BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam
banyak kasus, hidup kita ternyata lebih dimudahkan dengan
adanya
sistem jaringan, misalnya pada World Wide Web atau
dikenal dengan
Internet.
Internet bekerja melalui sistem jaringan yang saling menghubungkan
antar
komputer diseluruh dunia. Komputer siapapun yang telah tersambung
dengan
jaringan ini, bisa saling berinteraksi. Mengirim surat, pemesanan dan
pembayaran
barang, akses informasi, dan lain sebagainnya. (Kuswara, 2005:3,
Jaringan
Silaturahmi, http://www.mqbiz.com/ ,2005). Walaupun terkadang kita
direpotkan
pula oleh adanya jaringan yang bercitra negatif, seperti jaringan
teroris,
jaringan mafia obat-obatan, dan lain sebagainnya. Jaringan ternyata
dapat
memudahkan dan di sisi lain dapat pula menyulitkan kehidupan kita.
Charles-Albert Poissant dalam bukunya “Rahasia Keberhasilan 10
Jutawan
Terkemuka Dunia” memberikan kesimpulan bahwa untuk menjadi
seperti
para jutawan terkemuka, kita harus mengembangkan jaringan. Tiada lain,
karena
jaringan akan membantu kita menaiki jenjang sukses jauh lebih cepat dari
yang
pernah kita bayangkan. (Kuswara, 2005:3). Jaringan adalah kata kunci yang
harus
benar-benar dipahami oleh siapa pun yang ingin sukses dalam hidup ini.
Orang-orang
sukses ternyata adalah mereka yang berhasil mencari dan
membangun
jaringan (Jaringan Silaturahmi, http://www.mqbiz.com/
,2005).
Dalam khazanah Islam, kita mengenal istilah silaturahmi untuk maksud
yang
sama. Secara estimologis, silaturahmi berarti menghubungkan kekerabatan
dan
persaudaraan atas dasar cinta dan kasih sayang, sekaligus menghilangkan
segala
kedengkian, kebencian dan permusuhan diantara sesama. Bahkan
silaturahmi
menjadi salah satu dibukanya pintu rizki, sebagaimana Rasulullah
SAW
bersabda :
عن أبى ھریرة رضى الله عنھ قل: قل رسول ا لله صلى عل یھ وسلم : من أ حب
ان
یبسط لھ فى رزقھ وأن ینسافى أثره فلیصل رحمھ (اخرجھ البخرى)
"Barang siapa yang mempunyai keinginan
untuk diluaskan rizkinya yang
diakhirkan ajalnya, maka hendaklah ia
menyambung silaturahmi" (HR Imam
Bukhari dari Abu Hurairah).
Silaturahmi pada akhirnya akan melahirkan kekuatan jaringan yang
sangat
dahsyat. Dengan kekuatan silaturahmilah tidak ada masalah yang tidak
bisa
dipecahkan. Tidak ada hal yang berat kecuali bisa diangkat. Dan tidak ada
jalan
buntu kecuali bisa ditembus. Kita bekerja keras mencari dan membangun
jaringan
berarti kita sedang mengembangkan silaturahmi. Silaturahmi dapat
melipatgandakan
rizki. Begitu juga bisnis pemasaran jaringan yang mampu
membuat
pertumbuhan rizki kita menjadi sangat eksponensial. Memadukan
silaturahmi
dalam kerangka bisnis berarti kita memadukan kebaikan-kebaikan
(Kuswara,
2005:3).
Adalah Network Marketing/Multi Level Marketing (MLM), salah satu bisnis
yang
memanfaatkan sistem pemasaran jaringan, yang oleh Robert T. Kiyosaki
(2005:102-106)
pengamat pemasaran jaringan asal Hawai, keturunan Amerika-
Jepang
menyebutnya sebagai Jaringan pribadi terwaralaba. Keunggulan sistem
pemasaran
jaringan ini adalah bahwa kekuatan hukum Metcalf dapat
dimanfaatkan
oleh orang rata-rata, orang-orang seperti kita, dengan syarat
mematuhi
hukum tersebut. Rumus ini dapat dilihat dalam kasus jaringan mesin
faks.
Jika hanya ada satu mesin faks di dunia ini, ia benar-benar tidak
mempunyai
nilai ekonomis. Tapi, ketika ada dua mesin faks, menurut Hukum
Metcalf,
nilai ekonomis mesin faks tersebut kini menjadi pangkat dua. Nilai
ekonomis
jaringan itu naik dari 0 menjadi 4. Tambahkan mesin faks ketiga, nilai
ekonomis
jaringan tersebut naik dari 4 menjadi 9. Jika jumlah mesin faks terus
bertambah,
nilai ekonomisnya berlipat pula. Dengan kata lain, nilai ekonomi
sebuah
jaringan naik menurut deret ukur, bukan deret hitung (Kuswara, 2005:6).
Kalau kita mengikuti prinsip-prinsip hukum itu, bergabung dengan
perusahaan
pemasaran jaringan adalah permulaan yang baik, tetapi sekedar
bergabung
tidak memberi hak kepada kita untuk memanfaatkan kekuatan
hukum
ini, seperti halnya kita membeli telepon, tetapi kita adalah satu-satunya
orang
yang memiliki telepon (Network Marketing/ MLM,
http://www.mlmindonesia.com).
Dan akhirnya, banyak yang menganggap MLM sebagai “terobosan baru”
yang
luar biasa, cara terbaik untuk mendapatkan uang (Benny Santoso, 2003:27),
dan
merupakan terobosan yang akan memberikan banyak “peluang” bagi yang
menekuninya.
Peluang yang dimaksud adalah peluang untuk mendapatkan
penghasilan
yang lebih besar secara cepat, serta merupakan cara untuk “bebas
secara
finansial”. (Sopian, 2004:3).
Berbicara tentang bebas secara financial, Robert T. Kiyosaki menjelaskan
dalam
bukunya The CASHFLOW Quadrant :
panduan ayah kaya menuju kebebasan
finansial. Dalam buku ini mengisahkan cerita seorang Ayah Kaya yang
membimbing
menuju kekayaan besar dan kebebasan finansial. Yaitu cara Ayah
Kaya
menjelaskan perbedaan antara sisi kiri The CASHFLOW Quadrant,
kuadrant
"E"
dan "S", dengan yang kanan atau kuadrant "B" dan
"I".
The CASHFLOW Quadrant mewakili berbagai metode yang berlainan,
dengan
mana penghasilan atau uang diperoleh. Sebagai contoh, seorang "E"
mendapat
uang dengan mempunyai pekerjaan dan bekerja untuk orang lain atau
sebuah
perusahaan. Orang "S" mendapat uang dengan bekerja untuk diri
sendiri.
Seorang
"B" memiliki usaha yang menghasilkan uang, dan "I" mendapat
uang
dari
berbagai investasi mereka –dengan kata lain, uang menghasilkan uang yang
lebih
banyak- (Robert T. Kiyosaki 2005:14). Jadi dengan berbisnis jaringan
melalui
MLM/Network Marketing berarti seseorang telah berpindah kuadrant
dan
berada di kuadrant I, sebelah kanan. Seseorang yang berada di kuadrant
sebelah
kanan menurut Robert T. Kiyosaki akan memiliki peluang untuk
mendapatkan
penghasilan yang tidak terbatas (Robert T. Kiyosaki, 2005:100-104).
Berkembangnya industri MLM di Indonesia belakangan ini merupakan
suatu
fenomena yang cukup menarik. Dalam waktu kurang dari dua dekade,
bangsa
ini telah memiliki sekitar 40-an lebih perusaaan MLM. Menurut data
APLI
(Asosiasi Penjual Langsung Indonesia) tahun 2002, sekitar 4 juta orang
telah
terlibat dalam industri ini, dan di antaranya terdapat puluhan hingga
ratusan
ribu orang yang terpikat hatinya pada perusahaan MLM berbasis
Syari'ah
(Fachrur Rozi, 2005:65).
MLM Syari'ah pertama di Indonesia bahkan di dunia adalah Ahad-Net.
Ahad-Net
adalah perusahaan yang memasarkan produk-produk Syar'i
(suci/thahhrir,
halal dan thoyyib) yang diawasi oleh Dewan Syari'ah. Dengan
konsep
MLM. Ahad-Net didirikan pada tanggal 1 Januari 1996 di Masjid Alittihad,
Tebet,
Jakarta Selatan.
Dengan modal awal ratusan juta rupiah, H. Setyotomo bersama H.
Muhammad
Hidayat, KH Ma'ruf Amin, H. Atang Kustandi, H. Abdul Halim,
dan
H. Danny Ramdhani merintis usaha ini dengan pendekatan syariah. Usaha
ini
dirancang sebagai bisnis silaturrahim (MLM) dengan jaringan (Net) umat
muslim
yang berwawasan luas. Nama Ahad sendiri diambil dari singkatan
Alquran,
Hadits, Akhirat, dan Dunia (Mengejar Untung Dunia dan Akhirat,
http://www
Eksekutif.com, 2007).
Cara kerja perusahaan ini sebenarnya tak jauh berbeda dengan MLM
pada
umumnya, yakni dengan melakukan pemasaran produk-produk tertentu
dengan
sistem berjenjang. Artinya setiap mitra/distributor memperoleh manfaat
dengan
mengembangkan jaringan (net) seluas-luasnya untuk memperoleh
pendapatan
yang dihitung berdasarkan keaktifan jaringannya. Semua
penghargaan
pada anggota diberikan berdasarkan kemapuan anggota
memperluas
jaringan dan besarnya nilai penjualan tiap bulan. Hal ini diperkuat
dengan
ungkapan Komisaris Ahad-Net, H. Setyotomo dalam situs
www.eksekutif.com.
"Ini (Ahad-Net) memang bisnis yang
tidak sekadar mengerjar dunia semata,
tetapi juga akhirat. Siapa saja bisa
bergabung sebagai mitra salur dan jika dilakukan
secara istiqomah, Insya Allah peluang
memperoleh pendapatan yang besar akan bisa
diraih".
Baik Setyotomo bersama pengusaha Muslim yang lain dengan bisnis
jaringan
MLM (syari'ah) Ahad-Net maupun kebebasan finansial Robert T.
Kiyosaki
dengan The Cashflow Quadrantnya adalah orang sukses. Keduanya
mengajarkan
suatu “nilai” yaitu pentingnya berusaha untuk meraih kejayaan
dunia
dengan berpindah kuadran ke arah seorang usahawan yang mandiri.
Berangkat dari ulasan diatas, maka penulis ingin menganalisis bisnis
jaringan
MLM (syari'ah) khususnya Ahad-Net sebagai praktek nyata dari
kegiatan
bisnis jariangan terwaralaba pribadi, terhadap kebebasan finansial
anggotanya
(distributor) ditinjau dari perspektif The Cashflow Quadrant milik
Robert
T. Kiyosaki. Yaitu ingin mendapat jawaban apakah bisnis jaringan MLM
(syari'ah)
Ahad-Net dapat memberikan kebebasan finansial (berpindah
kuadran)di
tinjau dari The Cashflow Quadrant Robert T. Kiyosaki. Hal inilah yang
membuat
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian bisnis jaringan Multi Level
Marketing (MLM)
khususnya MLM Syari'ah ini. Adapun judul penelitian ini
adalah
Analisa Bisnis Jaringan Multi Level Marketing (MLM) Syari’ah
Terhadap Kebebasan Finansial Distributor Pada
PT. Ahad Net Internasional
(Ahad-Net) Malang (Perspektif The Qashflow Quadrant Robert T. Kiyosaki).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
paparan latar belakang di atas, tentang pengaruh bisnis
jaringan
Multi Level Marketing (MLM) terhadap perubahan finansial yang didapat
seseorang
setelah masuk bisnis tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam
penelitian adalah :
a. Apakah bisnis jaringan Multi Level Marketing (MLM) yang meliputi
perekrutan
anggota baru (jenjang atau level) (X1), Sistem pendidikan dan
pelatihan
(X2), Penjualan produk (X3), serta komisi dan bonus (X4),
berpengaruh
terhadap kebebasan finansial Distributor (Y).
b. Variable bisnis jaringan Multi Level Marketing (MLM) yang meliputi
perekrutan
anggota baru (jenjang atau level) (X1), Sistem pendidikan dan
pelatihan
(X2), Penjualan produk (X3), serta komisi dan bonus (X4) manakah
yang
memililki pengaruh dominan terhadap kebebasan finansial Distributor (Y).
C. Tujuan Penelitian
Berpijak
dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam
melakukan penelitian ini adalah
a.
Untuk mengetahui hubungan dan pengaruh variabel bisnis jaringan Multi
Level Marketing (MLM) yang meliputi perekrutan anggota baru (jenjang atau
level)
(X1), Sistem pelatihan (X2), Penjualan produk (X3), serta komisi dan
bonus
(X4), terhadap kebebasan finansial Distributor (Y) ditinjau dari
Perspektif
The Cashflow Quadrant Robert T. Kiyosaki.
b.
Untuk mengetahui variabel bisnis jaringan Multi Level Marketing (MLM)
yang
meliputi
banyak perekrutan anggota baru (jenjang atau level) (X1), Sistem
pelatihan
(X2), Penjualan produk (X3), serta komisi dan bonus (X4), yang
memiliki
pengaruh dominan terhadap kebebasan finansial Distributor (Y)
ditinjau
dari Perspektif The Cashflow Quadrant Robert T. Kiyosaki.
D. Batasan Penelitian
Untuk
menghindari bias dalam Penelitian ini, kiranya peneliti perlu
memberikan
batasan-batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu hanya terbatas
pada
masalah-masalah sebagai berikut :
a. Bisnis jaringan Multi Level Marketing (MLM) yang dibahas adalah bisnis
jaringan
yang ada di bisnis Multi Level Marketing (MLM) Syari'ah PT. Ahad
Net
Internasional (Ahad-Net) di Malang
b. Mengenai kebebasan finansial adalah kebebasan finansial pendapat Robert
T.
Kiyosaki yang digambarkan dalam The Cashflow Quadrant yaitu
perpindahan
distributor dari kuadrant sisi kiri ke sisi kanan kuadran dalam
diagram
The Cashflow Quadrant Robert T. Kiyosaki.
c. Variabel perekrutan anggota baru (jenjang atau level), berasal dari dua
variabel
yaitu variabel perekrutan anggota baru dan variabel banyak
jenjang/level.
Kemudian dijadikan satu karena memiliki pengertian yang
saling
berkaitan. Yaitu, dimana setiap distributor yang mampu merekrut
anggota
baru, secara otomatis peringkat/levelnya akan naik.
E. Manfaat Penelitian
1.
Aspek Teoritis
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu
pengetahuan khususnya bidang pemasaran terutama tentang pemasaran
langsung
dan jaringan atau Multi Level Marketing (MLM) dan kebebasan finansial
yang
gambarkan Robert T. Kiyosaki dalam The Cashflow Quadrant. Serta
dapat
dijadikan
sebagai acuan atau salah satu sumber informasi bagi semua pihak yang
ingin
mengadakan penelitian lebih lanjut.
