PENDAHULUAN
A. Latar BelakangKrisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat akibat macetnya
kredit perumahan (subprime mortgage) telah berkembang menjadi
masalah yang serius, terutama setelah bankrutnya Lehman Brothers
pada 15 September 2008. Gejolak tersebut mulai dirasakan beberapa
kawasan termasuk Indonesia, terutama pada kuartal terakhir 2008,
Dalam perspektif ekonomi, perdagangan antara satu negara
dengan negara lainnya saling berkaitan karena adanya aliran barang
dan jasa. Impor suatu negara merupakan ekspor bagi negara lain.
Dalam hubungan yang demikian, resesi yang terjadi di satu negara
dimungkinkan akan menular dan mempengaruhi negara lain karena
penurunan impor di satu tempat akan menyebabkan tertekannya
ekspor di tempat lain.
Saat ini, hampir semua negara-negara di dunia menganut
sistem pasar bebas sehingga saling terkait satu sama lain. Aliran dana
bebas keluar masuk dari satu negara ke negara lain dengan regulasi
moneter tiap negara yang beragam. Akibatnya, setiap negara memiliki
risiko terkena dampak krisis dari negara lainnya.
Sistem seperti itulah yang menyebabkan Indonesia juga terseret
pada krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Akibat krisis
keuangan tersebut, pasar saham di Indonesia rontok sehingga pada 8
Oktober 2008 IHSG mencapai titik terendah, yaitu turun 168,052 poin
menjadi 1.451,669. Puncak rontoknya pasar saham tersebut adalah
saat perdagangan saham di Bursa diberhentikan (disuspensi) jam
11.06 WIB pada tanggal yang sama karena IHSG dinilai berada di luar
batas kewajaran. IHSG anjlok 168,05 poin atau turun 10,38 persen
menjadi 1.451,66 poin dengan transaksi perdagangan saham dan
derivatif (turunan saham) yang hanya sebesar Rp 952,16 miliar
(Kompas, 9 Oktober 2008). Penurunan IHSG dan besarnya nilai
perdagangan yang di bawah 1 triliun tersebut menurut Direktur BEI
Erry Firmansyah merupakan pertanda pasar yang tidak rasional
sehingga diperlukan suspensi untuk memberikan kesempatan
investor berpikir rasional. Untuk selanjutnya, suspensi tersebut
diberlakukan BEI hingga 13 Oktober 2008.
Dalam Peraturan No. 1-L Bursa Efek Indonesia (BEI) tentang
Suspensi, Bursa diperkenankan untuk menutup sementara (suspensi)
perdagangan efek di seluruh pasar atau atas saham-saham tertentu
selama jangka waktu tertentu dalam rangka menyelenggarakan
perdagangan saham yang teratur, wajar dan efisien. Dalam peraturan
tersebut disebutkan bahwa tujuan suspensi adalah memberikan
waktu yang memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan
secara matang kewajaran harga saham berdasarkan informasi yang
ada. Suspensi sendiri juga bisa diberlakukan pada emiten atas
permintaan emiten atau adanya sanksi dari bursa terhadap emiten
tertentu (Peraturan No.1-L BEI, 2-4).
Dalam kondisi anjloknya IHSG dan diberlakukannya suspensi
tersebut, banyak kalangan mengkhawatirkan akan terjadi rush
(penarikan dana secara massal) di pasar keuangan, terutama dana
yang ada pada perusahaan-perusahaan sekuritas dan perbankan.
Dalam berita yang dirilis Kompas, 30 Oktober 2008, terdapat sekitar
33 perusahaan sekuritas yang Modal Kerja Bersih Disesuaikan
(MKDB)-nya mendekati batas minimal yang ditetapkan bursa, yaitu
Rp. 30 miliar. Berdasarkan data dirilis Bursa Efek Indonesia (BEI) per
29 Oktober 2008, dari 121 perusahaan sekuritas yang terdaftar sebagai
anggota bursa (AB), terdapat 33 perusahaan sekuritas yang memiliki
modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) di bawah Rp 30 miliar. Dari
33 perusahaan sekuritas itu, sebanyak 15 perusahaan hanya memiliki
MKBD Rp 25 miliar-Rp 26 miliar.
Merosotnya MKDB perusahaan-perusahaan sekuritas tersebut
terjadi akibat banyak nasabah yang menggunakan fasilitas margin
bangkrut sehingga tidak mampu mengembalikan pinjaman yang
digunakan untuk membeli saham kepada perusahaan sekuritas
(Kompas, 30 Oktober 2008). Nasabah yang meminjam dana dari
perusahaan sekuritas tersebut serta para manajer investasi dan para
investor memilih menjual sahamnya pada harga berapapun karena
khawatir harga sahamnya jatuh ke level yang lebih rendah menyusul
rontoknya bursa saham regional. Dengan mekanisme seperti itulah,
dana di pasar modal terserap keluar.
