral baik, dinamis dan bersatu maka organisasi
akan dapat hidup dan berkembang dengan baik. Tetapi sebaliknya apabila manusia
dalam organisasi itu bermoral rendah, statis dan saling curiga maka organisasi
tidak akan dapat bertahan hidup.”
Dengan demikian perlunya memanfaatkan sumber daya
manusia secara tepat untuk menunjang dan menjamin kelangsungan serta kemajuan
organisasi / perusahaan.
Dalam
era reformasi dewasa ini, masyarakat Indonesia cenderung memandang institusi
pemerintah secara kritis dan bahkan sinis. Pemerintah baik di Pusat maupun di
daerah dalam posisi yang cukup sulit dihadapkan kepada berbagai tuduhan
penyakit birokrasi yang sangat populer, yakni korupsi, kolusi dan nepotisme
(untuk uraian selanjutnya disingkat KKN).
Kenyataan tersebut tentu saja sangat
mengganggu bagi mereka yang memiliki kepedulian atas keberadaan pemerintah yang
bersih dan berwibawa. Pemerintah dengan sistem birokrasinya menurut konsep
ideal Weber adalah suatu sistem yang efektif dan efisien, serta tidak mungkin
terlibat KKN. Sebab, birokrasi memang dirancang untuk menjunjung tinggi
nilai-nilai profesionalisme, spesialisme, produktivitas, kontrol yang ketat,
serta pemerataan pelayanan yang berkeadilan (equity) bagi seluruh
masyarakat tanpa terkecuali. Pada kenyataannya kita dihadapkan kepada kondisi
yang jauh daripada ideal. Sejak lama telah berkembang tuntutan masyarakat luas
maupun kalangan akademik yang menghendaki dilakukannya “reformasi, revitalisasi
atau restrukturisasi” sektor publik. Tuntutan ini bukan suatu kelatahan semata
dari adanya program serupa di luar negeri, tetapi memang merupakan kebutuhan
yang mutlak, terutama dalam rangka menghadapi persaingan global pada abad ke-21
nanti.
Gagasan akan perlunya efisiensi
sektor publik dan profesionalisme aparatur ini, jelas didasari oleh pemikiran
bahwa pada masa yang akan datang, aparatur negara akan dihadapkan pada suatu
kondisi obyektif yang menuntut daya saing (competitiveness) serta
kecepatan, ketepatan dan keakuratan (effectiveness) penyelenggaraan
tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan. Terlebih lagi jika tuntutan
masyarakat terhadap jasa pelayanan umum (public service) semakin
meningkat.
Jika
kondisi semacam ini terus berlanjut, maka tidak tertutup dapat terjadi gap atau
kesenjangan yang pada gilirannya akan menjauhkan birokrasi dari masyarakat yang
harus dilayaninya. Oleh karena itu reformasi di sektor publik tidak dapat hanya
dilakukan secara serentak pada suatu waktu tertentu saja, akan tetapi justru
perlu dilakukan secara gradual dan berkelanjutan mengikuti alur perubahan
tuntutan aspirasi masyarakat.
Berdasarkan
kondisi empiris tersebut, birokrasi sektor publik - baik di negara maju maupun
berkembang - secara konsisten telah melakukan berbagai strategi reorientasi
revitalisasi maupun reformasi dari fungsi-fungsi kepemerintahan dan
pelayanannya. Beberapa negara yang telah mencoba melancarkan program reformasi ini
antara lain Kanada dangan Publik Service Reform 2000 (PS 2000), atau Malaysia
dengan Visi 2020-nya.
Keseluruhan
program reformasi sektor publik tersebut di atas, menjadi lebih fenomenal
dengan lahirnya konsep Reinventing Government (1992) oleh Osborne dan
Gaebler. Konsep Reinventing Government menggambarkan berbagai upaya
strategi dan pendekatan yang telah dilakukan sektor publik di USA dalam
melakukan reformasi, restrukturisasi ataupun revitalisasi praktik
penyelenggaraan pemerintahan negara, daerah maupun badan usaha milik
pemerintah. Mereka menyebut keseluruhan upaya tersebut sebagai tindakan
“Penemuan Kembali Praktik Pemerintahan (Reinventing Government)”. Mereka
menyakini bahwa proses “penemuan” tersebut dilandasi oleh semangat
kewirausahawan yang melekat dalam diri aparatur pemerintah, yang mendororng
mereka untuk melakukan berbagai upaya perbaikan dan perubahan yang mendasar
dalam praktik penyelenggaraan pemerintah.