2. Aspek Praktis
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan
sebagai
bahan masukan yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan
perusahaan untuk memecahkan masalah yang dihadapi terutama
masalah
bisnis jaringan dan masalah finansial.
KAJIAN PUSTAKA
A. PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik ini
antara
lain,
a.
Sulaiman (2002) melakukan penelitian Sistem Multi Level Marketing
(MLM) Dalam Perspektif Etika Bisnis Islam. Yaitu ingin mengetahui
bagaimana
sistem penjualan dan sistem sponsor dalam sistem MLM
dilihat
dari perspektif etika bisnis Islam. Hasil penelitian ini dengan studi
literatur
diperoleh kesimpulan bahwa sistem penjualan produk dan
sponsor
dalam MLM dilihat dari etika bisnis Islam tergantung pada
permasalahannya.
Dalam hal ini peneliti masih belum menemukan
jawaban
yang tepat dari hasil penelitiannya. Disatu sisi peneliti
mengungkapkan
bahwa sistem MLM tidak sesuai dengan anjuran dan
tuntutan
dalam etika bisnis Islam, karena dianggap adanya gharar,
kurangnya
transparan serta merugikan level yang paling bawah (down
liner) tetapi
disisi lain peneliti tidak bisa menafikan adanya sistem dalam
MLM
yang dianjurkan oleh Islam karena mendorong orang untuk
membina
hubungan silaturahmi.
b. Cholida, Nailil (2003) melakukan penelitian dengan judul Strategi
Pengembangan Jaringan Bisnis Multi Level
Marketing (MLM) Syari’ah AHAD
NET sebagai Upaya Penentuan peringkat dan
Insentif. Hasilnya adalah
dengan
terus memperbaiki sistem pelatihan yang dilakukan dalam suatu
jaringan
dan meningkatkan pertemuan antar jaringan mitra niaga,
peningkatan
training atau pelatihan akan meningkatkan kualitas
mitraniaga
dalam pengembangan jaringannya dan akan berdampak pada
penentuan
peringkat dan insentif yang didapatkan oleh mitra niaga itu
sendiri.
Dari penelitian terdahulu diatas, menunjukkan bahwa sistem
Multi Level Marketing (MLM) tidak bertentangan dengan Islam bahkan
dianjurkan
oleh Islam karena mendorong orang untuk membina hubungan
silaturahmi.
Selain itu sistem jaringan dalam MLM dampaknya sangat besar
terhadap
penentuan peringkat dan insentif. Beberapa hal yang membedakan
penelitian
ini dengan penelitian terdahulu di atas adalah berkaitan dengan:
a. Jenis penelitian terdahulu adalah penelitian kualitatif dan studi kasus
dengan
menggunakan pendekatan study pustaka (library Reaserch),
sedangkan
dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
menggunakan
alat analisis regresi.
b. Begitu juga dengan indikator dan permasalahan menunjukkan adanya
beberapa
perbedaan dengan penelitian terdahulu. Sulaiman misalnya,
Dia
hanya ingin mendapat jawaban apakah sistem multi level marketing
(MLM)
tidak bertentangan dengan etika bisnis Islam, sedangkan dalam
penelitian
ini sama sekali tidak mempertentangkan MLM dengan Islan
tetapi
ingin membuktikan apakah MLM khususnya MLM Syariah
memiliki
pengaruh terhadap kebebasan finansial. Adapun Cholida fokus
pada
pengaruh pengembangan jaringan Bisnis MLM terhadap 2 (dua)
vaiabel
saja yaitu pada peringkat dan insentif. Sedangkan dalam
penelitian
ini lebih luas lagi yaitu ada 4 (empat) variabel yang diteliti,
yaitu
meliputi perekrutan anggota baru (jenjang atau level), Sistem
pendidikan
dan pelatihan, penjualan produk, serta komisi dan bonus,
apakah
berpengaruh terhadap kebebasan finansial Distributor.
B. TINJAUAN UMUM TENTANG BISNIS JARINGAN MULTI LEVEL
MARKETING (MLM)
Pada akhir-akhir ini bisnis dengan sistem Multi Level
Marketing (MLM)
atau pemasaran dengan cara berjenjang, disebut juga
Network Marketing atau pemasaran dengan menggunakan jaringan,
begitu
marak, apalagi dalam suasana krisis ekonomi yang sampai
sekarang
belum kunjung berhenti.
Jaringan adalah kata kunci yang harus benar-benar dipahami oleh
siapa
pun yang ingin sukses dalam hidup ini. (Jaringan Silaturahmi,
http://www.mqbiz.com/, 2005). Kita memerlukan teman, relasi, kolega,
mitra
atau orang-orang yang dapat mendukung pengembangan kehidupan
pribadi
maupun profesional kita. Dapat dikatakan, kualitas kehidupan kita
sangat
ditentukan oleh kualitas jaringan [network] orang-orang dalam
kehidupan
kita. Sehingga sangatlah penting bagi siapapun yang ingin sukses
untuk
dapat memahami dan menguasai keterampilan mencari dan
membangun
jaringan. Sehingga tercapailah cita-cita dan tujuan hidup kita di
dunia
dan juga akhirat nanti.
Network Marketing/Multi Level Marketing (MLM) adalah Jaringan
pribadi
terwaralaba. Keunggulan sistem pemasaran jaringan ini adalah
bahwa
kekuatan hukum Metcalf dapat dimanfaatkan oleh orang rata-rata,
orang-orang
seperti kita, dengan syarat mematuhi hukum tersebut. Kalau
kita
mengikuti prinsip-prinsip hukum itu, bergabung dengan perusahaan
pemasaran
jaringan adalah permulaan yang baik, tetapi sekedar bergabung
tidak
memberi hak kepada kita untuk memanfaatkan kekuatan hukum ini.
Hukum Metcalf
Kedasyatan
sebuah jaringan dijelaskan dalam buku Rich Dad’s The
Business School karya Robert T. Kiyosaki, dengan mengatakan bahwa secara
sederhana
nilai sebuah jaringan dapat dijelaskan dalam hukum Metcalf.
Hukum
ini diambil dari nama Robert Metcalf, warga Amerika Serikat, yang
pertama
kali mencetuskannya. Metcalf juga dikenal sebagai pendiri
perusahaan
3 Com Corp, yang memproduksi Palm Pilot. Dia Juga dikenal
sebagai
pencipta ether-net (internet). Dan yang membuat ia lebih terkenal
adalah
rumusan Hukum Metcalf-nya itu, yaitu:
Nilai Ekonomis sebuah jaringan = Jumlah pengguna2
(Nilai ekonomis sebuah jaringan sama dengan
jumlah pengguna
dikuadratkan)
Rumus ini dapat dilihat dalam kasus jaringan mesin faks. Jika
hanya
ada satu mesin faks di dunia ini, ia benar-benar tidak mempunyai nilai
ekonomis.
Tapi, ketika ada dua mesin faks, menurut Hukum Metcalf, nilai
ekonomis
mesin faks tersebut kini menjadi pangkat dua. Nilai ekonomis
jaringan
itu naik dari 0 menjadi 4. Tambahkan mesin faks ketiga, nilai
ekonomis
jaringan tersebut naik dari 4 menjadi 9. Jika jumlah mesin faks
terus
bertambah, nilai ekonomisnya berlipat pula. Dengan kata lain, nilai
ekonomi
sebuah jaringan naik menurut derte ukur, bukan deret hitung
(Kuswara,
2005:6). Penjelasan lebih sederhana, ketika kita mempunyai
telepon.
Tidak akan ada artinya jika tidak ada orang lain yang mempunyai
telepon.
Pesawat telepon meningkat nilainya setelah menjadi jaringan
menjadi
jaringan telepon yang menglobal di seluruh dunia. Kini, sebuah
pesawat
telepon bisa mengontak puluhan ribu nomor telepon lain di seluruh
dunia
setiap saat. Itulah kedahsyatan sebuah jaringan.
Pengolahan OLAH SKRIPSI Penelitian, Pengolahan DAFTAR CONTOH SKRIPSI
Statistik, Olah SKRIPSI SARJANA, JASA Pengolahan SKRISPI LENGKAP Statistik, Jasa Pengolahan SKRIPSI EKONOMI
Skripsi, Jasa Pengolahan SPSS CONTOH SKRIPSI , Analisis JASA SKRIPSI Linier vs Eksponensial
Kedahsyatan jaringan dapat pula dijelaskan lewat perbedaan
antara pertumbuhan eksponensial dan pertumbuhan linier. Istilah linier kita
temukan dalam matematika dasar yang merujuk pada beberapa fungsi.
Contoh sederhana adalah fungsi persamaan, seperti
5 + 5 = 10
Disebut linier karena pertumbuhannya berjalan pada satu garis
lurus secara bertahap. Persamaan linier dinamakan juga sebagai
perhitungan-perhitungan pada “kekuatan yang pertama saja”. Sedangkan
yang disebut eksponensial adalah suatu sistem perkalian yang lebih canggih
yang dikenal dengan sistem perpangkatan. Contoh persamaan eksponensial
adalah 52 = 25
Persamaan ini disebut eksponensial karena pada persamaan ini
ada sebuah angka yang berada disebelah kanan atas yang berfungsi untuk
menunjukkan berapa kali angka akarnya itu harus dikalikan. Persamaan ini
biasa disebut perhitungan “kekuatan kedua” atau “kekuatan ketiga” dan
seterusnya. Pertumbuhan eksponensial inilah bagi mereka yang memiliki
bisnis jaringan. Jaringan akan mampu melipatgandakan kemampuan kita
untuk mencapai kesuksesan dalam mengarungi kehidupan ini.
Selain itu, dalam pemasaran jaringan yang harus dilakukan
adalah melakukan pembinaan motivasi (silaturahmi) agar distributor
(members) dapat terus terbangun dan kuat. Faktor motivasi dalam bisnis ini
sangat penting. selanjutnya, menyampaikan visi dan misi kita. Sebuah bisnis
berbasis jaringan yang hanya disandarkan pada motivasi sekedar uang, itu
tidak akan kuat. Tetapi, yang harus diperkuat adalah mencampurkan visi
misi spiritual dan visi misi bisnis (www.mqbiz.com, 2005).
1. Asal Mula Multi Level Marketing (MLM)
Bagian ini akan menjelaskan sejarah dari MLM. Diharapkan
dengan mengetahui sejarahnya akan dapat memberikan pengertian yang
lebih mendalam mengenai tujuan awal dari bisnis pemasaran (Multi Level
Marketing). Sejarah MLM dalam tulisan ini banyak diambil dari situs
http://www.amway.co.id/directsale.asp. Dimana akar dari MLM sendiri tidak
bisa dipisahkan dengan beridirinya Amway Corporation.
Multi Level Marketing (MLM) ditemukan oleh dua orang
profesor pemasaran dari Universitas Chicago pada tahun 1940-an.
Produk pertama yang dijual adalah vitamin dan makanan
tambahan Nutrilite.
Saat itu, Nutrilite Products Inc. yang sebelumnya bernama
California Vitamin Corporation milik Carl Rehnborg (Benny Santoso,
2003:24) merupakan salah satu perusahaan di Amerika yang
dikenal telah menggunakan metode penjualan secara bertingkat.
Dengan modal awal yang relatif tidak besar, seorang tenaga
penjual biasa mendapatkan penghasilan melalui dua cara. Pertama,
keuntungan diperoleh dari setiap program makanan tambahan
yang berhasil dijual ke konsumen. Kedua, dalam bentuk potongan
harga dari jumlah produk yang berhasil dijual oleh distributor
yang direkrut dan dilatih oleh seorang tenaga penjual dari
perusahaan.
Rancangan penjualan perusahaan itu menarik perhatian
Rich DeVos dan Jay Van Andel. Dua pemuda dari Michigan ini
kemudian memutuskan bergabung sebagai tenaga penjual.
Hasilnya, dalam kurun waktu sembilan tahun mereka tidak hanya
menikmati keuntungan dari menjual produk Nutrilite, tapi yang
paling melekat dalam benak mereka adalah kehebatan konsep
penjualannya. Suatu konsep yang merupakan dasar dari
terbentuknya Amway Corporation di kemudian hari.
Pada pertengahan tahun 1950, organisasi dalam perusahaan
Nutrilite mengalami guncangan. Momentum ini merupakan awal
berdirinya Amway pada tahun 1959. Amway didirikan oleh Rich
DeVos dan Jay Van Andel, berdasarkan suatu keyakinan, bahwa
kesuksesan memasarkan suatu produk adalah menjualnya secara
langsung kepada pelanggan. Berdasarkan pengalaman berharga
yang diperoleh dari Nutrilite, mereka memulai usaha yang
sederhana dengan menempati sebuah gudang di kota Ada,
Michigan, dengan produk awal LOC (Liquid Organic Cleaner), suatu
cairan pembersih biodegradable yang aman untuk lingkungan.
Usaha ini kemudian berkembang menjadi Amway Corporation,
sebuah perusahaan yang berskala Internasional di 80 negara.
MLM sendiri mulai tumbuh di luar Amerika Serikat pada
tahun 1960-an. Dan dalam waktu singkat, ia berkembang pesat
sebagai bagian yang terpenting dari industri penjualan langsung.
Selama puluhan tahun MLM terbukti merupakan cara yang sangat
sukses memberikan penghasilan yang layak kepada pelanggan
secara langsung. Kesukesan ini terlihat nyata ketika pada tahun
1972 Amway membeli Nutrilite Inc. yang memproduksi vitamin
dan makanan tambahan bermutu. Seperti halnya semua bentuk
penjualan langsung, metode ini membawa manfaat yang luar biasa
bagi pasar dengan memberikan kesempatan kepada ribuan orang
yang mungkin terabaikan atau tidak terserap di pasar tenaga kerja.
MLM merupakan cara yang cukup sederhana dan tidak mahal bagi
siapa saja yang ingin belajar tentang dasar bisnis dan manajemen
penjualan.
MLM memang memberikan kesempatan kepada setiap
orang, yang semula tidak diperhitungkan di dunia perdagangan.
Bisnis ini menawarkan kemudahan bagi setiap orang, dengan cara
yang sederhana, untuk menambah penghasilan mereka. MLM
memperbolehkan orang berbisnis dengan produk atau jasa yang
unik dan inovatif, membawa mereka ke pasar tanpa mengeluarkan
biaya iklan di media masa yang sangat besar, dan tanpa harus
bersaing di toko-toko pengecer. Suatu metode distribusi eceran
dengan sentuhan pribadi yang sudah menyebar ke seluruh pelosok
dunia.
Dari sejarah munculnya MLM ini, dapat diketahui bahwa
MLM muncul dengan tujuan utama untuk menjual produk baru
yang belum dikenal luas oleh umum. Hubungan dari teman yang
satu ke teman yang lain digunakan untuk memperkenalkan produk
baru tersebut.