Dalam hal ini, perusahaan sekuritas mengalami keketatan
likuiditas karena dana investor di reksadana—yang notabene-nya
adalah salah satu produk perusahaan sekuritas—ikut kering
disebabkan sentimen negatif yang terjadi di pasar. Itulah sebabnya
kenapa perusahaan sekuritas mau menjual saham investor yang
punya pinjaman pada harga berapapun untuk menghindari kerugian
yang terlalu dalam. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan sekuritas itu sendiri. Implikasinya, harga saham yang
umumnya dilihat sebagai cerminan kinerja perusahaan juga akan
terpengaruh dan direaksi pasar secara beragam.
Di sisi lain, tersedia alternatif penempatan dana bagi investor
yang menarik dananya keluar dari pasar modal. Alternatif tersebut
adalah perusahaan perbankan. Pilihan ini menjadi lebih menarik
dibandingkan pasar modal mengingat kebijakan pemerintah yang
lebih memilih menstabilkan inflasi dan nilai tukar dengan cara
menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sehingga pemberian bunga
oleh bank terhadap pihak ketiga pun akan naik. Sementara dari sudut
pandang bank, menurut Gunarso (2008), kenaikan BI rate juga akan
mengakibatkan ketatnya likuditas bagi perbankan. Selain karena
kesulitan mendapatkan dana murah dari pihak ketiga (giro, tabungan,
deposito) karena harus menaikkan suku bunga DPK, suku bunga di
Pasar Uang Antar Bank (PUAB) juga akan meningkat. Dengan begitu,
cost of fund bank akan menjadi lebih besar. Dalam kondisi seperti ini,
bank tidak hanya akan berpotensi ditinggalkan para deposan, tetapi
juga oleh bank-bank mitranya di luar negeri (Regional Rool, 2008).
Keadaan seperti ini tentu juga akan berpengaruh terhadap kinerja
perbankan, termasuk harga sahamnya.
Kondisi dua industri (sekuritas dan perbankan) sebagaimana
tersebut tentu akan direspon secara berbeda oleh investor. Sehingga
reaksi pergerakan sahamnya-pun besar kemungkinan akan berbeda.
Untuk itu diperlukan event tertentu untuk mengidentifikasi perbedaan
tersebut. Dan event yang relevan sebagai risiko pasar serta sebagai
rantai akibat dari krisis keuangan tersebut adalah suspensi. Selain
karena secara waktu event ini memiliki jangka waktu yang jelas, event
ini juga dianggap sebagai tolak ukur untuk mengetahui respon
investor terhadap kebijakan-kebijakan moneter yang dibuat
pemerintah dalam rangka mengatasi kondisi pasar keuangan yang
terganggu akibat krisis global. Secara faktual, kebijakan-kebijakan
penting pemerintah di bidang moneter berlangsung selama suspensi
diberlakukan.
Salah satu teori konvensional yang bisa digunakan untuk
mengevaluasi pergerakan saham dan menilai kinerja (performance)
suatu saham adalah Jensen’s model. Model ini mendasarkan
penilaiannya terhadap acuan return dan risiko yang terkandung pada
saham dengan menggunakan model CAPM (Samsul, 2006:362).
CAPM (Capital Asset Pricing Model) sendiri merupakan model
keseimbangan yang dipergunakan untuk mengevaluasi saham
dengan menggunakan beta sebagai ukuran risiko yang relevan.
Jensen’ Model diperkenalkan oleh Michael C. Jensen pada tahun
1968. Jensen’s Model biasanya digunakan untuk menilai kinerja
portofolio ataupun reksadana. Akan tetapi Jensen juga berpendapat
bahwa rumus yang dikemukakannya bisa digunakan untuk menilai
kinerja saham secara individual (Samsul, 2006:366). Dalam model ini,
beta dianggap sebagai satu-satunya risiko sistematis yang relevan
untuk mempelajari reaksi pasar atas event tertentu yang bersumber
dari non-corporate action. Semakin besar nilai Jensen yang dihasilkan
maka semakin baik kinerja suatu saham.
Penelitian yang mempelajari reaksi saham terhadap event-event
tertentu di luar corporate action perusahaan, diantaranya pernah
dilakukan oleh Ilmasari (2007) dengan menggunakan event Corporate
Governance Perception Index. Hasil penelitian Ilmasari menyimpulkan
bahwa event tersebut tidak mempengaruhi reaksi pasar terhadap
harga saham. Di luar event non corporate action, Sucipto (2006) pernah
melakukan penelitian untuk mempelajari reaksi saham terhadap event
stock split dan menghasilkan kesimpulan yang berbeda dengan
Ilmasari. Penelitian Sucipto membuktikan bahwa event corporate action
berupa stock split direaksi oleh pasar. Itu terlihat dari perbedaan
volume perdagangan saham sebelum dan sesudah event.