Meskipun
secara konseptual kedua pakar di atas telah memberikan garis-garis besar
mengenai program reformasi sektor publik, namun perlu dipahami juga bahwa
aparatur pemerintah di masing-masing negara memiliki nuansa-nuansa secara
kontekstual yang berbeda. Oleh karena itu, implementasi prinsip-prinsip
kewirausahaan birokrasi perlu kita sikapi secara bijaksana, dalam pengertian
bahwa tujuan hakiki program reformasi sesungguhnya adalah meningkatkan kualitas
pelayanan kepada masyarakat, bukan untuk mewirausahakan birokrasi semata-mata.
Keterlibatan
negara dalam bidang ekonomi yang dalam konteks ini di perankan oleh Badan Usaha
Milik Negara (untuk uraian selanjutnya disingkat BUMN) dan koperasi. BUMN
sebagai alat melaksanakan kebijaksanaan ekonomi dan alat pembangunan ekonomi
mengalami pergeseran dengan munculnya swastanisasi, yang dipelopori Inggris
sejak tahun 1979.
Indonesia
sampai tahun 1996 belum jelas kearah mana swastanisasi terhadap BUMN. Mantan
menteri keuangan, Mari’e Muhammad mengatakan bahwa “dalam menghadapi era
globalisasi di abad ke-21 visi BUMN didefinisikan kembali, BUMN harus
memperlakukan diri seperti perusahaan swasta yang berorientasi pada cost
benefit, customer oriented, dan mempunyai jiwa kewirusahaan yang tinggi”
(dalam Ibrahim R, 1997;171-172).
Dalam
konteks ekonomi disini, target restrukturisasi mengarah pada proses penyebaran
peluang usaha, kesempatan dalam pemilikan usaha, pengembangan potensi dan
jaringan usaha serta peluang menikmati hasil kepada para mitra usaha.
Meningkatnya jaringan usaha yang dijalin atas landasan hubungan kemitraan dan
kesetaraan antar sesama pelaku usaha. Format konfigurasi dunia usaha seperti
ini sebenarnya menjadi kebutuhan nasional dewasa ini dan mendatang.
Terlebih perubahan global
tersebut telah melahirkan pergeseran berbagai dimensi dan aspek usaha dan
faktor penentu keunggulan tidak lagi tergantung pada penguasaan sumber daya
alam yang berlimpah, tapi pada aspek penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hal ini diperlukan suatu strategi yang berorientasi pada upaya penguatan
lapisan lemah atau kecil pada dasarnya merupakan upaya pengembangan human
investment, sebab investasi manusia melalui pengembangan tingkat
kecerdasan, ketrampilan serta lingkup wawasannya, merupakan prasyarat dasar
menuju efisiensi dan efektifitas yang menjadi tuntutan dunia usaha dewasa ini.
Salah
satu cara menujunya adalah menjalin hubungan kemitraan dengan berbagai jenis
perusahaan kecil disekitar lokasi usaha, agar semua aspek yang berkaitan dengan
kegiatannya dapat disebarkan kepada mitra kerja yang mengelolah aspek tersebut.
Aspek itu antara lain: transportasi, produksi komponen, pemasaran, sumber daya
manusia, dan lain-lain.
Ibarat
jaringan merupakan satu keasatuan armada, yang terdiri dari berbagai jenis
kapal, namun dalam satu rentang kendali operasi yang sama. Sementara dalam olah
gerak taktis, diserahkan kepada tiap-tiap “nakoda” kapal masing-masing. Disini
perusahaan besar dapat berperan sebagai kapal induk yang berfungsi
mengendalikan pelaksanaan strategi operasi.