2. Definisi Multi Level Marketing (MLM)
MLM adalah menjual/memasarkan langsung suatu produk baik
berupa barang atau jasa kepada konsumen. Sehingga biaya distribusi
barang sangat minim atau sampai ketitik nol. MLM juga menghilangkan
biaya promosi karena distribusi dan promosi ditangani langsung oleh
distributor dengan sistem berjenjang (pelevelan). Dalam MLM ada unsur
jasa, artinya seorang distributor menjualkan barang yang bukan miliknya
dan ia mendapatkan upah dari prosentasi harga barang dan jika dapat
menjual sesuai target dia mendapat bonus yang ditetapkan perusahaan
(http://www.syari'ahOnline.com, 2005). Hal ini diperkuat Charmichael
(1996:2) dengan berpendapat bahwa :
”Multi Level Marketing adalah suatu cara efektif, baik produk ataupun
jasa yang dipindahkan atau didistribusikan tanpa biaya yang biasanya,
dihubungkan dengan biaya operasi reklame tertentu, promosi dan
pemasaran."
Jika dilihat dari akar katanya MLM adalah singkatan dari Multi
Level Marketing. Multi dapat diartikan "banyak", Level sama dengan
"berjenjang" atau "tingkat", sedangkan Marketing adalah "pemasaran".
Jadi, Multi Level Marketing adalah pemasaran yang (banyak) berjenjang.
Karena anggota dari bisnis ini semakin banyak sehingga menjadi sebuah
jaringan kerja, maka MLM disebut juga network marketing. Dengan kata
lain, network marketing yaitu sistem pemasaran dengan menggunakan
jaringan (Sopian 2004:3).
Menurut Kuswara (2005:17) Multi Level Marketing (Pemasaran
Multi Tingkat), yaitu sistem pemasaran melalui jaringan distribusi yang
dibangun secara berjenjang dengan memposisikan pelanggan perusahaan
sekaligus sebagai tenaga pemasaran.
Istilah Multi Level Marketing (MLM) menurut Moch. Fachrur Rozi
(2005) adalah sistem pemasaran yang berpijak pada jaringan keanggotaan
yang berhimpun dalam kegiatan perdagangan baik barang maupun jasa.
Yaitu bisnis pemasaran yang menerapkan sistem 'keuntungan berjenjang'
berdasarkan tingkatan keanggotaan (membering) di suatu organisasi
dagang.
Sedangkan menurut Benny Santoso (2003:28) MLM hanyalah
suatu metode bisnis alternatif yang berhubungan dengan Pemasaran dan
Distribusi. Perhatian utama dari MLM adalah menentukan cara terbaik
untuk menjual produk dari suatu perusahaan melalui inovasi di bidang
pemasaran dan distribusi. Artinya MLM sama sekali bukanlah suatu cara
ajaib yang bisa mendatangkan uang dengan cepat dan mudah.
Berdasarkan definisi diatas, Multi Level Marketing (MLM)
merupakan salah satu metode untuk memasarkan suatu produk. Jadi,
MLM berhubungan dengan cara memasarkan suatu produk dengan
menerapkan sistem 'keuntungan berjenjang' dan memanfaatkan sebuah
jaringan kerja (keanggotaan). Dengan kata lain, MLM adalah sebuah
metode pemasaran barang dan atau jasa dari sistem penjualan langsung
melalui program pemasaran berbentuk lebih dari satu tingkat, dimana
mitra usaha mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari
hasil penjualan barang dan atau jasa yang dilakukannya sendiri dan
anggota jaringan di dalam kelompoknya.
3. Konsep Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Konsep sistem MLM dalam bukunya Benny Santoso (2003:28-29)
adalah berusaha memperpendek jalur yang ada pada sistem penjualan
konvensional dengan cara mempersingkat jarak antara produsen dan
konsumen. Perbedaan antara MLM (sistem penjualan langsung) dan
sistem Penjualan Konvensional dapat dilihat pada diagaram dibawah ini.
Tabel 2.1
Perbedaan konsep penjualan konvensional/tidak langsung
dan penjualan langsung
Penjualan Konvensional Penjualan Langsung
Produsen
Distributor/agen tunggal
Grosir/sub agen
Pengecer
Konsumen
Produsen
Distributor Independent
Konsumen
Sumber: Santoso, Benny (2003:29)
Andrias Harefa (1999:4) menyatakan bahwa MLM bisa memotong biaya
pemasaran dan distribusi yang besarnya sekitar 60% dari harga jual dan
memberikannya kepada distributor independen dari perusahaan MLM
yang yang ditentukan dengan suatu sistem berjenjang. Dengan demikian,
harga dari produk yang dijual melalui MLM seharusnya bisa bersaing
dengan produk yang dijual melalui cara konvensional (Benny Santoso,
2003:28-29).
Selain itu bisnis jaringan MLM memiliki sistem yang menjadi ciri
khusus dan membedakannya dengan sistem pemasaran lain, diantara
ciri-ciri khusus tersebut (Kuswara, 2005:17) adalah:
a. Melakukan perekrutan anggota baru,
Keunggulan sistem pemasaran jaringan adalah kekuatan Hukum
Metcalf dapat dimanfaatkan oleh setiap orang dengan syarat
mematuhi hukum tersebut. Yaitu, tugas kita adalah menduplikasi
seseorang (sponsor kita) persis seperti kita.
Orang-orang yang menjadi bagian atau anggota jaringan disebut
network members. Network members biasanya ada pada anggota
jaringan pemula atau anggota yang tidak aktif (down line tidur). Pada
tahap ini pertama kali members dikenalkan dengan visi, misi dan
segala informasi yang berkaitan dengan perkumpulan jaringan yang
diikuti.
b. Terdapatnya banyak jenjang atau level,
Sesuatu yang khas dari MLM adalah adanya sistem penjenjangan atau
tingkatan untuk setiap distributor yang bergabung, sesuai dengan
prestasinya. Setiap distributor yang mampu merekrut beberapa down
line, secara otomatis peringkatnya akan naik. Jika dia mampu
membina down line-nya untuk melakukan hal serupa, peringkatnya
akan terus meranjak sesuai dengan bertambahnya jaringan. Inilah
yang dimaksud dengan pertumbuhan eksponensial.
c. Sistem pendidikan dan pelatihan,
Alasan nomor satu Robert T. Kiyosaki merekomendasikan sebuah
bisnis jaringan adalah karena sistem pendidikannya. Yaitu pendidikan
bisnis yang mengubah hidup, artinya pendidikan yang mempunyai
kekuatan untuk membuat perbedaan besar dalam hidup.
Untuk berhasil dalam bisnis jaringan menurut Robert T. Kiyosaki
dalam bukunya Business School for people who like helping people
(2005:14) ada 12 pelajaran bisnis jaringan yang harus dikuasai yaitu:
1). Sikap terhadap kesuksesan
2). Keahlian memimpin
3). Keahlian berkomunikasi
4). Keahlian manusia
5). Mengatasi ketakutan pribadi, kerugian, tidak percaya diri
6). Mengatasi rasa takut terhadap penolakan
7). Keahlian manajemen uang
8). Keahlian investasi
9). Keahlian pertanggungjawaban
10).Keahlian manajemen waktu
11).Penentuan tujuan/cita-cita
12).Sistematisasi
d. Penjualan produk,
MLM adalah salah satu cabang dari Direct Selling (penjualan
langsung). Direct Selling (DS) bermakna sebagai metode penjualan
barang (produk) dan atau jasa tertentu kepada konsumen, dengan
cara tatap muka di luar lokasi eceran tetap oleh jaringan pemasaran
yang dikembangkan oleh mitra usaha. Bekerja berdasarkan komisi
penjualan, bonus penjualan, dan iuran keanggotaan yang wajar.
e. Adanya komisi dan bonus untuk tiap jenjangnya
Komisi berkaitan dengan omzet penjualan secara pribadi atau
kelompok. Sedangkan bonus merupakan hadiah apabila seorang
distributor telah mencapai target-target tertentu. Komisi dan bonus
sebenarnya sesuatu yang umum dan terdapat dalam setiap bisnis
apapun. Dalam bisnis MLM, komisi dan bonus sangat terkait dengan
prestasi dari distributor.
Dari ciri-ciri atau sistem diatas, calon distributor semacam
'membeli' hak untuk merekrut anggot baru, menjual produk, dan
mendapatkan kompensasi dari hasil penjualan mereka sendiri maupun
dari hasil penjualan anggota yang direkrut (downline) di dalam organisasi
jaringan.
4. Multi Level Marketing (MLM) Syari'ah
K.H Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) dalam situs www.mqbiz.com
mengatakan: "MLM boleh saja berasal dari barat. Namun, dalam praktek
dan implementasinya, bisnis ini penuh nuansa Islam, baik silaturahmi,
tolong menolong dan tawakal dalam merubah nasib.
Bisnis MLM, menurut Setiawan Budi Utomo dalam majalah
Modal No 12/2003 berpendapat: Bisnis MLM, dalam literatur Islam
termasuk kategori mu'malah. Dibahas dalam Bab al-Buyu' (jual-beli) yang
hukum asalnya secara prinsip boleh berdasarkan kaidah fiqih (al-ashlu fil
asya' al ibahah; hukum asal segala sesuatu termasuk mu'amulah adalah
boleh) selama bisnis tersebut bebas dari unsur-unsur haram seperti riba,
ghoror (tipuan) dharar (bahaya), dan jahalah (ketidakjelasan), dzulum
(merugikan hak orang lain), disamping barang atau jasa yang dibisniskan
adalah halal.
Masih menurut Setiawan Budi Utomo, Bisnis MLM dalam kajian
fiqih kontemporer dapat ditinjau dari dua aspek, yakni produk barang
atau jasa yang dijual dan cara ataupun sistem penjualan
(selling/marketing). Mengenai produk barang yang dijual, apakah halal
atau haram tergantung kandungannya apakah terdapat sesuatu yang
diharamkan Allah menurut kesepakatan (ijma') ulama atau tidak, begitu
juga jasa yang dijual.
Perusahaan MLM tidak hanya sekedar menjalankan penjualan
produksi barang tetapi juga jasa yaitu jasa marketing yang berlevel-level
(bertingkat-tingkat) dengan imbalan berupa marketing fee, bonus dan
sebagainya. Jasa perantara penjualan ini dalam terminologi fiqih disebut
"simsarah/simsar (makelar)" ialah perantara perdagangan (orang yang
menjualkan barang atau mencarikan pembeli) atau perantara antara
penjual dan pembeli untuk memudahkan jual beli. Pekerjaan
samsarah/simsar berupa makelar, distributor, agen dan sebagainya dalam
fiqih Islam adalah termasuk akad ijarah, yaitu suatu transaksi
memanfaatkan jasa orang dengan imbalan. Pada dasarnya, para ulama
seperti Ibnu 'Abbas, Imam Bukhari, Ibnu Sirin, 'Atha, Ibrahim,
memandang boleh jasa ini (Setiawan Budi Utomo, Majalah Modal No.
12/2003).
Adapun, jika MLM diartikan sebagai bisnis jaringan, maka pada
kata 'jaringan' terkandung nilai inti yang menjadi dasar kesuksesan
seorang yang bergelut dalam sebuah bisnis berbasis 'networking'.
Sehingga pemahaman atas kata ini menjadi suatu hal yang sangat
penting. Dalam khazanah islam, kita mengenal istilah silaturahmi untuk
maksud yang sama. Secara estimologis, silaturahmi berarti
menghubungkan kekerabatan dan persaudaraan atas dasar cinta dan
kasih sayang, sekaligus menghilangkan segala kedengkian, kebencian
dan permusuhan diantara sesama.
Silaturahmi pada akhirnya akan melahirkan kekuatan jaringan
yang sangat dahsyat. Dengan kekuatan silaturahmilah sehingga tidak
akan ada masalah, kecuali bisa dipecahkan. Tidak ada hal yang berat
keuali bisa diangkat. Dan Tidak ada jalan buntu kecuali bisa ditembus.
Inilah esensi penting dari silaturahmi.
Kita bekerja keras mencari dan membangun jaringan (MLM)
berarti kita sedang mengembangkan silaturahmi. Silaturahmi
melipatgandakan rizki sebagaimana halnya bisnis pemasaran jaringan
yang mampu membuat pertumbuhan rizki kita menjadi sangat
eksponensial dahsyatnya (www.mqbiz.com, 2005).
K.H Abdullah Gymnastiar, dalam tulisannya di harian Republika,
rubrik Taushiyah, alat ukur keuntungan dalam berbisnis atau bekerja itu
ada lima. Pertama, keuntungan amal shaleh. Kedua, keuntungan
membangun nama baik. Ketiga, keuntungan menambah ilmu,
pengalaman dan wawasan. Keempat, keuntungan membangun relasi atau
silahturahmi. Kelima, keuntungan yang tidak sekadar mendapatkan
manfaat bagi diri sendiri, melainkan bagi banyak orang dan memuaskan
orang lain.
Ternyata, dari lima alat ukur itu, semua terakomodir dalam bisnis
MLM. Misalnya, keuntungan membangun relasi dan silaturahmi,
merupakan hal pokok dalam bisnis MLM. Sebab, dalam bisnis MLM,
dibangun atas dasar dua prinsip: menjual dan mensponsori orang lain ke
dalam bisnis ini. Kedua hal tersebut, hanya dapat dilakukan dengan
melakukan silaturahmi (dalam MLM disebut home sharing, home meeting).
Pada tahun 1990-2003 di Tanah Air mulai marak perusahaan
MLM berbasis syari'ah. Kemudian, bagaimana kita menilai dan
menempatkan bisnis MLM yang berlabel syari'ah ? Aa Gym sudah
menjawabnya dengan keberadaan MQ-Net, bahkan Ahad-Net sudah
lebih dahulu menjawab sebagai perusahaan MLM pertama di Indonesia
yang "berlabelkan" syari'ah. Kehadiran beberap MLM Syari'ah menurut
Sopian (2004) dalam bukunya "Kontroversi Bisnis AA Gym" sepertinya
mencoba memberikan jawaban bahwa tidak semua bisnis MLM
bertentangan dengan ajaran atau nilai-nilai syari'ah (Sopian, 2004:14).
Pengertian MLM Syari’ah sendiri menurut Kuswara (2005:86)
adalah sebuah usaha MLM yang mendasarkan sistem operasionalnya
pada prinsip-prinsip syari’ah. Dengan dimikian, sistem bisnis MLM
konvensional yang berkembang saat ini dicuci, dimodifikasi, dan
disesuaikan dengan syari’ah. Aspek-aspek haram dan syubhat
dihilangkan dan diganti dengan nilai-nilai ekonomi syari’ah yang
berlandaskan taukhid, akhlak dan hukum muamalah.