Penggunaan suspensi sebagai event non corporate action
KLIK INI UNTUK MEMBACA SELENGKAPNYA
Pengolahan OLAH SKRIPSI Penelitian, Pengolahan DAFTAR CONTOH SKRIPSI
Statistik, Olah SKRIPSI SARJANA, JASA Pengolahan SKRISPI LENGKAP Statistik, Jasa Pengolahan SKRIPSI EKONOMI
Skripsi, Jasa Pengolahan SPSS CONTOH SKRIPSI , Analisis JASA SKRIPSI STUDI KOMPARATIF TERHADAP PERFORMANCE
SAHAM PERUSAHAAN-PERUSAHAAN SEKURITAS DAN
PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA
(Event Study pada Suspensi Perdagangan Saham
Tanggal 8-13 Oktober 2008)
S K R I P S I
Oleh
AYATULLAH
NIM: 04610077
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2009
STUDI KOMPARATIF TERHADAP PERFORMANCE
SAHAM PERUSAHAAN-PERUSAHAAN SEKURITAS DAN
PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA
(Event Study pada Suspensi Perdagangan Saham
Tanggal 8-13 Oktober 2008)
S K R I P S I
Diajukan Kepada:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh
AYATULLAH
NIM : 04610077
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2009
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
STUDI KOMPARATIF TERHADAP PERFORMANCE
SAHAM PERUSAHAAN-PERUSAHAAN SEKURITAS DAN
PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA
(Event Study pada Suspensi Perdagangan Saham
Tanggal 8-13 Oktober 2008)
S K R I P S I
Oleh
AYATULLAH
NIM : 04610077
Telah Disetujui 11 Juli 2009
Dosen Pembimbing,
Drs. Agus Sucipto, MM
NIP 150327243
Mengetahui:
Dekan,
Drs. HA. MUHTADI RIDWAN, MA
NIP 150231828
iv
LEMBAR PENGESAHAN
STUDI KOMPARATIF TERHADAP PERFORMANCE
SAHAM PERUSAHAAN-PERUSAHAAN SEKURITAS DAN
PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA
(Event Study pada Suspensi Perdagangan Saham
Tanggal 8-13 Oktober 2008)
S K R I P S I
Oleh
AYATULLAH
NIM : 04610077
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji
dan Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Pada 23 Juli 2009
Susunan Dewan Penguji Tanda Tangan
1. Ketua
Umratul Khasanah, S.Ag., M.Si ( )
NIP 150287782
2. Sekretaris/Pembimbing
Drs. Agus Sucipto, MM ( )
NIP 150327243
3. Penguji Utama
Ahmad Fahrudin A, SE., MM ( )
NIP 150294653
Disahkan Oleh :
D e k a n,
Drs. HA. MUHTADI RIDWAN, MA
NIP 150231828
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada:
Orang tuaku yang tercinta,
Saudaraku,
Guru-guruku,
Sahabat-sahabatku yang setia
vi
MOTTO
Ÿωuρ ß#ø)s ? $tΒ }§øŠs9 y7s 9 ÏμÎ/ íΟù=Ïæ 4 ¨βÎ) yìôϑ¡¡9$# u|Çt7ø9$#uρ yŠ#xσà ø9$#uρ ‘≅ä. y7Í×‾≈s çμ÷Ψtã tβ%x. 9'ρé&
∩⊂∉∪ Zωθä↔ó¡tΒ
” Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaranmu, penglihatanmu, dan mata hatimu
semua itu akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra’: 36)
vii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya :
Nama : Ayatullah
NIM. : 04610077
Alamat : Sumenep
Menyatakan bahwa “Skripsi” yang saya buat untuk memeuhi persyaratan
kelulusan pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan judul:
STUDI KOMPARATIF TERHADAP PERFORMANCE SAHAM
PERUSAHAAN-PERUSAHAAN SEKURITAS DAN PERBANKAN DI
BURSA EFEK INDONESIA (Event Study pada Suspensi Perdagangan
Saham Tanggal 8-13 Oktober 2008)
Adalah hasil karya saya sendiri, bukan “duplikasi” dari karya orang lain.
Selanjutnya apabila dikemudian hari ada ”klaim” dari pihak lain, bukan
menjadi tanggung jawab dari Dosen Pembimbing dan atau pihak Fakultas
ekonomi, tetapi menjadi tanggung jawab saya sendiri.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
tanpa paksaan dari siapapun.
Malang, 11 Juli 2009
Hormat Saya,
AYATULLAH
NIM : 04610077
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam
kepada Muhammad, Rasulullah.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari adanya hambatan dan
kekurangan. Namun demikian, berkat bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini akhirnya bisa rampung.
Demi terselesaikannya karya tulis ini, peneliti berterima kasih
atas kepercayaan dan dukungannya kepada:
1. Prof. Dr. Imam Suprayogo Selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang, para Pembantu Rektor dan seluruh
jajaran pengurus Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.