Demikian
gambaran dari kemitraan antara Perusahaan Terbatas (Persero) Telekomunikasi
(untuk uraian selanjutnya disingkat PT. TELKOM), tbk dengan Koperasi Pegawai
Telkom (untuk selanjutnya disingkat KOPEGTEL) kantor daerah telekomunikasi
(untuk selanjutnya disingkat Kadatel) Malang. Dalam format hubungan kemitaan
usaha ini, maka kedudukan KOPEGTEL tidak berada dalam posisi subcontracting
yang subordinat vertikal PT. TELKOM, tbk Malang. Tetapi berada dalam kedudukan
sejajar sebagai bagian dari related sytem yang bertaut horisontal. (bersambung)....
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian adalah
terjemahan dari bahasa Inggris “research”
yang berarti usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali, yang dilakukan dengan
suatu metode tertentu dan dengan cara hati-hati, sistematis serta sempurna
terhadap permasalahan sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau
menjawab problemanya (Subagyo,1991:2).
Menurut Poerwadarminto
(1984:649), metode penelitian dapat diartikan sebagai suatu cara yang digunakan
peneliti dalam melaksanakan penelitian. Agar penelitian dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah, diperlukan metode yang tepat,
ini akan memepengaruhi hasil penelian yang akan diperoleh yaitu berupa data
yang valid dan relevan serta sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga dapat
digunakan dalam menganalisa data.
Berdasarkan beberapa
pendapat diatas, maka penelitian dapat dikatakan merupakan kegiatan untuk
mengumpulkan, mengklasifikasikan dan menginventarisir data dengan metode
ilmiah. Sedangkan metode penelitian merupakan cara yang dipergunakan untuk
melakukan peneltian. Metode penelitian mempunyai fungsi menurut Nasir (1988:51)
yaitu untuk memandukan peneliti tentang urutan bagaimana penelitian dilakukan.
A. Jenis Penelitian
Jenis
penelitian khususnya penelitian sosial menurut Sanapiah Faisal (1992:18) dapat
digolongkan menjadi:
1.
Penelitian eksplanasi, yaitu suatu penelitian yang
dimaksudkan untuk menemukan dan mengembangkan teori, sehingga hasil atau produk
penelitiannya dapat menjelaskan mengapa (variabel) antiseden apa saja yang
memepengaruhi terjadinya suatu gejala atau kenyataan sosial tertentu.
2.
Penelitian Deskriptif, yaitu suatu penelitian yang
dimaksudkan untuk melukiskan atau menggambarkan ejumlah variabel yang berkenaan
dengan masalah dan unit yang diteliti, tanpa mempersoalkan hubungan antar
variabel.
3.
Penelitian Eksplorasi, yaitu suatu penelitian yang
dimaksudkan sebagai upaya aksplorasi dan klasifikasi mengenai suatu fenomena
(kenyataan sosial).
Jenis
penelitian yang dipergunakan oleh peneliti yaitu penelitian deskriptif, dengan
menggunakan metode pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong,
2000:5) metodologi kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.
Menginggat bahwa penelitian ini
dilakukan dengan tujuan melukiskan dan menggambarkan sistem, mekanisme mualai
dari perencanaan sampai dengan evaluasi, dan kendala-kendala yang diahadapi
serta cara pemecahannya dalam kegiatan kemitraan antara PT. Telkom (persero),
tbk Malang dan Koperasi Pegawai Telkom (KOPEGTEL) melalui pola outsourcing. Untuk itu dilakukan
wawancara, dimana responden dalam metode kualitatif berkembang terus (snowball) secara bertujuan (purposive) sampai data yang dikumpulkan
dianggap memuaskan.