Perusahaan MLM yang menetapkan landasan syari'ah sebagian
mengacu pada sabda Rasulullah saw tentang pentingnya konsep
berserikat dan berjamaah. Rasulullah saw bersabda,
قولھ صلى الله علیھ وسلم قال الله تعالى اناثالث الشّركین مالم یخُنْ احدھما
صاحِبھُ فإذا خانھ خرجت من بینھما (رواه ابوداود)
"Sesungguhnya Allah berfirman, Aku bersama orang-orang yang
berserikat selama seorang diantara mereka tidak berkhianat kepada yang lain dan
apabila telah berkhianat yang satu terhadap yang lain, maka Aku akan keluar
dari mereka". (HR Imam Abu Daud)
Dalam ayat al-Quran, Allah Swt. Berfirman,
واعتصموا بحبل الله جمیعا وّلاتفرّقوا, واذكروانعمت الله علیكم إذكنتم
﴾ اعدآءً فالّف بین قلوبكم فاَصْبحتم بنعمتھِ إخوانا ﴿العمران : ١٠٣
"Dan berpeganglah kamu kekalian kepada agama Allah, dan janganlah
kamu bercerai-berai. Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu, ketika dahulu kamu
bermusuh-musuhan maka Allah menjinakkan hati kamu, lalu jadilah kamu
orang-orang yang bersaudara." (QS. Ali Imran:103)
MLM Syari'ah baik secara ideologis maupun metologis
merupakan bagian dari mata rantai yang tidak terpisahkan dari
pertumbuhan bisnis-bisnis berbasis syari'ah lain sebelumnya seperti
perbankan syari'ah, asuransi syari'ah, reksadana syari'ah dan lain-lain.
Dan pada gilirannya ialah MLM Syari'ah. Multi Level Marketing (MLM)
Syari'ah menurut Fachrur Rozi (2005:72) merupakan sebuah sistem
dimana secara formal-institusional bangunan metodologinya merujuk
pada kerangka dan nilai-nilai Syari'ah dalam pengertian Fiqih Islam.
Selanjutnya, ada beberapa syarat menurut Sopian (2004:16-17)
yang harus dipenuhi oleh sebuah MLM agar tidak menyalahi Syari'ah,
yaitu:
1) Adanya transaksi riil atas barang/produk yang diperjual belikan
2) Tidak ada excessive mark up harga barang
3) Harga barang diketahui dengan jelas pada saat transaksi
4) Bonus yang diberikan harus jelas angka nisbahnya sejah awal
5) Tidak ada eksploitasi dalam urutan pebagian bonus antara orang
yang awal menjadi anggota dengan yang akhir
6) Pembagian bonus semestinya mencerminkan usaha masing-masing
anggota
7) Barang atau jasa yang diperdagangkan bukan barang haram
8) Sistem MLM tidak boleh mendorong pada pemborosan
9) Tidak menitik beratkan pada barang-barang yang tersier ketika
ummat masih bergelut dengan kebutuhan primer.
C. PEMBAHASAN TENTANG THE CASFLOW QUADRANT ROBERT T.
KIYOSAKI
1. Penjelasan dari Masing-masing The Cashflow Quadrant
The Cashflow Quadrant adalah tentang keempat jenis orang yang
berbeda yang ada di dalam dunia bisnis, tentang siapa diri mereka dan
apa yang membuat individu di masing-masing kuadran unik. Kita
masing-masing menempati sedikitnya satu dari keempat kuadrant casflow
quadrant, berikut adalah Cashflow Quadrant.
Huruf dalam masing-masing kuadrant mewakili :
E untuk employee (pegawai)
S untuk self-employed (pekerja lepas)
B untuk business owner (pemiliki usaha)
I untuk Investor (penanam modal)
Kuadran 1 (Employee)
“E” (pegawai), seseorang yang berasal dari kuadrant “E” atau pegawai,
kemungkinan akan berkata “saya mencari pekerjaan yang aman dan
menjamin, dengan bayaran tinggi dan tujuan bagus”. “Aman” atau
“tunjangan” yang biasa mereka katakan. Golongan ini ingin rasa
takutnya dipuaskan dengan beberapa derajat kepastian, itu sebabnya ia
mencari keamanan dan perjanjian yang mengikat dalam hal pekerjaan.
Seorang pegawai (employee) adalah mereka yang bekerja kepada pihak
lain (pengusaha). Mereka bias staff, manager sampai direktur pada suatu
perusahaan. Golongan ini umumnya hanya mencari keamanan dalam
bidang finansal/keuangan berupa gaji tetap tiap bulan dan segala macam
jaminan termasuk pension. Yang terpenting bukanlah apa yang mereka
lakukan, tapi perjanjian mengikat yang mereka miliki dengan orang atau
organisasi yang mempekerjakannya.
Kuadran 2 (self-employed)
“S” (pekerja lepas/mandiri), seseorang yang berasal dari kuadran “S”,
atau pekerja lepas/mandiri, kemungkinan akan berkata: “saya sepertinya
tak bisa menemukan orang yang mau bekerja dan melakukan tugas ini
dengan benar” atau “saya menggunakan 20 jam tenaga saya dalam
proyek ini”. Kelompok ini oleh Robert T. Kiyosaki dinamakan
“kelompok-melakukan-sendiri”. Kalau menyangkut rasa takut dan resiko
finansial, mereka ingin “menaklukan benteng dengan memegang
tanduknya”.
Kelompok “S” terdiri dari mereka yang mempunyai profesi relative
mandiri (bekerja untuk dirinya sendiri), tidak tergantung sama orang
lain. Dalam kelompok ini termasuk wiraniaga komisi langsung –agen real
estate, misalnya- dan juga pemilik bisnis kecil seperti pemilik toko eceran,
pemiliki restoran, konsultan, ahli terapi, pengacara, artis, dokter dan
sebagainya. Uang dalam kelompok ini bukanlah yang terpenting;
kemandirianlah yang terpenting. Intinya, pekerjaan yang secara prinsip
tidak bisa dikerjakan oleh orang lain kecuali oleh dirinya sendiri dan atau
di bantu orang lain.
Kuadran 3 (business owner)
“B” (pemilik usaha), adalah mereka yang mempunyai usaha sendiri,
mereka tidak bekerja sendiri, melainkan di Bantu oleh pekerjanya
(memperkerjakan orang lain). Moto sejati business owner adalah “mengapa
melakukannya sendiri kalau kau bisa menyewa orang lain untuk
melakukannya bagimu, dan mereka bisa melakukannya dengan lebih
baik?”. Kelompok ini nyaris bisa dikatakan sebagai lawan “S”. Untuk
menjadi berhasil dalam bisnis, keterampilan teknis diperlukan seperti
membaca laporan keuangan, pemasaran, penjualan, negoisasi dan sangat
ditekankan pada belajar cara bekerja sama dan memimpin. “keterampilan
teknis bisnis mudah dipelajari… yang sulit adalah bekerja sama dengan
orang lain.
Untuk menjadi berhasil sebagai “B” diperlukan:
a. kepemilikan atau pengendalian sistem
b. kemampuan memimpin orang
Seseorang yang beroperasi dari kuadran “B” atau pemilik bisnis
kemungkinan akan berkata: “saya mencari seseorang prisiden baru untuk
menjalankan perusahaan saya”.
Kuadran 4 (Investor)
“I” (penanam modal/investor). Yaitu para pemegang saham yang
menanamkan uangnya sehingga menghasilkan uang. Dalam kelompok
ini mereka tidak bekerja untuk uang, tapi uang bekerja untuk mereka.
Karena tanpa harus bekerja pun mereka sudah mendapatkan uang
(passive income). Investor membuat uang dengan uang. Mereka tidak
perlu bekerja karena uang mereka bekerja untuk mereka. Kuadran “I”
adalah arena bermain golongan kaya. Di kuadran manapun orang
menghasilkan uang, jika berharap suatu hari akan kaya, mereka pada
akhirnya harus memasuki kuadran “I”.
Jadi Cashflow Quadrant, adalah memaparkan perbedaan tentang
cara memperoleh penghasilan, entah sebagai “E” (pegawai), “S” (pekerja
lepas), “B” (pemilik bisnis) atau “I” penanam modal.
Gambar 2.1
Perpedaan masing-masing diagram The Casflow Quadrant
Robert T. Kiyosaki
Sumber: Kiyosaki, Robert T,
http://www.rakhmat.biz/cashflow. 2005)
2. Kebebasan Finansial
Tempat kita dalam Cashflow Quadrant tersebut ditentukan oleh
sumber pemasukan kita. Kebanyakan dari kita yang mengandalkan slip
gaji dalam casflow quadrant termasuk employee, sementara yang lain selfemployed.
Kedua kelompok individu ini menempati sisi kiri Cashflow
Quadrant. Sisi kanan Cashflow Quadrant untuk para individu yang
menerima pemasukan dari bisnis atau investasi milik mereka.
Sebagian besar dari kita pernah mendengar bahwa rahasia
memperoleh kekayaan besar adalah
1). OPT-Other People’s Time (Waktu Orang Lain).
2). OPM- Other People’s Money (Uang Orang Lain).
OPT dan OPM ditemukan di sisi kanan Quadrant. Kebanyakan orang
yang bekerja di sisi kiri Quadrant adalah OP (Other People) yang waktu
dan uangnya dipergunakan. Dengan kata lain, pekerjaan yang bagus
menghasilkan kerja yang lebih keras dan jam kerja yang lebih panjang.
Sedangkan dalam Quadrant sebelah kanan berarti kita bekerja lebih
sedikit, menghasilkan lebih banyak dan menikmati lebih banyak waktu
luang.
Orang yang berada disebelah kanan Cashflow Quadrant menurut
Robert T. Kiyosaki telah mencapai “Kebebasan Finansial”, walaupun
kebebasan finansial bisa ditemukan dalam keempat kuadrant ini. Akan
tetapi, keterampilan “B” atau “I” akan membantu mencapai target
finansial dengan lebih cepat. Seorang “E” yang berhasil seharusnya
menjadi seorang “I” yang berhasil juga.
“I” dan “B” merupakan tempat kebebasan finansial, karena dalam
kuadrant “B”, orang-orang bekerja untuknya dan dalam kuadran “I”,
uang bekerja untuk kita. Kita bebas untuk bekerja atau tidak bekerja.
Dalam kedua kuadran ini memberi kita kebebasan fisik seutuhnya dari
keharusan bekerja.
Secara sederhana yang menunjukkan perbedaan antara sisi kiri
”E” /“S” dengan sisi kanan “B”/”I” yang merupakan tempat kebebasan
finansial adalah, bahwa seseorang yang berada disebelah kiri kuadran
bisa dikatakan seorang yang memiliki sebuah pekerjaan. Sedangkan
disebelah kanan kuadran merupakan seorang yang memililki sebuah
“sistem” dan kemudian menyewa orang-orang berkompeten untuk
menjalankan sistem tersebut.
Robert T. Kiyosaki menunjukkan bahwa di sisi kiri Kuadran,
karyawan dan orang yang bekerja sendiri mewakili cara mendapatkan
uang sendirian, sebagai pribadi. Artinya potensi penghasilannya terbatas,
terbatas karena pada kemampuan mereka sendiri dan waktu pribadi
mereka untuk bekerja. Namun orang-orang sukses di sisi kanan Kuadran
bekerja dalam tim. Mereka membentuk jaringan sendiri untuk mencapai
kesuksesan. Potensi penghasilannya tidak terbatas karena didasarkan
pada waktu orang lain dan uang orang lain yang bekerja untuk mereka.
Gambar 2.2
Perpedaan sisi kiri dan sisi kanan
Diagram The Casflow Quadrant Robert T. Kiyosaki
(Sumber: Kiyosaki, Robert T, 2005:ix)
D. HUBUNGAN ANTARA BISNIS JARINGAN DENGAN KEBEBASAN
FINANSIAL
“Orang - orang sukses mencari dan membangun jaringan, orang - orang
lain mencari pekerjaan” Robert T. Kiyosaki
Orang-orang sukses ternyata adalah mereka yang berhasil
mencari dan membangun jaringan. Kita boleh memiliki ide atau produk
terhebat, tetapi hanya akan sukses kalau kita mempunyai jaringan untuk
memberi tahu orang tentangnya dan jaringan distribusi untuk
menjualnya.
Beberapa bisnis paling sukses yang kita ketahui ternyata
disebabkan karena jaringan pelanggan, wiraniaga, pemasok dan
sebagainya. Sebagai contoh, saat ini ada dua jenis bisnis yang
memanfaatkan jaringan sebagai landasan operasionalnya. Yaitu,
waralaba dan network marketing.
Waralaba adalah bentuk jaringan bisnis yang terdiri dari banyak
pengusaha yang bekerja bersama dengan sistem yang sama. Restoran
Ayam Bakar Wong Solo milik Puspo Wardoyo misalnya, restoran ini
menawarkan sistem pengelolaanya kepada siapappun yang mau.
Pemiliknya tinggal mengutip fee, baik dari initial, royalti, management,
ataupun technical. Inilah bisnsi yang memanfaatkan kekuatan jaringan.
Sedangkan network marketing bukanlah jaringan bisnis
terwaralaba, melainkan jaringan pribadi terwaralaba. Keunggulan sistem
pemasaran jaringan ini adalah kekuatan hukum Metcalf. Kunci menuju
kesuksesan finansial adalah dengan menemukan dan membangun
jaringan.
Orang-orang yang berada dalam bisnis jaringan adalah bekerja
dalam tim. Dalam bisnis jaringan memiliki potensi penghasilan tidak
terbatas (bebas finansial) karena didasarkan pada waktu orang lain dan
uang orang lain yang bekerja untuk mereka.
Jaringan, beberap bisnis paling sukses yang kita ketahui
kebanyakan disebabkan karena jaringan pelanggan, wiraniaga, pemasok
dan sebagainya. Ide atau produk akan sukses kalau kita mempunyai
jaringan untuk memberi tahu orang tentangnya dan jaringan distribusi
untuk menjualnya. Kunci menuju kesuksesan finansial adalah dengan
menemukan dan membangun jaringan. Hal ini dinyatakan dalam sabda
Nabi SAW,
عن أبى ھریر ة رضى الله عنھ قل : قل رسول ا لله صلى عل یھ وسلم : من
أحب ان یبسط لھ فى رزقھ وأن ینسافى أثره فلیصل رحمھ
(اخرجھ البخرى)
"Barang siapa yang mempunyai keinginan untuk diluaskan rizkinya
yang diakhirkan ajalnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi" (HR
Imam Bukhari dari Abu Hurairah).
E. KERANGKA KONSEPTUAL
Dari teori-teori yang telah diuraikan, maka dapat dibuat sebuah kerangka
pemikiran sehubungan dengan permasalahan yang ada kedalam suatu bentuk
model konsepsi sebagai berikut :
Gambar 2.3
Model Konsepsi
Pengaruh Bisnis Jaringan Multi Level Marketing (MLM) Syari’ah Terhadap
Kebebasan Finansial Distributor (Perspektif The Qashflow Quadrant
Robert T. Kiyosaki).
D. HIPOTESIS
Berdasarkan rumusan masalah serta landasan teori yang telah
dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan adalah :
H0 : Diduga bisnis jaringan Multi Level Marketing (MLM) Syari'ah
Ahad-Net yang meliputi perekrutan anggota baru (jenjang atau
level) (X1), Sistem pendidikan dan pelatihan (X2), Penjualan
produk (X3), serta komisi dan bonus (X4) tidak ada pengaruh
terhadap kebebasan finansial Distributor ditinjau dari Perspektif
Bisnis Jaringan
MLM Syari’ah
Kebebasan Finansial
Distributor
The Cashflow Quadrant Robert T. Kiyosaki(Y).