2. Drs. HA. Muhtadi Ridwan, MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, dan para Pembantu
Dekan
3. Pembimbing skripsi ini, Drs. Agus Sucipto, MM. peneliti sampaikan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas segala
bimbingan, nasihat, dan dukungannya untuk menyelesaikan
penelitian ini.
ix
4. Kepada kedua orang tua, Kakakku tersayang, adik-adiku yang luculucu
dan seluruh keluarga di Madura Beserta Keluarga Besar “Lailatul
Hikmah” di asuruan, peneliti sampaikan terima kasih dan
penghargaan atas segala jerih payah dan dukungan yang telah
diberikan kepada saya dalam studi peneliti. Segala pengabdian dan
kehormatan hanya untuk mereka.
5. Teman-teman di BEM-FE Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang, tanpa terkecuali, terima kasih untuk kerjasama dan
diskusi-diskusinya, terus berbuat untuk tegakkan demokrasi ekonomi.
6. Sahabat-sahabat teristimewa di joyo grand dan di Mertojoyo Blok G;,
Achad yahya ,Pradana Hidayat, luthfi, Ivan, Abdur Rofik, Chumaidi,
Irvan, Wahyudi, M. Zein, Zainuddin kalian semua telah
menyumbangkan inspirasi tak ternilai bagi terselesaikannya skripsi
ini. Dan kalian telah menjadi keluargaku selama di malang,
kesuksesan itu hak semua orang. Seluruh pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, yang secara langsung atau tidak langsung
telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terimakasih untuk
semua informasinya.
Malang, 12 Juli 2009
Ayatullah
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... v
MOTTO................................................................................................................. vi
SURAT PERNYATAAN.................................................................................... vii
KATA PENGANTAR.......................................................................................viii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xv
DAFTAR GRAFIK............................................................................................. xvi
DAFTAR RUMUS ............................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xviii
ABSTRAK........................................................................................................... xix
BAB I : PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................8
C. Tujuan Penelitian...........................................................................9
D. Batasan Penelitian.......................................................................10
E. Manfaat Penelitian.......................................................................11
BAB II : KAJIAN PUSTAKA........................................................................13
A. Penelitian Terdahulu..................................................................13
B. Perkembangan Perusahaan Sekuritas di Indonesia ...............25
C. Perkembangan Perusahaan Perbankan di Indonesia ............29
D. Pasar Modal Sebagai Sarana Investasi .....................................32
E. Investasi, Prinsip dan Kaidahnya..............................................35
1. Jenis-Jenis Investasi..................................................................35
2. Prinsip dan Kaidah Investasi Menurut Syariah ..................38
4. Hukum Jual Beli Saham..........................................................41
5. Transaksi Perdagangan Saham yang Dilarang....................44
F. Return dan Risiko Investasi .......................................................46
xi
G. Estimasi Return dan Risiko Investasi .......................................50
H. Capital Asset Pricing Model (CAPM)..........................................54
I. Performance Saham dan Beberapa Metode Pengukurnya .....56
J. Jensen’s Model sebagai Pengukur Performance Saham............60
K. Event Study ..................................................................................62
L. Kerangka Berpikir.......................................................................64
M. Hipotesis Penelitian ...................................................................66
BAB III : METODE PENELITIAN................................................................68
A. Objek Penelitian ..........................................................................68
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian ...............................................69
C. Periode Pengamatan, Jenis dan Sumber Data.........................69
D. Teknik Pengumpulan Data........................................................71
E. Definisi Operasional dan Cara Pengukurannya .....................71
F. Teknik Analisis Data ...................................................................75
1. Uji Beda Paired Two Samples for Mean...................................76
2. Uji Beda Independent Samples .................................................79
BAB IV : PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL
PENELITIAN....................................................................................82
A. Paparan Data ................................................................................82
1. Gambaran Umum Industri Sekuritas...................................82
2. Gambaran Umum Industri Perbankan................................85
B. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ....................................88
1. Perhitungan Market Performance............................................88
a. Return Saham.......................................................................88
b. Rata-Rata Return (Expected Return) ...................................89
c. Rata-Rata Return Pasar (Expected Market Return)............90
d. Return of Risk Free Assets (RFA) .........................................90
e. Beta Saham...........................................................................91
f. Required Return (CAPM)......................................................92
g. Alpha Jensen ..........................................................................93
2. Uji Beda Paired Two Samples for Mean Test ...........................93
a. Industri Sekuritas ................................................................94
xii
b. Industri Perbankan .............................................................97
3. Uji Beda Independent Samples ...............................................100
a. Performance Sebelum Suspensi ........................................102
b. Performance Sesudah Suspensi.........................................106
4. Perbandingan Performance Saham dengan Indeks Industri
dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ...................110
C. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................116
1. Perbedaan Performance Saham Sebelum dan Sesudah
Suspensi ..................................................................................116