B. Fokus Penelitian
Fokus
penelitian adalah hal-hal yang dijadikan pusat perhatian dari apa yang
diteliti, guna mendapatkan data untuk dikumpulkan, diolah, dan dianalisa serta
diinterprestasikan. Sesuai dengan pendapat Moleong (1993:237) fokus penelitian
dapat diartikan sebagai penetapan masalah yang menjadi pusat perhatian
peneliti. Masalah dalam hal ini adalah keadaan yang “membingungkan” akibat
adanya kaitan dua atau lebih faktor. Faktor tersebut dapat bersifat konsep,
data empiris, pengalaman atau unsur lainnya yang apabila ditempatkan secara
berkaitan akan menimbulkan persoalan atau kesukaran. Fungsi fokus penelitian
bertujuan agar penelitian yang akan dilakukan dapat terarah dan sesuai dengan
masalah dan tujuan penelitian.
Penelitian
yang dilakukan disini adalah penelitian yang berhubungan dengan kemitraan
melalu pola outsourcing oleh PT.
Telkom, tbk dan Koperasi Pegawai Telkom (KOPEGTEL) Malang. Oleh karena itu
untuk menghindari pembiasan dan pelebaran pembahasan, maka fokus penelitiankhusus
ditekankan pada:
1.
Kemitraan antara PT. Telkom, tbk
(Kandatel) dan KOPEGTEL Kotamadya Malang melalu pola outsourcing, meliputi:
a.
Sistem kemitraan melalui pola outsourcing.
b.
Mekanisme pola outsourcing.
·
Perencanaan pola outsourcing,
·
Pelaksanaan kemitraan melalui
pola outsourcing,
·
Evaluasi pelaksanaan pola outsourcing.
2.
Kendala yang dihadapi dalam
kemitraan tersebut dan cara penyelesaiannya.
C. Lokasi dan Situs Penelitian
Lokasi
penelitian merupakan sampel, populasi ataupun generalisasi benda, sedangkan
situs penelitian sebagaimana dikemukakan oleh Irwan Noor, dkk (1994:11) ialah
menunjukkan keadaan sebenarnya dari obyek-obyek yang diteliti guna memperoleh
data.
Berdasarkan
uraian diatas, maka dalam penelitian ini peneliti menjadikan Kantor Daerah
Telekomunikasi Malang (Kandatel) di Jl. A. Yani no. 11 Malang dan Koperasi
Pegawai Telkom, Jl. Tenaga Malang sebagai lokasi penelitian. Sedangkan situsnya
yaitu:
1)
Kantor PT. Telkom, tbk Malang,
meliputi:
a.
Bagian Administrasi SDM
b.
Bagian Logistik
c.
Unit Pelayanan Pelanggan di Lt.6
Kandatel Malang
2)
Koperasi Pegawai Telkom,
khususnya bagian Administrasi SDM.
Dengan alasan bahwa KOPEGTEL Malang merupakan salah satu
mitra kerja dari PT. TELKOM, tbk Malang yang dipercaya untuk mengurusi tenaga
kerja luar (bersifat kontrak) atau sering disebut outsourcing perusahaan Telkom itu sendiri.
D. Sumber Data
Sumber data
yang dimaksud dalam penelitian ini berhubungan dengan sumber-sumber informasi
baik berupa orang-orang atau dokumen-dokumen yang dapat memperkaya dan
memperpadat informasi tentang permasalahan yang menjadi pusat perhatian
peneliti. Menurut Lofland & Lofland (Moleong, 2000:112) sumber data utama
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Dalam
penelitian ini data sangat diperlukan sebagai bahan acuan analisa dan membuat
rekomendasi. Ada dua sumber data yang akan dikumpulkan oleh peneliti, antara
lain yaitu:
1.
Data Primer, merupakan data yang
dikumpulkan langsung dari informan saat melakukan penelitian, melalui wawancara
dengan:
a)
Kepala Bagian Administrasi SDM
dan Bagian Logitik, serta staf atau pengawas unit pelayanan pelanggan PT.
Telkom Kandatel Malang.
b)
Kepala Bagian Administrasi SDM
KOPEGTEL.