H1 : Diduga bisnis jaringan Multi Level Marketing (MLM) Syari'ah
Ahad-Net yang meliputi perekrutan anggota baru (jenjang atau
level) (X1), Sistem pendidikan dan pelatihan (X2), Penjualan
produk (X3), serta komisi dan bonus (X4) ada pengaruh terhadap
kebebasan finansial Distributor ditinjau dari Perspektif The
Cashflow Quadrant Robert T. Kiyosaki(Y).
Gambar 2.4
Model Hipotesis
Pengaruh Bisnis Jaringan Multi Level Marketing (MLM) Syari’ah Terhadap
Kebebasan Finansial Distributor (Perspektif The Qashflow Quadrant
Robert T. Kiyosaki).
Perekrutan Anggota Baru
(Ada Jenjang Atau Level) (X1)
Sistem pendidikan dan pelatihan
(X2)
Komisi Dan Bonus (X4)
Penjualan produk (X3)
Kebebasan Finansial
Distributor (Y)
(Perspektif the cashflow
quadrant robert t.
Kiyosaki)
•Other People’s Time
•Other People’s Money
Sumber : Data diolah
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Malang Raya, dan lokasi utama yang
diambil adalah di Mitrasalur Ahad-Net Malang Jl. Raya Tlogo Mas No 28
Landung Sari, Malang. Karena tempat tersebut merupakan salah satu pusat
kegiatan bisnis MLM Syari'ah Ahad-Net di daerah Malang Raya dan
sekitarnya.
B. Jenis penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian survey, yaitu penelitian yang
mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai
alat pengumpulan data yang utama. Pada umumnya yang merupakan unit
analisis dalam penelitian survey adalah individu (Singrimbun 1989). Oleh
karena itu unit analisis dalam penelitian ini adalah distributor aktif pada
Multi Level Marketing (MLM) Syari’ah Ahad-Net Malang, Jawa Timur.
Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini, yaitu ingin menguji hubungan antara bisnis jaringan MLM
Syari’ah terhadap kebebasan finansial perspektif Robert T. Kiyosaki, maka
penelitian ini dikategorikan penelitian penjelasan atau explanatory reseach,
dimana penelitian ini menurut Singarimbun dan Efendi (1995:5) adalah
menjelaskan hubungan melalui pengujian hipotesis.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek-objek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 1994).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh distributor aktif MLM Syari’ah
Ahad-Net Malang.
Sampel adalah bagian populasi atau bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki populasi, apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan diperlakukan sebagai populasi, oleh karena itu sampel
harus representatif (Sugiyono, 1994). Agar ukuran sampel yang diteliti dapat
representatif maka dihitung dengan menggunakan rumus Slovin dalam Umar
(1999) sebagai beriku:
N
n =
1 + Ne2
Dimana : n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = persentasi (%) kelonggaran ketidaktelitian (presisi)
karena kesalahan pengambilan sampel yang masih
ditolelir sebesar 10% atau 0,1
Dengan pertimbangan persentasi 10% atau 0,1 maka diperlukan
sampel minimum sebesar 52 dengan perhitungan sebagai berikut:
51,69
2,07
107
1 107 (01)
107
2
n
Jadi sampel pada penelitian ini adalah 51,69 yang dibulatkan menjadi
52 orang dan sudah dianggap representatif dari keseluruhan responden.
Teknik sampling yang digunakan adalah proportional random sampling,
yaitu pengambilan sampel secara acak dengan jumlah yang proporsional.
D. Data dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari obyeknya,
melalui wawancara dan penyebaran kuesioner/angket kepada responden
yang digunakan sebagai sampel penelitian.
b. Data sekunder, merupakan data yang digunakan untuk menunjang dan
melengkapi data primer, yang berasal dari cacatan-catatan, dokumentasi
atau arsip dari lokasi penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan:
a. Kuesioner, yakni sejumlah pertanyaan yang diajukan oleh peneliti untuk
mendapatkan informasi yang mendasar dari subyek atau responden yang
diteliti. Untuk mendapat data tersebut digunakan kuesioner yang bersifat
tertutup yaitu pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa hingga
responden dibatasi dalam memberi jawaban kepada beberapa alternatif
saja atau pada satu jawaban saja (Nazir, 1988).
b. Interview atau wawancara, merupakan suatu cara yang dilakukan
dengan jalan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pihakpihak
yang bersangkutan dengan tujuan penelitian.
c. Dokumentasi, merupakan cara yang dilakukan untuk memperoleh
informasi melalui dokumen-dokumen, publikasi dan literatur atau jurnaljurnal
yang relevan dengan tujuan penelitian.
F. Pengukuran
Daftar pertanyaan dalam kuesioner ini menggunakan jenis
pertanyaan tertutup, yaitu sudah disediakan alternatif jawaban dan
diberikan skor. Untuk itu yang dipakai dalam penelitian ini adalah sistem
ordinal, yaitu skor yang memungkinkan peneliti untuk mengurutkan
responden dari tingkatan paling rendah ke tingkatan paling tinggi atau
sebaliknya menurut suatu atribut tertentu (Singrimbun dan Efendi 1989:102).
Dan sistem score ordinal penelitian ini menggunakan skala likert atau disebut
juga dengan method of summated rating. Karena nilai peringkat setiap jawaban
atau tanggapan dijumlahkan sehingga mendapat nilai total. Adapun bobot
nilai setiap jawaban adalah sebagai berikut :
Jawaban Nilai
A Sangat Setuju 5
B Setuju 4
C Ragu 3
D Tidak Setuju 2
E Sangat Tidak Setuju 1
Setelah data diperoleh melalui prosedur, selanjutnya data dianalisis
dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS For Windows.
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas merupakan esensi kebenaran penelitian. Dikatakan valid
bila mempu mengukur apa yang diinginkan serta dapat mengungkapkan
data dari variabel yang akan diteliti secara tepat. Menurut Arikunto
(1998:160) untuk menguji validitas tersebut dapat digunakan rumus Pearson
Product Moment :
n x2 x 2 n y2 y 2
n xy x y
r
Keterangan :
r = koefisien korelasi
x = variabel independen (variabel bebas)
y = variabel dependen (variabel terikat)
n = jumlah sampel
Tarif signifikan yang untuk mengukur tingkat validitas adalah
sebesar 5%, kemudian hasil korelasi dibandingkan dengan angka kritik pada
tabel. Atau jika diperoleh korelasi positif dengan besar korelasi lebih dari 0.3
maka hasil uji tersebut merupakan konstruk yang kuat (Sugiyono, 1994)
2. Uji Reliabelitas
Reliabelitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan (Singarimbun, 1983).
2
1
2
1 1
1 S
S
k
K
r
Untuk menguji reliabelitas menurut Arikunto (1998:172) dilakukan dengan
menggunakan rumus :
dimana:
r = reliabilitas instrumen
K = banyaknya pertanyaan/itrm
2
S1 = Jumlah varians item
2
S1 = Jumlah varians total
Dimana suatu intrumen dikatakan reliabel bila nilai probabilitas rhitung
yang didapat lebih besar dari taraf signifikasi sebesar 5% ( = 0,05) dan
memiliki koefisien korelasi diatas 0,6 atau lebih (Arikunto, 1993).
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis Regresi Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh dua variabel atau lebih. Dalam hal ini untuk mengetahui
pengaruh bisnis jaringan MLM Syariah terhadap kebebasan finansial.
Analisis ini juga bisa digunakan untuk mengetahui varibel mana dari bisnis
jaringan MLM Syariah yang paling dominan pengaruhnya terhadap
kebebasan finansial. Dan model persamaan regresi berganda menurut
Sugiyono (2001:211) adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + ….. +b4X4 + e
Dimana :
Y = Variabel terikat yaitu Kebebasan Finansial perspektif Kiyosaki
a = Bilangan konstanta sebagai titik potong
e = Standart error
b1 – b4 = Koefisien regresi X1 … X4
X = Variabel Bebas, yang meliput
X1 = Perekrutan anggota baru (jenjang atau level)
X2 = Sistem pendidikan dan pelatihan
X3 = Penjualan produk
X4 = komisi dan bonus
2. Uji Hipotesis
a. Uji t (secara parsial)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikat, menurut Supranto (1993:58) rumus
yang digunakan adalah :
1 2
2
r
r n
t
Dimana : r = Korelasi product moment
n = Jumlah responden
Langkah-langkah dalam uji t adalah :
a. perumusan hipotesi dengan 2 arah
Ho : b1 = 0 (tidak ada hubungan) : Ha 0 (ada hubungan)
Ho : b2 = 0 (tidak ada hubungan) : Ha 0 (ada hubungan)
b. Nilai kritis uji t dengan level of signifikan = 5%
dk = n – 2 = 52 – 2 = 50
Uji dua pihak = /2 = 0,05/2 = 0,025
t tabel = (t 0,025;50) = 1,960
c. Daerah krisis Ho melalui kurva normal
d. Kriteria penerimaan dan penolakan
Ho diterima jika –1,960 t hitung 1,960
Ho ditolak jika t hitung < –1,960 atau t hitung > 1,960
b. Uji F (secara simultan)
Uji F adalah uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara bersamasama
atau simultan antara variabel independen dan variabel dependen.
Rumus Uji F menurut Sugiyono (2001:204) adalah:
1 2 1
2
R n k
R k
F
Dimana : F = Harga F
R = Koefisien korelasi berganda
K = Banyaknya variabel independen
n = Ukuran sampel
Langkah-langkah dalam uji F tersebut adalah :
a. Perumusan hipotesisnya adalah :
Ho = Tidak ada pengaruh antara variabel bebas yaitu bisnis
jaringan MLM Syari'ah (X) dengan variabel terikat yaitu
Kebebasan Finansial (Y)
Ha = Ada pengaruh antara variabel bebas yaitu bisnis jaringan
MLM Syari'ah (X) dengan variabel terikat yaitu
Kebebasan Finansial (Y)
b. Nilai kritis distribusi F dengan level of signifikan = 5%
dk pembilang = k (jumlah variabel independen) = 4
dk penyebut = n – k – 1 = 52 – 4 – 1 = 47
F (jml var. bebas; jml var; ) = F (4;47;0,05) = 2,53
c. Daerah krisis Ho melalui kurva distribusi F
d. Kriteria penerimaan dan penolakan
Ho diterima jika Fhitung < 2,53 (nilai kritis)
Ho ditolak jika Fhitung 2,53 (nilai kritis)
I. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
Berdasarkan kajian teori dan permasalahan, maka terdapat dua konsep
yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu :
- Bisnis Jaringan Multi Level Marketing Syari'ah (MLM) Syari'ah (X)
- Kebebasan Finansial (Y)
Adapun variabel-variabel yang diteliti berdasarkan kedua konsep tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Variabel bebas (independen)
Adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel yang lain dalam hal
ini adalah bisnis jaringan Multi Level Marketing (MLM), meliputi :
a.X1 : perekrutan anggota baru (jenjang atau level)
Yaitu, menduplikasi seseorang (sponsor kita) menjadi bagian atau
anggota jaringan (network members).
Jenjang atau level yaitu adanya sistem penjenjangan atau tingkatan
untuk setiap distributor yang bergabung, sesuai dengan prestasinya.
yaitu distributor mampu merekrut beberapa down line, dan mempu
membina down line-nya.
b.X2 : Penjualan produk
Yaitu penjualan barang (produk) dan atau jasa tertentu kepada
konsumen, dengan cara tatap muka di luar lokasi eceran tetap oleh
jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh mitra usaha.
c. X3 : Sistem pendidikan dan pelatihan
Dengan indikator adanya rancangan dan Sistem pendidikan dan
pelatihan yang bagus.
d. X4 : komisi dan bonus
Yaitu, penghargaan atas prestasi para distributor terkait dengan
prestasi dari distributor.
2. Variabel terikat (dependen)
Adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang lain. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah :
Kebebasan Finansial
Kebebasan Finansial dalam penelitian ini adalah berdasarkan perspektif the
Cashflow Quadrant Robert T. Kiyosaki. Kebebasan finansial menurut Robert
T. Kiyosaki adalah orang-orang yang berada sisi kanan Cashflow Quadrant.
Yaitu mereka membentuk jaringan untuk mencapai kesuksesan. Sebagai
indikator potensi penghasilan mereka tidak terbatas yang didasarkan pada
waktu orang lain dan uang orang lain yang bekerja untuk mereka.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Umum Perusahaan
1. Sejarah Singkat Ahad-Net Internasional
Ahad-Net adalah sebuah lembaga usaha umat yang bergerak dalam
bidang distribusi produk kebutuhan sehari-hari dengan sistem pemasaran
berjenjang yang dalam operasionalnya menjalankan prinsip-prinsip secara
syariah dan diawasi oleh Dewan Syari'ah yang kemudian dikenal dengan
istilah Multilevel Marketing Syariah.
Konsep awal PT AHAD-NET INTERNASIONAL yang kemudian
masyarakat mengenalnya dengan nama AHAD-NET sudah dirancang mulai
tahun 1995 oleh lima orang, yaitu: Ateng Kusnadi, SE, MSi., Ir. Setyotomo,
SE., Drs. M. Hidayat, MBA, MBL., Abdul Halim Said dan Danny Ramdhani.
Perusahaan ini didirikan tepat pada tanggal 1 Januari 1996/10
Sya’ban 1416 H pada pukul 01.00 dini hari di Masjid Al Ittihad, Tebet, Jakarta
Selatan. Dan secara seremonial Ahad-Net diresmikan pada tanggal 17
Agustus 1996 oleh Menko Kesra Republik Indonesia pada saat itu yang
dijabat oleh Bapak Letjen (Purn). Ir. H. Azwar Anas dan Sekretaris Umum
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang saat itu dijabat Bapak
Adi Sasono di Jakarta.
2. Falsafah – Visi – Misi
Falsafah
Sebagai lembaga yang bergerak dalam bisnis syariah, Ahad-Net
memiliki singkatan yang sekaligus menjadi falsafah gerak bisnis, yaitu:
A : Al Quran
H : Hadits (Sunnah Rasulullah SAW)
A : Akhirat
D : Dunia
Net: Network (Jaringan)
Dengan berpegang teguh kepada Al Quran dan Hadits, gapai
kebahagiaan Akhirat tanpa melupakan kesejahteraan Dunia dengan cara
Islamic Business Networ menegakkan kemuliaan Islam dan kaum Muslim
Internasional.
Visi
Menjadikan PT Ahad-Net Internasional sebagai lembaga usaha umat
yang membanggakan dan mempunyai jaringan di seluruh dunia.
Misi
1) Meningkatkan kemandirian dan kemuliaan umat melalui usaha-usaha
yang sesuai dengan Syariah Islam.
2) Mempersatukan umat melalui usaha muamalah (dakwah bil hal).
3) Memberdayakan dan mengembangkan potensi serta kepedulian umat
melalui sektor produksi, distribusi dan konsumsi produk-produk yang
halal dan thayyib.
4) Mendorong dan membina umat untuk memahami dan mengamalkan Al
Quran dan As Sunnah Rasulullah SAW dalam paradigma Islam (secara
kaffah)
5) Memberikan kemaslahatan kepada masyarakat seluas-seluasnya dalam
mewujudkan nilai-nilai Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.