a. Industri Sekuritas ..............................................................116
b. Industri Perbankan ...........................................................119
2. Perbedaan Performance Saham pada Industri Sekuritas
dan Perbankan.......................................................................122
a. Sebelum Suspensi..............................................................122
b. Sesudah Suspensi..............................................................124
3. Perbandingan Performance Saham dengan Indeks Industri
dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ...................127
BAB V : PENUTUP.........................................................................................132
A. Kesimpulan.................................................................................132
B. Saran ............................................................................................136
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1: Pergerakan Indeks Sektoral Industri dan IHSG ...........................10
Tabel 2.1: Ringkasan Penelitian Terdahulu.....................................................16
Tabel 2.2: Perkembangan Kinerja Reksadana .................................................28
Tabel 2.3: Indikator Perkembangan Perbankan..............................................30
Tabel 3.1: Emiten yang Diamati ........................................................................68
Tabel 3.2: Tahapan Perhitungan Jensen’s Model ..............................................72
Tabel 4.1: Perkembangan Perdagangan Saham Industri Sekuritas .............84
Tabel 4.2: Indikator Utama Perkembangan Perbankan.................................86
Tabel 4.3: Perkembangan Perdagangan Saham Industri Perbankan...........87
Tabel 4.4: Harga Saham AKSI 9-22 September 2008 ......................................89
Tabel 4.5: Expected Return AKSI (9 September-10 November 2008).............90
Tabel 4.6: Rata-Rata Tingkat Bunga Harian SBI Bulanan..............................91
Tabel 4.7: Ilustrasi Perhitungan Beta Menggunakan Saham AKSI..............92
Tabel 4.8: Diskripsi Statistik Saham-Saham Sekuritas...................................95
Tabel 4.9: Hasil Uji Beda Saham Sekuritas dengan Wilcoxon........................97
Tabel 4.10: Diskripsi Statistik Saham-Saham Perbankan ..............................98
Tabel 4.11: Hasil Uji Beda Saham Perbankan dengan Wilcoxon.................100
Tabel 4.12: Hasil Uji Normalitas .....................................................................101
Tabel 4.13: Diskripsi Statistik Uji Parametrik Sebelum Suspensi...............102
Tabel 4.14: Hasil Uji Beda Parametrik Sebelum Suspensi...........................103
Tabel 4.15: Diskripsi Statistik Uji Non Parametrik Sebelum Suspensi......105
xiv
Tabel 4.16: Hasil Uji Beda Non Parametrik Sebelum Suspensi ..................105
Tabel 4.17: Diskripsi Statistik Uji Parametrik Sesudah Suspensi ...............106
Tabel 4.18: Hasil Uji Parametrik Sesudah Suspensi .....................................107
Tabel 4.19: Diskripsi Statistik Uji Non Parametrik Sesudah Suspensi ......108
Tabel 4.20: Hasil Uji Beda Non Parametrik Sesudah Suspensi ..................109
Tabel 4.21: Perbandingan Expected Return.....................................................111
Tabel 4.22: Perbandingan Beta Saham...........................................................112
Tabel 4.23: Perbandingan CAPM....................................................................113
Tabel 4.24: Perbandingan Alpha Jensen .........................................................115
Tabel 4.25: Perubahan Aktivitas Saham Sekuritas .......................................117
Tabel 4.26: Perubahan Aktivitas Saham Perbankan ....................................121
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1: Hubungan Return dan Risiko Investasi .....................................49
Gambar 2.2: Kerangka Berpikir Penelitian......................................................65
xvi
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1: Trend Pergerakan Expected Return ...............................................111
Grafik 4.2: Trend Pergerakan Beta Saham......................................................113
Grafik 4.3: Trend Pergerakan CAPM..............................................................114
Grafik 4.4: Trend Pergerakan Alpha Jensen....................................................115
xvii
DAFTAR RUMUS
Halaman
Rumus 2.1 : Actual Return .................................................................................53
Rumus 2.2 : Metode rata-rata Aritmatik.........................................................53
Rumus 2.3 : Metode rata-rata geometrik ........................................................53
Rumus 2.4 : CAPM.............................................................................................55
Rumus 2.5 : Jensen’s Model.................................................................................62
Rumus 3.1 : Return Individual..........................................................................72
Rumus 3.2 : Return Pasar...................................................................................73
Rumus 3.3 : Tingkat Bunga Investasi Bebas Risiko ......................................73
Rumus 3.4 : Expected Return .............................................................................74
Rumus 3.5 : Beta saham ....................................................................................74
Rumus 3.6 : IHSG ..............................................................................................75
Rumus 3.7 : T Test Uji Paired ............................................................................78
Rumus 3.8 : T Test Uji Independent ...................................................................80
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: ISF, IHSG dan Harga Saham Perusahaan-Perusahaan
Sekuritas
Lampiran 2: Harga Saham Perusahaan-Perusahaan Perbankan
Lampiran 3: Actual Return ISF, IHSG dan Saham-Saham Sekuritas
Lampiran 4: Actual Return Saham-Saham Perbankan
Lampiran 5: Return of Risk Free Assets (Tingkat Bunga SBI) dan Varian
Pasar
Lampiran 6: Expected Return, Kovarian Saham, Beta Saham, CAPM
dan Alpha Jensen Saham-Saham Sekuritas
Lampiran 7: Expected Return, Kovarian Saham, Beta Saham, CAPM
dan Alpha Jensen Saham-Saham Perbankan
Lampiran 8: Rata-Rata Expected Return, Beta Saham, CAPM
dan Alpha Jensen Sebelum dan Sesudah Pengamatan
Lampiran 9: Hasil Pengujian Actual Return
ABSTRAK
xix
Ayatullah, 2009 SKRIPSI: Judul “Studi Komparatif terhadap Performance
Saham Perusahaan-Perusahaan Sekuritas dan Perbankan di
Bursa Efek Indonesia (Event Study pada Suspensi Perdagangan
Saham Tanggal 8-13 Oktober 2008)”
Pembimbing: Drs. Agus Sucipto, MM.