2. Data Sekunder, adalah data
yang mendukung data primer yang diambil dari berbagai literatur tentang BUMN,
Koperasi, Outsoucing dan teori-teori yang mendukung seperti makalah-makalah
kuliah, majalah dan media yang menunjang lainnya serta dokumen-dokumen atau
catatan yang berhubungan kemitraan melalui pola outsourcing oleh KOPEGTEL dan PT.Telkom Kandatel Malang.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui tiga cara,
yaitu:
1. Observasi
(pengamatan)
Studi yang
sengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan
jalan pengamatan dan pencatatan (Kartini Kartono,1983:142). Observasi ini
dilakukan secara non partisipatif dimana observer tidak ikut berpartisipasi
dalam kegiatan-kegiatan para subyek yang diobservasi dan tidak tersetruktur,
dimana observer tidak mengguakan panduan yang telah disiapkan sebelumnya.
Metode ini digunakan peneliti sejak saat melakukan studi pendahuluan sampai
akhir penelitian. Data yang ingin dikumpulkan dengan cara ini adalah tentang
ketersediaan dan kondisi perangkat kerja serta keadaan tata ruang kantor yang
berhubungan dalam kemitraan melalui pola outsourcing.
2. Interview
(wawancara)
Percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atau
informasi atas pertanyaan itu (Moleong,1993:135).
Kartini
Kartono (1983:171) menjelaskan bahwa dalam proses ini ada dua pihak yang
menempati kedudukan yang berbeda. Pihak yang satu berfungsi sebagai pengejar
informasi atau penanya (interviewer /
informan hunter), sedang pihak
lainnya berfungsi sebagai pemberi informasi (information supplyer / informan). Interviewer atau pengejar informasi mengajukan
pertanyaan-pertanyaan meminta keterangan dan penjelasan, sambil menilai jawaban-jawabannya
sekaligus mengadakan parapharase (mengungkapkan
isi dengan kata-kata lain), mengingat-ingat dan mencatat jawaban-jawaban serta
menggali keterangan-keterangan lebih lanjut.
Data
yang ingin dikumpulkan dengan cara ini adalah tentang gambaran dari sistem dan
mekanisme kemitraan serta kendala-kendala yang dihadapi serta upaya-upaya yang
dilakukan bagian organisasi dalam mengoptimalkan kemitraan melalui pola outsourcing.
3. Dokumentasi
Pengumpulan
data dengan cara mencatat dan memanfaatkan data yang ada di instansi terkait
berupa arsip, peta maupun data sekunder yang relevan (Arikunto, Suharsini.
1993:2000). Data yang ingin dikumpulkan dengan cara ini adalah arsip-arsip dan
dokumen-dokumen yang mencakup aspek kelembagaan dan kemitraan melalui pola outsourcing.
Instrumen Penelitian
Salah satu
ciri-ciri dari penelitian kualitatif adalah manusia sebagai alat atau instrumen
penelitian. (Moleong, 2000:4)
Alat-alat yang digunakan untuk
menggali data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau mencapai tujuan
penelitian. Secara praktis dlam penelitian kualitatif, peneliti harus terjun
langsing dalam penelitian yang akan dilakukan, kerena peran dan keterlibatanya
di suatu penelitian sangat besar. Untuk itu penelitian ini ditunjang dengan tape recorder, pedoman wawancara yaitu
pokok-pokok pertanyaan yang hendak diajukan pada aktor-aktor sumber data dalam
penelitian dan catatan lapangan atau alat-alat tulis menulis.
Analisa Data
Data mentah
yang dikumpulkan oleh peneliti tidak akan ada gunanya jika tanpa dianalisa. Analisis
data merupakan kegiatan yang penting , karena pada tahap ini data mentah
berusaha dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil
disimpulkan kebenarannya untuk memahami atau menjawab permasalahan yang
diajukan dalam penelitian.
Menurut
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman analisa data memiliki arti yang luas,
yang meliputi penyederhanaan data dan penyajian data. Dalam penelitian ini
analisa data yang peneliti gunakan adalah metode analisa kualitatif. Beberapa
hal yang terdapat dalam analisa kualitatif yaitu; pertama, data yang muncul
berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data itu mungkin dikumpulkan
dalam aneka macam cara antara lain observasi, wawancara, intisari (bersambung).....
0 Komentar