3. Manajemen dan Operasional
Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan alat yang penting dalam suatu
perusahaan. Struktur organisasi tersebut merupakan gambaran secara
sistematis tentang bagian-bagian tugas, tanggung jawab dan hubungan
bagian yang terdapat dalam suatu badan atau lembaga dalam mencapai
tujuan. Adapun struktur organisasi dalam perusahaan ini adalah sebagai
berikut :
Gambar 4.1
Struktur Organisasi
PT AHAD-NET INTERNASIONAL
Sumber : Data Primer (PT. Ahad Net Internasional, 2007)
Gambar 4.2
Pengurus Perseroan
PT AHAD NET INTERNASIONAL
Tahun 2006-2011
Dewan Pengawas Syariah :
DR. KH. Ma’ruf Amin
Drs. H. M. Hidayat, MBA, MH
Penasehat Perseroan :
Prof. KH Ali Yafie
Letjen. (Purn) Ir. H. Azwar Anas
Adi Sasono
Dewan Komisaris :
H. Ateng Kusnadi, SE, M.Si Komisaris Utama
Drs. H. Danny Ramdhani, MA Komisaris
H. Karnaen Anwar Perwataatmadja, SE, MPA Komisaris
Dewan Direksi :
Direktur Utama
Ir. H. Setyotomo, SE
Direktur
Hj. R. Nurhayati
Widayatno, S.Kom
H. Dikdik Hikmat P., SE
Corporate Secretary:
Utet Ruhiat
Advisor Direksi :
H. Abdul Halim Said
H. Sugianto Pangat
H. Andi Alif Kaharudin, SE
Hj. Ratih Sanggarwati
Sumber : Data Primer (PT. Ahad Net Internasional, 2007)
PT AHAD-NET INTERNASIONAL
Kantor Pusat Pemasaran
Kompleks Ruko Atrium, Blok H-18 s.d. H-21,
Segitiga senen, Jakarta Pusat 10410.
Telp. (021) 3521388, (021) 3852450 Fax. (021) 3519408
Kantor Perwakilan
Ruko AHAD-NET, Jl. Letda Sujono No. 386 A-B Kel. Tembung,
Kec. Medan Tembung, Medan – Sumatera Utara
Telp. (061) 7383517-19 Fax. (061) 7383520
Website : www.ahadnet.com
E-Mail : marketing@ahadnet.com
Customer Care : (021) 3500206
4. Keunggulan dan Manfaat
Keunggulan
Seluruh produknya halal dan thayyib
Produk-produknya merupakan kebutuhan sehari-hari
Harga terjangkau
Produknya beraneka ragam (+ 500 macam)
Sistem insentif lebih adil dan menguntungkan (100% didistribusi kepada
Mitraniaga)
Teruji dan berpengalaman sejak 1996
Memiliki Sertifikat Bisnis Syariah dari MUI
Memiliki izin Usaha dari Pemerintah (DEPERINDAG)
Jaringan Mitraniaga dan Mitrasalur tersebar luas di seluruh Indonesia
Dikelola dari umat, oleh umat dan untuk umat
Didukung KAMPUS AHAD sebagai support system
Manfaat Keanggotaan
Setiap masyarakat muslim yang bergabung menjadi anggota (Mitraniaga)
AHAD-NET akan mendapatkan 2 manfaat sekaligus.
1. Manfaat Finansial yang disingkat RAHMAT, yaitu:
Rabat (potongan harga langsung)
Asuransi Jiwa dan Kesehatan (standar, plus dan perawatan)
Hadiah (bulanan, 3 bulanan dan tahunan)
Manfaat Khusus (HP, Sepeda Motor, Mobil, Umroh, Haji dan Rumah)
Andil (Saham kepemilikan)
Tabungan Pensiun
2. Manfaat Non-Finansial yang disingkat KAWAN, yaitu:
Kegotongroyongan
Asisten Usaha (Mitrautama dan Support System)
Waktu Luang
Akhlakul Karimah
Nilai Ibadah dan Persaudaraan
Manfaat Lainnya
Eksistensi AHAD-Net telah ikut andil memberikan kontribusi dalam di
sektor produksi dan distribusi.
Sektor produksi, diantaranya :
Melahirkan wirausaha baru
Meningkatkan kualitas dan omset wirausaha lama
Lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat
Mendorong peningkatan akhlaq dan kesejahteraan
Sedangkan di sektor distribusi, diantaranya :
Melahirkan wirausaha mandiri
Meningkatkan akhlaq dan kesejahteraan masyarakat
Membuka paradigma, kesadaran dan sikap mental positif
Lapangan kerja baru bagi masyarakat
Ketentraman mengkonsumsi produk halal dan thayyib
Meningkatkan ukhuwah islamiyah dan implementasi ad-dienul Islam
B. Hasil Analisis dan Interpretasi Data
1. Deskripsi Responden
Karakteristik responden dipergunakan untuk mendapatkan
gambaran jelas mengenai karakter-karakter dari responden yaitu Distributor
MLM Syari'ah AHAD-Net Malang yang berstatus Distributor Aktif. Setelah
mengadakan penelitian dan penyebaran kuisioner terhadap 52 responden
dapat digambarkan karakteristik responden adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan Jenis Kelamin
Berikut ini merupakan distribusi frekuensi responden dari penelitian
berdasarkan jenis kelamin yang disajikan dalam tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
01 Laki-laki 31 59,6 %
02 Perempuan 21 40,4 %
Jumlah 52 100 %
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, menunjukkan bahwa anggota Ahad-Net di
Malang antara laki-laki dan perempuan yang menjadi sampel jumlahnya
tidak jauh berbeda, hanya selisih 19,2% saja. Yaitu ditunjukkan dengan
59,6% jumlah responden laki-laki atau 31 orang, sedangkan responden
perempuan hanya sebesar 40,4% yaitu sebanyak 21 orang.
b. Berdasarkan Usia
Berikut ini merupakan distribusi frekuensi responden dari penelitian
berdasarkan usia yang disajikan dalam tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
01 < 20 Tahun 0 0 %
02 21 – 30 Tahun 10 25,8 %
03 31 – 40 Tahun 29 55,8 %
04 41 – 50 Tahun 11 21,2 %
05 > 50 Tahun 2 3,8 %
Jumlah 52 100 %
Pada tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar anggota
Ahad-Net Malang berusia antara 31 – 40 tahun yaitu sebesar 55,8%
responden, disusul kemudian responden yang berusia antara 21 – 30
tahun dan 41 – 50 tahun, masing-masing sebesar 25,8% dan 21,2 % serta
hanya 3,8% atau 2 orang responden saja yang berusia 50 tahun ke atas.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa anggota Ahad-Net di
Malang di dominasi anggota yang berusia antara 31-40 tahun. Ini bisa
jadi karena usia 31-40 tahun merupakan usia yang matang dan produktif
dalam beraktivitas.
c. Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Berikut ini merupakan distribusi frekuensi responden dari penelitian
berdasarkan pendidikan terakhir yang disajikan dalam tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
01 SD / Sederajat 5 9,6 %
02 SMP / Sederajat 0 0 %
03 SMU / Sederajat 14 26,9 %
04 S1 30 57,7 %
05 S2 Ke Atas 3 5,8 %
Jumlah 52 100 %
Diketahui bahwa sebagain besar pendidikan terakhir anggota Ahad-Net
Malang adalah sarjana /S1, ini di tunjukkan pada tabel 4.3 di atas. Yaitu
S1 sebesar 57,7 %, kemudian SMU/sederajat sebesar 26,9 %, selanjutnya
SD/sederajat sebesar 9,6 % dan sisanya S2 ke atas sebanyak 5,8%. Dari
sini dapat disimpulkan bahwa anggota Ahad-Net di Malang mayoritas
adalah S1, ini berarti ini berarti Ahad-Net bisa dikatakan membidik
anggotanya dari kalangan pelajar, itu dikarenakan Malang merupakan
kota pendidikan.
d. Berdasarkan Pekerjaan Selain Menjadi Distributor Ahad-Net.
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan selain menjadi
distributor/anggota Ahad-Net
NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
01 Pegawai Negeri/TNI/Polri 6 11,5 %
02 Pegawai Swasta 5 9,6 %
03 Wira Swasta/Usahawan 34 65,4 %
04 Pelajar/Mahasiswa 2 3,8 %
05 Lain-lain 5 9,6 %
Jumlah 52 100%
Pembagian responden berdasarkan pekerjaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui anggota yang berprofesi lain disamping menjadi anggota
Ahad-Net Malang. Dari tabel 4.4 tersebut dapat diketahui bahwa anggota
terbanyak Ahad-Net adalah wira swasta/usahawan yaitu sebanyak
65,4%, kemudian diikuti anggota yang menjadi pegawai swasta 9,6%,
pegawai negeri 11,5% dan pekerjaan lainnya sebesar 9,6% dan sisanya
masih menjadi mahasiswa/pelajar sebanyak 3,8%. Dari hasil penjelasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa anggota Ahad-Net di Malang yang
terbanyak adalah dari kalangan wira swasta/usahawan. Hal karenakan
wira swasta mempunyai waktu yang fleksibel dan bisa jadi mereka
menjadi wira swasta karena termotivasi dari sistem pada Ahad-Net.
e. Berdasarkan Peringkat atau jenjang karir di Ahad-Net
Tabel 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Peringkat atau jenjang karir di Ahad-
Net
NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
01 Adi Bina Kencana ke bawah 34 65,4 %
02 Prawira Pratama 18 34,6 %
03 Prawira Muda 0 0 %
04 Prawira Madya 0 0 %
05 Prawira Utama ke Atas 0 0 %
Jumlah 20 % 100 %
Pada tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa peringkat atau jenjang karir
anggota Ahad-Net di Malang tertinggi masih ada di posisi Prawira
Pratama yaitu sebesar 34,6 % dan kebanyakan anggota Ahad-Net di
malang masih berada pada posisi Adi Bina Kencana dan di bawahnya
yaitu sebanyak 65,4%.
2. Uji Data
a. Uji Validitas
Sebuah instrumen dikatakan valid, jika mampu mengukur apa yang
diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti
secara tepat, tinggi rendah validitas instrumen menunjukkan sejauh
mana data yang dikumpulkan tidak menyimpang dari gambaran
variabel yang dimaksud. Pengujian validitas dalam penelitian ini
menggunakan validitas pearson berdasarkan rumus product moment
pada tingkat signifikasi 95% ( = 5%). Dengan tingkat signifikasi
yang digunakan 0,01 dan 0,05 apabila hasil korelasi item dengan pola
itemnya menghasilkan nilai signifikasi lebih kecil (<) alpha (0,05)
maka intrumen tersebut valid.
Adapun uji validitas instrumen dapa di sajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.6
Uji Validitas Variabel X (Independent)
No Item Korelasi Signifikasi Keterangan
1 X1.1 0,839 0,000 Valid
2 X1.2 0,750 0,000 Valid
3 X1.3 0,951 0,000 Valid
4 X2.1 0,816 0,000 Valid
5 X2.2 0,941 0,000 Valid
6 X2.3 0,803 0,000 Valid
7 X3.1 0,794 0,000 Valid
8 X3.2 0,242 0,000 Valid
9 X3.3 0,751 0,000 Valid
10 X4.1 0,918 0,000 Valid
11 X4.2 0,821 0,000 Valid
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa item X1 sampai dengan X4
pada tabel skor adalah valid, karena nilai probabilitas hasil korelasi
antar item dengan total item pada variabel menunjukkan korelasi
yang positif serta signifikasi pada tingkat signifikasi adalah 0,000
yaitu lebih kecil dari (nilai probabilitas < ; 0,000 < 0,01).
Tabel 4.7
Uji Validitas Y (Dependent )
No Item Korelasi Signifikasi Keterangan
1 Y1 0,891 0,000 Valid
2 Y2 0,889 0,000 Valid
3 Y3 0,842 0,000 Valid
4 Y4 ,(a) 0,000 Valid
a Cannot be computed because at least one of the variables is constant.
Dari tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa item Y1 sampai dengan Y4
pada tabel skor adalah valid, karena nilai probabilitas hasil korelasi
antar item dengan total item pada variabel menunjukkan korelasi
yang positif serta signifikasi pada tingkat signifikasi adalah 0,000
yaitu lebih kecil dari (nilai probabilitas < ; 0,000 < 0,01).
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen adalah suatu nilai yang menunjukkan
konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang
sama. Pengujian reliabilitas instrumen menggunakan jumlah item
pertanyaan dengan metode alpa crombach dan instrumen variabel
disebut reliabel apabila r alpha positif dan lebih besar dari r tabel atau
suatu reliablititas dikatakan reliabel jika memiliki nilai koefisien alpha
> 0,6.
Adapun hasil uji reliabilitas dari data yang peneliti gunakan adalah :
Tabel 4.8
Uji Reliabilitas
No Item Alpha Keterangan
1 X1 0,905 Reliabel
2 X2 0,815 Reliabel
3 X3 0,168 Reliabel
4 X4 0,691 Reliabel
5 Y 0,815 Reliabel
Dari tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa kuesioner yang digunakan
dalam penelitian ini adalah representatif, dalam arti pengukuran
datanya sudah dapat dipercaya, karena hasil perhitungan semua
variabel X1, X2, X4 dan Y adalah diatas standart nilai crombach alpha
(0,6). Dan untuk X3, meskipun memiliki nilai lebih kecil dari crombach
alpha, namun item tersebut adalah reliabel, karena memiliki nilai
alpha yang positif.
3. Deskripsi Variabel
Sebelum dilakukan analisis tentang bisnis jaringan bisnis jaringan
Multi Level Marketing (MLM) Syariah yang meliputi 4 (empat) aspek,
yakni perekrutan anggota baru (jenjang atau level) (X1), Sistem pelatihan
(X2), Penjualan produk (X3), serta komisi dan bonus (X4), berpengaruh
terhadap kebebasan finansial Distributor (Y). Berikut ini disajikan terlebih
dahulu data-data tentang kondisi masing-masing variable berdasarkan
hasil kuesioner.
Tabel 4.9
Rekapitulasi Skor
Variabel perekrutan anggota baru (jenjang atau level) (X1)
Alternatif
Jawaban
Skor Item X1.1 Item X1.2 Item X1.3
Frek. % Frek. % Frek. %
Sangat Setuju 5 40 76,9 46 88,5 43 82,7
Setuju 4 12 23,1 6 11,5 9 17,3
Ragu 3 - - - - - -
Tidak Setuju 2 - - - - - -
Sangat Tidak 1 - - - - - -
Setuju
Jumlah 52 100 52 100 52 100
Dari tabel 4.9 diatas dapat dijelaskan bahwa jawaban responden tentang
perekrutan anggota baru (jenjang atau level) menunjukkan tanggapan
yang positif, hal ini dapat dilihat dari semua jawaban responden yang
setuju bahkan mayoritas menjawab sangat setuju. Hal tersebut
menunjukkan kalau distributor merasa bahwa perekrutan anggota baru
benar-benar membantu menambah jaringan dan meningkatkan
jenjang/level dalam Ahad-Net serta mampu merubah finansial yang
diperolehnya kearah yang lebih baik.