Kata Kunci: Performance saham, event study, suspensi, Jensen’s model
Dalam perspektif ekonomi global, resesi yang terjadi di satu negara
sangat mungkin menular dan mempengaruhi negara lain. Hal ini karena
hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas
sehingga saling terkait satu sama lain. Impor suatu negara merupakan
ekspor bagi negara lain, dan sebaliknya. Hubungan yang demikian
menyebabkan krisis keuangan yang terjadi di Amerika juga dirasakan di
Indonesia. Puncaknya, terkoreksinya IHSG secara tajam sehingga
menyebabkan diberlakukannya suspensi oleh Bursa Efek Indonesia pada
tanggal 8-13 Oktober 2008. Industri sekuritas dan perbankan merupakan
industri yang memiliki potensi besar untuk terpengaruh suspensi karena
aktivitasnya yang berkaitan langsung dengan laju perputaran modal.
Penelitian ini menganalisis kinerja saham perusahaan-perusahaan
sekuritas dan perbankan 4 minggu sebelum dan sesudah suspensi.
Pengukuran kinerja menggunakan Jensen’s model. Sampel untuk saham
sekuritas berjumlah 9 emiten, sedangkan untuk saham perbankan
berjumlah 25 emiten. Pemilihan sampel menggunakan jedgement sampling.
Untuk mengetahui perbedaan kinerja sebelum dan sesudah suspensi
digunakan uji paired for mean test, sedangkan untuk mengetahui
perbedaan kinerja saham sekuritas dan perbankan, baik sebelum dan
sesudah suspensi digunakan uji independent samples.
Hasil pengujian uji paired for mean test menunjukkan bahwa
performance saham sebelum dan sesudah suspensi tidak berbeda secara
signifikan, baik pada saham sekuritas maupun perbankan. Begitupun
halnya dengan hasil pengujian uji beda independent samples. Kinerja saham
sekuritas tidak berbeda signifikan dengan kinerja saham perbankan, baik
pada saat sebelum maupun sesudah suspensi. Namun secara keseluruhan,
keempat variabel yang diikutkan dalam pengujian, yaitu expected return,
beta saham, dan alpha Jensen menunjukkan trend meningkat dari sebelum
suspensi ke sesudah suspensi. Hasil tersebut mencerminkan bahwa
suspensi direspon positif oleh investor sebagai peredam pasar yang
irasional. Namun respon tersebut tidak secara signifikan mempengaruhi
preferensi investor dalam keputusan jual beli saham pada saham-saham
sekuritas dan perbankan.
ABSTRACT
xx
Ayatullah, 2009 THESIS: Title “A Comparative Study on Stock
Performance of Securities and Banking Company at Indonesian
Stock Exchange (Event Study on Trading Suspension of Stock on
8th-13th October 2008)”
Counsellor: Drs. Agus Sucipto, MM.
Key word: Stock performance, event study, trading suspension,
Jensen’s models
In global economic perspective, the ecomic recession happening at
one country may contaminate and influence other countries. It happens
because most of all countries in the world practice a free trade system, so
they are linked each other. Import of one country is export for another,
and conversely. That relationship causes the financial crisis in United State
which is felt in Indonesia. The peak is the falling of Jakarta Composite
Index (JCI) that makes Indonesia Stock Exchange did a suspension on 8th -
13th October 2008. Securities and banking are two of companies that have
big potencial for effected by suspension because their activities are related
with capital turnover directly.
This research analyzes stock performance of securities and banking
companies in four weeks before and after suspension. Stock performance
is measured by Jensen’s models. The Sample for Securities Company is
nine constituents; while the sample for banking company is twenty five
constituents. These Samples are choosed by judgement sampling
technique. The difference of stock performance before and after
suspension is verified by paired for mean test, meanwhile the difference of
stock performance between securities and banking company on before
and after suspension is veryfied by samples independent test.