Tabel 4.10
Rekapitulasi Skor
Variabel Sistem Pendidikan Dan Pelatihan (X2)
Alternatif
Jawaban
Skor Item X2.1 Item X2.2 Item X2.3
Frek. % Frek. % Frek. %
Sangat Setuju 5 43 83,7 44 84,6 47 90,4
Setuju 4 9 17,3 8 15,4 5 9,6
Ragu 3 - - - - - -
Tidak Setuju 2 - - - - - -
Sangat Tidak
Setuju
1 - - - - - -
Jumlah 52 100 52 100 52 100
Dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa pada item X2.1 (pernyataan: Sistem
pendidikan dan pelatihan dalam Ahad-Net telah merubah bisnis,
finansial dan hidup Anda lebih baik), mayoritas yaitu 82,7% responden
memilih alternative jawaban sangat setuju dan sisanya 9% hanya
menjawab setuju. Hal tersebut menunjukkan distributor merasa bahwa
system pendidikan dan pelatihan dalam Ahad-Net telah merubah bisnis
dan finansialnya menjadi lebih baik atau meningkat.
Sedangkan untuk item X2.2 (pernyataan: Sistem pendidikan dan
pelatihan dalam Ahad-Net berguna untuk pemantapan/perbaikan
pekerjaan dan finansial Anda) mayoritas responden yaitu sebesar 44
orang (84,6%) memilih alternative jawaban sangat setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa distributor mengalami perbaikan atau kemajuan
dalam hal pekerjaan dan finansial dengan adanya Sistem pendidikan dan
pelatihan dalam Ahad-Net.
Pada item X2.3 (pernyataan: Dalam sistem pendidikan dan pelatihan
Ahad-Net sangat ditekankan pula akan pentingnya jaringan
(silaturahmi)). Semua responden setuju (9,6%) dan sangat setuju (90,4%)
kalau dalam Ahad-Net itu jaringan dan silaturahmi itu sangat penting
dan sangat ditekankan.
Tabel 4.11
Rekapitulasi Skor
Variabel Penjualan Produk (X3)
Alternatif
Jawaban
Skor Item X3.1 Item X3.2 Item X3.3
Frek. % Frek. % Frek. %
Sangat Setuju 5 44 84,6 50 96,2 46 88,5
Setuju 4 8 15,4 2 3,8 6 11,5
Ragu 3 - - - - - -
Tidak Setuju 2 - - - - - -
Sangat Tidak
Setuju
1 - - - - - -
Jumlah 52 100 52 100 52 100
Dari tabel 4.11 diatas dapat dijelaskan bahwa jawaban responden tentang
penjualan produk menunjukkan tanggapan yang tidak negatif. Dari
semua responden setuju dan bahkan banyak yang sangat setuju kalau
dalam pembelian/penjualan produk Ahad-Net itu tidak mungkin
merugikan, baik dalam finansial maupun non-finansial. Bahkan
distributor akan mendapatkan keuntungan dengan penjulan produk
Ahad-Net, salah satunya karena harga untuk distributor lebih murah
dibanding harga nondistributor.
Tabel 4.12
Rekapitulasi Skor
Variabel Komisi Dan Bonus (X4)
Alternatif
Jawaban
Skor Item X4.1 Item X4.2
Frek. % Frek. %
Sangat Setuju 5 26 50 40 76,9
Setuju 4 13 25 6 11,5
Ragu 3 9 17,3 6 11,5
Tidak Setuju 2 4 7,7 - -
Sangat Tidak
Setuju
1 - - - -
Jumlah 52 100 52 100
Dari tabel 4.12 diatas dapat diketahui bahwa pada item X4.1 (pernyataan:
Komisi dan bonus selalu Anda peroleh dari Ahad-Net setelah menjadi
distributornya), separuh dari responden yaitu 50% responden memilih
alternative jawaban sangat setuju dan 25% menjawab setuju. Sisanya,
sebanyak 17,3% masih ragu-ragu dan 7,7%-nya tidak setuju. Hal tersebut
menunjukkan separuh dari distributor selalu mendapatkan komisi dan
bonus setelah bergabung dengan Ahad-Net. Dan separuhnya lagi tidak
setuju serta ragu, karena komisi dan bonus yang diterimanya belum
dalam bentuk rupiah.
Pada item X4.2 (pernyataan: Komisi dan bonus yang diberikan Ahad-Net
sangat membantu finansial Anda), mayoritas responden memilih
alternative jawaban sangat setuju (76,9%) dan setuju sebesar (11,5%) serta
hanya 11,5% juga saja menjawab ragu. Hal ini menunjukkan mayoritas
distributor merasa bahwa komisi dan bonus yang didapat dari Ahad-Net
sangat membantu finansialnya.
Tabel 4.13
Rekapitulasi Skor
Variabel Kebebasan Finansial (Y)
Alternatif Skor Item Y1 Item Y2 Item Y3 Item Y4
Jawaban
Frek % Frek % Frek. % Frek. %
Sangat Setuju 5 28 53,8 26 50 23 44,2 52 100
Setuju 4 17 32,7 20 38,5 14 26,9 - -
Ragu 3 4 7,7 4 7,7 - - - -
Tidak Setuju 2 2 3,8 2 3,8 8 15,7 - -
Sangat Tidak
Setuju
1 - - - - 7 13,5 - -
Jumlah 51 98,1 - - - - - -
Missing System 1 1,9 - - - - - -
Jumlah 52 100 52 100 52 100 52 100
Dari table 4.13 diatas, dapat diketahui bahwa pada item Y1 (pernyataan:
Anda merasa bahwa setelah masuk Ahad-Net finansial Anda akan terus
meningkat), mayoritas responden yaitu sebesar 53,8% memilih alternatif
jawaban sangat setuju dan 32,7% menjawab setuju. Hal tersebut
menunjukkan distributor merasa bahwa bisnis jariangan MLM Syariah
Ahad-Net mampu mingkatkan finansial distributor. Tetapi ada yang
masih ragu-ragu sebanyak 7,7% dan yang 3,8% tidak setuju bahwa bisnis
jariangan MLM Syariah Ahad-Net mampu mingkatkan finansial
distributor. Dan sekaligus terdapat 1 orang yang tidak menjawab
pernyataan tersebut.
Sedangkan dari item Y2 (pernyataan: Setelah masuk Ahad-Net, Anda
tidak khawatir terhadap finansial yang Anda dapat walaupun usaha ini
Anda tinggalkan dalam beberapa waktu), lebih dari separuh responden
menanggapi dengan positif, yaitu 50% responden memilih alternatif
jawaban sangat setuju dan 38,5% menjawab setuju. Hal in menunjukkan
distributor Ahad-Net merasa bahwa setelah masuk dan aktif dalam bisnis
jaringan Ahad-Net, mereka tidak khawatir lagi terhadap finansial yang
didapatnya. Meski ada 7,7% yang masih ragu dan 5% lagi tidak setuju
atas pernyataan tersebut diatas.
Dari item Y3, dapat diketahui bahwa pada pernyataan: Dalam Ahad-Net
finansial dapat Anda peroleh tanpa harus bekerja keras karena orang lain
dan atau uang yang bekerja untuk Anda. Mayoritas responden sangat
setuju yaitu sebesar 44,2% dan 26,9% memilih alternatif jawaban setuju.
Hal tersebut menunjukkan bahwa distributor merasa finansial akan selalu
didapatnya tanpa harus bekerja keras lagi, karena sistem bisnis jaringan
Ahad-Net yang bekerja. Tetapi, masih ada yang tidak setuju yaitu
sebesar 15,4% dan 13,5% lagi benar-benar sangat tidak setuju terhadap
pernyataan tersebut diatas.
Untuk item Y4, semua responden sepakat dan (100%) sangat setuju
terhadap pernyataan: Selain keterampilan teknis pemasaran, penjualan,
negoisasi, dalam Ahad-Net sangat ditekankan pada bekerja sama,
kemampuan memimpin dan jaringan silaturahmi. Jaringan (silaturahmi)
merupakan tujuan utama bisnis jaringan Ahad-Net ini.
4. Analisis Data
a. Analisis Regresi
Analisis regresi yang digunakan adalah regresi bergandi dengan 4
(empat) variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
perekrutan anggota baru (jenjang atau level) (X1), Sistem pelatihan (X2),
Penjualan produk (X3), serta komisi dan bonus (X4). Sedangkan varibel
terikatnya adalah kebebasan finansial (Y). Hasil regresi berdasarkan
perhitungan dengan program SPSS 12 for windows adalah pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4.14
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel Koefisien Regresi thitung Sig. t
(Constanta) 35,804 3,927 0,000
Perekrutan Anggota
Baru (jenjang/Level) (X1)
- 1,529 - 2,820 0,007
Sistem Pendidikan dan
Pelatihan (X2)
0,161 0,269 0,789
Penjualan Produk (X3) - 1,222 - 1,162 0,251
Komisi dan Bonus (X4) 2,169 6,508 0,000
R = 0,715
R Square = 0,511
F hitung = 12,293
F tabel = 2,53
t tabel = 1,960
Varibel terikat regresi ini adalah Y (kebebasan finansial)
sedangkan variabel bebasnya adalah perekrutan anggota baru (jenjang
atau level) (X1), Sistem pelatihan (X2), Penjualan produk (X3), serta
komisi dan bonus (X4). Model regresi berdasarkan hasil analisis di atas
adalah :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4
Y = 35,804+ (-1,529)X1 + (-0,161)X2 + (-1,222)X3 + 2,169X4
Pada persamaan tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
a) Nilai konstanta sebesar 35,804 menunjukkan bahwa apabila tidak ada
varibel bisnis jaringan Multi Level Marketing (MLM) Syariah yang
tercermin pada perekrutan anggota baru (jenjang atau level), Sistem
pendidikan dan pelatihan, Penjualan produk, serta komisi dan bonus
(X1,X2,X3 dan X4 = 0) maka kebebasan finansial sebesar 35,804 kali.
Ini berarti, kebebasan finansial distributor Multi Level Marketing
(MLM) Syariah Ahad-Net akan tetap yaitu sebesar 35,804 kali
sebelum atau tanpa adanya variabel bisnis jaringan Multi Level
Marketing (MLM) Syariah yang tercermin pada perekrutan anggota
baru (jenjang atau level), Sistem pelatihan, Penjualan produk, serta
komisi dan bonus.
b) Koefisien regresi perekrutan anggota baru (jenjang atau level) sebesar
-1,529 dengan asumsi X2, X3, dan X4 tetap atau Cateris Paribus, maka
estimasi Y akan menurun sebesar - 1,529 satuan kebebasan finansial
jika X1 bertambah 1 satuan unit. Ini berarti bahwa jika perekrutan
anggota baru (jenjang atau level) di abaikan maka kebebasan finansial
akan tetap stabil pada tingkat 39,536.
c) Koefisien regresi Sistem pendidikan dan pelatihan sebesar 0,161
dengan asumsi X1, X3, dan X4 tetap atau Cateris Paribus,
mununjukkan bahwa setiap varibel bisnis jaringan Multi Level
Marketing (MLM) Syariah pada indikator Sistem pendidikan dan
pelatihan meningkat 1 kali, maka kebebasan finansial akan meningkat
sebesar 0,161 kali atau dengan kata lain setiap peningkatan kebebasan
finansial dibutuhkan variabel bisnis jaringan Multi Level Marketing
(MLM) Syariah pada indikator Sistem pendidikan dan pelatihan
sebesar 0,161.
d) Koefisien regresi Penjualan produk sebesar -1,222 dengan asumsi X1,
X2, dan X4 tetap atau Cateris Paribus, maka estimasi Y akan menurun
sebesar -1,222 satuan kebebasan finansial jika X3 bertambah 1 satuan
unit. Ini berarti bahwa jika Penjualan produk di abaikan maka
kebebasan finansial akan tetap stabil pada tingkat 39,536.
e) Koefisien regresi komisi dan bonus sebesar 2,169 dengan asumsi X1,
X2, dan X3 tetap atau Cateris Paribus, mununjukkan bahwa setiap
varibel bisnis jaringan Multi Level Marketing (MLM) Syariah pada
indikator komisi dan bonus meningkat 1 kali, maka kebebasan
finansial akan meningkat sebesar 2,169 kali atau dengan kata lain
setiap peningkatan kebebasan finansial dibutuhkan variabel bisnis
jaringan Multi Level Marketing (MLM) Syariah pada indikator komisi
dan bonus sebesar 2,169.
b. Uji Hipotesis
Hipotesis
“Diduga ada pengaruh antara bisnis jaringan Multi Level Marketing
(MLM) Syari'ah Ahad-Net yang meliputi perekrutan anggota baru (jenjang atau
level) (X1), Sistem pendidikan dan pelatihan (X2), Penjualan produk (X3), serta
komisi dan bonus (X4) terhadap kebebasan finansial Distributor ditinjau dari
Perspektif The Cashflow Quadrant Robert T. Kiyosaki(Y)”
Untuk menguji hipotesis diatas maka digunakan perhitungan uji
statistik, yaitu secara parsial (uji t) dan dengan cara simultan (uji F). Uji
statistik secara individu untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel bebas terhadap variabel tergantung menggunakan uji t.
Sedangkan untuk uji statistik dengan memperthatikan pengaruh
kehadiran seluruh variabel bebas (perekrutan anggota baru (jenjang atau
level), Sistem pendidikan dan pelatihan, Penjualan produk, serta komisi
dan bonus) secara bersama-sama terhadap variabel terikat (kebebasan
financial) dengan menggunakan uji F (uji simultan).
a) Uji t (secara parsial)
1) Uji t variabel X1 terhadap variabel Y
Langkah-langkah :
− perumusan hipotesi dengan 2 arah
Ho : b1 = 0 (tidak ada hubungan) : Ha 0 (ada hubungan)
Ho : b2 = 0 (tidak ada hubungan) : Ha 0 (ada hubungan)
− Nilai kritis uji t dengan level of signifikan = 5%
dk = n – 2 = 52 – 2 = 50
Uji dua pihak = /2 = 0,05/2 = 0,025
t tabel = (t 0,025;18) = 1,960
− Nilai t hitung = - 2,820
− Daerah krisis Ho melalui kurva normal
Kriteria penerimaan dan penolakan
Ho diterima jika –1,960 t hitung 1,960
Ho ditolak jika t hitung < –1,960 atau t hitung > 1,960
Dari langkah-langkah tersebut didapat t hitung -2,860 t tabel 1,960,
sehingga keputusannya adalah menolak Ho dan menerima Ha
secara statistik. Dengan demikian perekrutan anggota baru
(jenjang atau level) (X1) berpengaruh terhadap variabel kebebasan
finansial (Y).