The result of paired for mean test shows that stock performance
before and after suspension is not different significantly, either on
securities or banking company. The same this happens for the result of
independent samples test. Stock performance of securities and banking
company is not different significantly, either before or after suspension.
But as a whole, four variables included in tests, namely expected return,
beta, and alpha Jensen, shows an increasing after suspension. It reflects
that suspension was responded positively by investor as an absorber of
irrational trading. But that response doesn’t influence preference of
investors in stock trading decision, especially in stock of securities and
banking company.
xxi
المستخلص
آية الله، 2009 . بحث جامعي. الموضوع: "دراسة مقارنة على تأدية السهم المؤسسات الحماية
13- والمالية في سوق الأوراق المالية الإندونيسية (دراسة حادثة على تأجيل بائع سهم في تاريخ 8
"( أكتوبر 2008
المشرف: الدكتوراندوس اكوس سوجيفطا الماجستير
Jensen’s الكلمات الرئيسية: تأدية السهم، دراسة حادثة، تأجيل، طرز
في نظرية إقتصادية مجملية، يحدث هبوط النشاط الاقتصادي في البلد يستطيع أن يعدي
ويؤثر بلد الأخرى. يسبب هذا الحال لأن البلاد في هذا العالم يتمذهب نظام سوق المستقل حتى
يرتبط بينهم. الوارد في بلد هو التصدير للبلد الأخرى وسوه. ذلك الإرتباط يسبب على أزمة
بسريع الفهم حتى IHSG اقتصادية التي تحدث في أمريكا يشعر في إندونيسيا. وقمته، صحح
. 13 أكتوبر 2008 - يسببه أن يعمل تأجيل مع سوق الأوراق المالية الإندونيسية في تاريخ 8
وصناعة الحماية والمالية هي صناعة التي تملك قوة سيطرة كبيرة لتؤثر تأجيل لأن نشاطها تتعلق
مباشرة بالإسراع الدور الرأس المال.
يحلل هذا البحث عن عملية السهم المؤسسات الحماية والمالية أربعة أسبوع قبل تأجيل
أما ،emiten والعينة للسهم الحماية تسعة .Jensen’s وبعده. ويستعمل مقياس العمل بطرز
.judgement sampling واختيار العينة باستعمال .emiten لسهم المالية خمسة وعشرين
المتزوجة ) paired for mean test ليعرف مختلفة عملية قبل تأجيل وبعده يستعمل التجربة
لدلالة التجربة)، أما ليعرف مختلفة عملية سهم الحماية والمالية، قبل تأجيل وبعده بالتجربة العينة
المستقلة.
نتيجة التجربة المتزوجة لدلالة التجربة تدل أن تأدية السهم قبل تأجيل وبعده لا يختلف
بدلالة من ناحية حماية ومالية. وكذلك نتيجة تجربة الإختلاف العينة المستقلة. وعملية السهم الحماية
لا يختلف بدلالة مع عملية السهم المالية، قبل تأجيل وبعده. بل أربعة متغيرات التي تتبع في التجربة
تدل أن تنمى اتجاه من قبل alpha Jensen و ،beta saham ،expected return وهي
تأجيل وبعده. تلك النتيجة تصور أن التأجيل يستجب إيجابي مم ول للاعدام السوق بلا عقل. بل
تلك الإستجابة لا دلالة تؤثر المراجع المم ول في تقرير البائع والشراء السهم على السهام الحماية
والمالية.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat akibat macetnya
kredit perumahan (subprime mortgage) telah berkembang menjadi
masalah yang serius, terutama setelah bankrutnya Lehman Brothers
pada 15 September 2008. Gejolak tersebut mulai dirasakan beberapa
kawasan termasuk Indonesia, terutama pada kuartal terakhir 2008,
Dalam perspektif ekonomi, perdagangan antara satu negara
dengan negara lainnya saling berkaitan karena adanya aliran barang
dan jasa. Impor suatu negara merupakan ekspor bagi negara lain.
Dalam hubungan yang demikian, resesi yang terjadi di satu negara
dimungkinkan akan menular dan mempengaruhi negara lain karena
penurunan impor di satu tempat akan menyebabkan tertekannya
ekspor di tempat lain.
Saat ini, hampir semua negara-negara di dunia menganut
sistem pasar bebas sehingga saling terkait satu sama lain. Aliran dana
bebas keluar masuk dari satu negara ke negara lain dengan regulasi
moneter tiap negara yang beragam. Akibatnya, setiap negara memiliki
risiko terkena dampak krisis dari negara lainnya.