2) Uji t variabel X2 terhadap variabel Y
Langkah-langkah :
− perumusan hipotesi dengan 2 arah
Ho : b1 = 0 (tidak ada hubungan) : Ha 0 (ada hubungan)
Ho : b2 = 0 (tidak ada hubungan) : Ha 0 (ada hubungan)
− Nilai kritis uji t dengan level of signifikan = 5%
dk = n – 2 =52 – 2 = 50
Uji dua pihak = /2 = 0,05/2 = 0,025
t tabel = (t 0,025;18) = 1,960
− Nilai t hitung = 0,269
− Daerah krisis Ho melalui kurva normal
− Kriteria penerimaan dan penolakan
Ho diterima jika –1,960 t hitung 1,960
Ho ditolak jika t hitung < –1,960atau t hitung > 1,960
Dari langkah-langkah tersebut didapat t tabel -1,960 t hitung 0,269
t tabel 1,960, sehingga keputusannya adalah menerima Ho dan
menolak Ha secara statistik. Dengan demikian Sistem pendidikan
dan pelatihan (X2) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel kebebasan finansial (Y).
3) Uji t variabel X3 terhadap variabel Y
Langkah-langkah :
− perumusan hipotesi dengan 2 arah
Ho : b1 = 0 (tidak ada hubungan) : Ha 0 (ada hubungan)
Ho : b2 = 0 (tidak ada hubungan) : Ha 0 (ada hubungan)
− Nilai kritis uji t dengan level of signifikan = 5%
dk = n – 2 = 52 – 2 = 50
Uji dua pihak = /2 = 0,05/2 = 0,025
t tabel = (t 0,025;18) = 1,960
− Nilai t hitung = - 1,162
− Daerah krisis Ho melalui kurva normal
− Kriteria penerimaan dan penolakan
Ho diterima jika –1,960 t hitung 1,960
Ho ditolak jika t hitung < –1,960 atau t hitung > 1,960
Dari langkah-langkah tersebut didapat t tabel -1,960 t hitung -1,162
ttabel 1,960 sehingga keputusannya adalah menerima Ho dan
menolak Ha secara statistik. Dengan demikian variabel penjualan
produk (X3) tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel
kebebasan finansial (Y).
4) Uji t variabel X4 terhadap variabel Y
Langkah-langkah :
− perumusan hipotesi dengan 2 arah
Ho : b1 = 0 (tidak ada hubungan) : Ha 0 (ada hubungan)
Ho : b2 = 0 (tidak ada hubungan) : Ha 0 (ada hubungan)
− Nilai kritis uji t dengan level of signifikan = 5%
dk = n – 2 = 52 – 2 = 50
Uji dua pihak = /2 = 0,05/2 = 0,025
t tabel = (t 0,025;18) = 1,960
− Nilai t hitung = 6,508
− Daerah krisis Ho melalui kurva normal
− Kriteria penerimaan dan penolakan
Ho diterima jika –1,960 t hitung 1,960
Ho ditolak jika t hitung < –1,960 atau t hitung > 1,960
Dari langkah-langkah tersebut didapat t hitung = 6,508 > t tabel 1,960,
sehingga keputusannya adalah menolak Ho dan menerima Ha
secara statistik. Dengan demikian variabel komisi dan bonus (X4)
mempunyai pengaruh terhadap variabel kebebasan finansial (Y).
b) Uji F (secara simultan)
Langkah-langkah
− Perumusan hipotesisnya adalah :
Ho = Tidak ada pengaruh antara variabel bebas yaitu bisnis
jaringan MLM Syari'ah (X) dengan variabel terikat yaitu
Kebebasan Finansial (Y)
Ha = Ada pengaruh antara variabel bebas yaitu bisnis jaringan
MLM Syari'ah (X) dengan variabel terikat yaitu
Kebebasan Finansial (Y)
− Nilai kritis distribusi F dengan level of signifikan = 5%
dk pembilang = k (jumlah variabel independen) = 4
dk penyebut = n – k – 1 = 52 – 4 – 1 = 47
F (jml var. bebas; jml var; ) = F (4;15;0,05) = 2,53
− Nilai F hitung = 12,293
− Daerah krisis Ho melalui kurva distribusi F
− Kriteria penerimaan dan penolakan
Ho diterima jika Fhitung < 2,53 (nilai kritis)
Ho ditolak jika Fhitung 2,53 (nilai kritis)
Sehingga keputusannya adalah menolak Ho dan menerima Ha secara
statistik, karena 12,293 2,53. Dapat disimpulkan bahwa secara
simultan variabel independen yang meliputi perekrutan anggota baru
(jenjang atau level) (X1), Sistem pendidikan dan pelatihan (X2),
Penjualan produk (X3), serta komisi dan bonus (X4), berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat yaitu kebebasan finansial (Y).
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1) Pengaruh Perekrutan Anggota Baru (Jenjang Atau Level) terhadap
Kebebasan Finansial
Variabel perekrutan anggota baru (jenjang/level) memiliki nilai
thitung sebesar -2,820 menunjukkan bahwa variabel tersebut berpengaruh
terhadap kebebasan finansial distributor. Ini terbukti, karena setiap
distributor yang mampu merekrut beberapa down line, secara otomatis
peringkatnya akan naik. Jika dia mampu membina down line-nya untuk
melakukan hal serupa, peringkatnya akan terus meranjak sesuai dengan
bertambahnya jaringan. Jika ini terus berjalan maka pertumbuhan
eksponensial akan terjadi dan kebebasan finansial akan terwujud.
Untuk itu, proses perekrutan anggota baru harus benar-benar di
perhatikan karena memiliki pengaruh terhadap kebebasan finansial. Dari
sini, maka sangat penting bagi siapa pun khususnya distributor Ahad-
Net yang ingin sukses untuk dapat memahami dan menguasai
keterampilan mencari dan membangun jaringan. Tidak sampai disini,
proses follow up harus tetap di jaga, agar orang-orang yang telah menjadi
bagian atau anggota jaringan (network members) terhindar dari anggota
yang tidak aktif (down line tidur).
Untuk jenjang/level, setiap distributor harus mampu merekrut
beberap atau sebanyak-banyknya down line, karena secara otomatis
peringkatnya akan naik. Jika ia mampu membina down line-nya untuk
melakukan hal serupa maka peringkatnya akan terus menanjak sesuai
dengan bertambahnya jaringan.
Kunci menuju kesuksesan finansial adalah dengan menemukan
dan membangun jaringan.
2) Pengaruh Sistem Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kebebasan
Fianansial
Alasan utama mengapa Robert T. Kiyosaki merekomendasikan
sebuah bisnis jaringan adalah karena sistem pendidikannya. Dengan nilai
t hitung sebesar 0,269, variabel sistem pendidikan dan pelatihan tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat kebebasan
finansial. Tidak berpengaruhnya sistem pendidikan dan pelatihan
terhadap kebebasan finansial terjadi mungkin karena variabel ini tidak
bersentuhan langsung dengan keuangan atau finansial. Tetapi secara
implicit sistem pendidikan dan pelatihan memiliki pengaruh yang besar
terhadap kemajuan (usaha dan karakter) distributor.
Sistem pendidikan dan pelatihan merupakan bagian terpenting di
dalam perusahaan untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut benarbenar
berminat untuk melatih atau mendidik karyawan/anggotanya
(distributor). Sistem pendidikan yang ada juga harus mampu mengubah
hidup, yaitu pendidikan yang memiliki rancangan yang mempunyai
kekuatan untuk membuat perbedaan besar dalam hidup. Kalau
rancangan pendidikannya bagus, maka tidak menutup kemungkinan
akan dapat meningkatkan hidup anggota/distributor menjadi lebih baik.
Untuk itu, distributor harus terus belajar kepada orang-orang
yang berada dipuncak atau orang-orang yang sukses dalam bisnis
jaringan tersebu, begitu juga sebaliknya orang yang sukses dalam bisnis
jaringan ini harus bisa membagi pengalaman tentang keberhasilannya.
Kita tahu, dalam pemasaran jaringan, orang-orang dipuncak yang
mengajar harus sukses terlebih dahulu dalam dunia nyata, atau mereka
tidak akan berada dipuncak.
3) Pengaruh Penjualan Produk terhadap Kebebasan Finansial
Seperti variabel bisnis jaringan MLM Syariah lainnya, variabel
penjualan produk juga harus mendapatkan cukup perhatian dalam
melaksanakan penjualan produk. Proses penyaluran barang (produk
atau jasa tertentu) akan memberi kesempatan kepada para konsumen
untuk turut terlibat secara aktif sebagai penjual dan akan memperoleh
keuntungan di dalam garis kemitraannya.
Dalam rekapitulasi skor variabel, penjualan produk adalah
variabel yang diyakini peserta adalah variabel yang memiliki kontribusi
paling besar, dan setelah memasuki proses penghitungan variabel
penjualan produk t hitung sebesar -1,162 yaitu berada diantara t table -
1,960 dan 1,960, menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kebebasan finansial. Penjualan
produk memang tidak berpengaruh terhadap kebebasan finansial secara
langsung, tetapi secara tidak langsung keberhasilan penjulan produk
akan berimbas kepada naiknya komisi dan bonus. Dan komisi dan bonus
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebebasan finansial.
4) Pengaruh Komisi dan Bonus terhadap Kebebasan Finansial
Dalam menjalankan sebuah aktivitas, biasanya seseorang
didorong oleh motivasi. Begitu pula orang yang menjalankan bisnis
MLM, pasti ada motivasi yang mendorongnya. Ada motivasinya karena
produknya memang ia butuhkan, ada yang motivasinya karena
pendidikan bisnisnya, ada yang motivasinya idiologis dan ada juga yang
motivasinya karena MLM menawarkan peluang komisi dan bonus.
Dengan t hitung sebesar 6,508, menunjukkan bahwa komisi dan
bonus merupakan variabel bisnis jaringan MLM Syariah yang dominan
yang berpengaruh terhadap kebebasan finansial secara individu. Ini
berarti komisi dan bonus yang diberikan Ahad-Net telah sesuai dengan
apa yang diharapkan dan dapat mengarah ke bebas finansial.
Dari berbagai analisis dan pengujian yang dilakukan, keempat
variabel independen yakni perekrutan anggota baru (jenjang atau level) (X1),
Sistem pendidikan dan pelatihan (X2), Penjualan produk (X3), serta komisi
dan bonus (X4) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat
yaitu kebebasan finansial distributor jika di uji secara simultan (uji F). Akan
tetapi jika di lakukan secara parsial (Uji t), maka perekrutan anggota baru
(jenjang atau level) (X1) serta komisi dan bonus (X4) saja yang berpengaruh
terhadap kebebasan finansial (Y). Sedangkan yang lain Sistem pendidikan
dan pelatihan (X2), Penjualan produk (X3) tidak berpengaruh terhadap
kebebasan finansial.
Besarnya nilai R2 (R Square) adalah sebesar 51,1% memberikan makna
bahwa proporsi keragaman dalam variabel kebebasan finansial (Y) yang
dijelaskan oleh keempat variabel bebas di dalam model regresi adalah
sebesar 51,1%. Artinya, variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian ini
hanya mampu menjelaskan kebebasan finansial sebesar 51,1%, sedangkan
sisanya 48,9% masih dapat dijelaskan oleh variabel lainnya.
Dengan demikian, pernyataan Robert T. Kiyosaki: “dengan berbisnis
jaringan melalui MLM/Network Marketing berarti seseorang telah berpindah
kuadrant dan berada di kuadrant I, sebelah kanan. Seseorang yang berada di
kuadrant sebelah kanan akan memiliki peluang untuk mendapatkan penghasilan
yang tidak terbatas (bebas finansial)” (Robert T. Kiyosaki 2005:100-104).
Berdasarkan penelitian ini, maka pernyataan Robert T. Kiyosaki tersebut
diatas akan dapat terwujud dalam bisnis jaringan Multi Level Marketing
(MLM) Syariah Ahad-Net ini jika semua variabel di jalankan dengan baik
dan seimbang.
Jika keempat variabel bisnis jaringan MLM Syariah yang meliputi
perekrutan anggota baru (jenjang atau level), Sistem pendidikan dan
pelatihan, Penjualan produk, serta komisi dan bonus dijalankan dengan
seimbang dan ditekankan dengan baik, maka bukan tidak mungkin
kebebasan finansial akan terwujud, bahkan lebih dari kebebasan finansial.
Mengingat dalam Ahad-Net kebebasan finansial (pasive income) bukan
tujuan akhir, ada yang lebih penting dari sekedar bebas finansial yaitu
“passive amal”.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT. Ahad-Net
Internasional (Ahad-Net) Malang mengenai Analisa Bisnis Jaringan Multi
Level Marketing (MLM) Syari’ah Terhadap Kebebasan Finansial Distributor
(Perspektif The Qashflow Quadrant Robert T. Kiyosaki) serta hasil analisis
tentang uji hipotesis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan Uji Validitas dan Reliabilitas dari item-item dalam setiap
variabel menunjukkan bahwa nilai signifikan antar item berada diatas
nilai yang distandarkan, dengan demikian item-item tersebut dapat
menjadi alat ukur pada variabel yang akan diuji.
2. Dari hasil analisis regresi menyatakan bahwa ada pengaruh antara
variabel bebas Bisnis Jaringan MLM Syariah (perekrutan anggota baru
(jenjang atau level), Sistem pendidikan dan pelatihan, Penjualan produk,
serta komisi dan bonus) terhadap variabel terikat kebebasan finansial jika
di uji secara simultan (uji F). Tetapi jika di uji secara parsial (uji t), hanya
variabel perekrutan anggota baru (jenjang/level) dan komisi dan bonus
yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kebebasan finansial.
a) Uji F. Merupakan hasil proses pengambilan keputusan apakah
persamaan regresi yang diperoleh dapat signifikan untuk
menjelaskan keragaman Y. Hasil proses menunjukkan bahwa nilai F
adalah sebesar 12,293. Sehingga keputusannya bahwa Ho ditolak dan
menerima Ha secara statistik, karena 12,293 2,53 artinya persamaan
regresi yang diperoleh adalah signifikan dalam menjelaskan
keragaman Y.
Besarnya nilai R2 (R Square) adalah sebesar 51,1% memberikan makna
bahwa proporsi keragaman dalam variabel kebebesan finansial (Y)
yang dijelaskan oleh keempat variabel bebas di dalam model regresi
adalah sebesar 51,1%.
b) Uji t. Persamaan regresi yang didapat adalah :
Y = 35,804+ (-1,529)X1 + (-0,161)X2 + (-1,222)X3 + 2,169X4
Secara parsial hanya variabel X1 dan X4 saja yang mempunyai
pengaruh terhadap kebebasan finansial kerena X1= -2,860 t dan X4
= 6,508 >. Sedangkan variabel X2 dan X3 tidak berpengaruh
terhadap kebebasan finansial, karena t hitung X2 dan X3 berada
diantara t tabel -1,960 dan tabel 1,960. dari hasil output di dapat bahwa
nilai probabilitas semua variabel kecuali X2 adalah lebih kecil dari
alpha. Kesimpulannya yang dapat diambil adalah peningkatan yang
terjadi pada variabel akan memberikan pengaruh positif dan
signifikan terhadap kebebasan finansial (Y). Jika dari hasil uji t
dijumpai lebih dari satu varibel signifikan, maka variabel yang
dominan pengaruhnya adalah variabel yang memiliki nilai Beta
terbesar, dalam hal ini adalah komisi dan bonus. (1,086).
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini ialah: dari
hasil penelitia
-lain
KUNTA,
0 Komentar