2
Sistem seperti itulah yang menyebabkan Indonesia juga terseret
pada krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Akibat krisis
keuangan tersebut, pasar saham di Indonesia rontok sehingga pada 8
Oktober 2008 IHSG mencapai titik terendah, yaitu turun 168,052 poin
menjadi 1.451,669. Puncak rontoknya pasar saham tersebut adalah
saat perdagangan saham di Bursa diberhentikan (disuspensi) jam
11.06 WIB pada tanggal yang sama karena IHSG dinilai berada di luar
batas kewajaran. IHSG anjlok 168,05 poin atau turun 10,38 persen
menjadi 1.451,66 poin dengan transaksi perdagangan saham dan
derivatif (turunan saham) yang hanya sebesar Rp 952,16 miliar
(Kompas, 9 Oktober 2008). Penurunan IHSG dan besarnya nilai
perdagangan yang di bawah 1 triliun tersebut menurut Direktur BEI
Erry Firmansyah merupakan pertanda pasar yang tidak rasional
sehingga diperlukan suspensi untuk memberikan kesempatan
investor berpikir rasional. Untuk selanjutnya, suspensi tersebut
diberlakukan BEI hingga 13 Oktober 2008.
Dalam Peraturan No. 1-L Bursa Efek Indonesia (BEI) tentang
Suspensi, Bursa diperkenankan untuk menutup sementara (suspensi)
perdagangan efek di seluruh pasar atau atas saham-saham tertentu
selama jangka waktu tertentu dalam rangka menyelenggarakan
perdagangan saham yang teratur, wajar dan efisien. Dalam peraturan
tersebut disebutkan bahwa tujuan suspensi adalah memberikan
3
waktu yang memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan
secara matang kewajaran harga saham berdasarkan informasi yang
ada. Suspensi sendiri juga bisa diberlakukan pada emiten atas
permintaan emiten atau adanya sanksi dari bursa terhadap emiten
tertentu (Peraturan No.1-L BEI, 2-4).
Dalam kondisi anjloknya IHSG dan diberlakukannya suspensi
tersebut, banyak kalangan mengkhawatirkan akan terjadi rush
(penarikan dana secara massal) di pasar keuangan, terutama dana
yang ada pada perusahaan-perusahaan sekuritas dan perbankan.
Dalam berita yang dirilis Kompas, 30 Oktober 2008, terdapat sekitar
33 perusahaan sekuritas yang Modal Kerja Bersih Disesuaikan
(MKDB)-nya mendekati batas minimal yang ditetapkan bursa, yaitu
Rp. 30 miliar. Berdasarkan data dirilis Bursa Efek Indonesia (BEI) per
29 Oktober 2008, dari 121 perusahaan sekuritas yang terdaftar sebagai
anggota bursa (AB), terdapat 33 perusahaan sekuritas yang memiliki
modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) di bawah Rp 30 miliar. Dari
33 perusahaan sekuritas itu, sebanyak 15 perusahaan hanya memiliki
MKBD Rp 25 miliar-Rp 26 miliar.
Merosotnya MKDB perusahaan-perusahaan sekuritas tersebut
terjadi akibat banyak nasabah yang menggunakan fasilitas margin
bangkrut sehingga tidak mampu mengembalikan pinjaman yang
digunakan untuk membeli saham kepada perusahaan sekuritas
4
(Kompas, 30 Oktober 2008). Nasabah yang meminjam dana dari
perusahaan sekuritas tersebut serta para manajer investasi dan para
investor memilih menjual sahamnya pada harga berapapun karena
khawatir harga sahamnya jatuh ke level yang lebih rendah menyusul
rontoknya bursa saham regional. Dengan mekanisme seperti itulah,
dana di pasar modal terserap keluar.
Dalam hal ini, perusahaan sekuritas mengalami keketatan
likuiditas karena dana investor di reksadana—yang notabene-nya
adalah salah satu produk perusahaan sekuritas—ikut kering
disebabkan sentimen negatif yang terjadi di pasar. Itulah sebabnya
kenapa perusahaan sekuritas mau menjual saham investor yang
punya pinjaman pada harga berapapun untuk menghindari kerugian
yang terlalu dalam. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan sekuritas itu sendiri. Implikasinya, harga saham yang
umumnya dilihat sebagai cerminan kinerja perusahaan juga akan
terpengaruh dan direaksi pasar secara beragam.
Di sisi lain, tersedia alternatif penempatan dana bagi investor
yang menarik dananya keluar dari pasar modal. Alternatif tersebut
adalah perusahaan perbankan. Pilihan ini menjadi lebih menarik
dibandingkan pasar modal mengingat kebijakan pemerintah yang
lebih memilih menstabilkan inflasi dan nilai tukar dengan cara
menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sehingga pemberian bunga
5
oleh bank terhadap pihak ketiga pun akan naik. Sementara dari sudut
pandang bank, menurut Gunarso (2008), kenaikan BI rate juga akan
mengakibatkan ketatnya likuditas bagi perbankan. Selain karena
kesulitan mendapatkan dana murah dari pihak ketiga (giro, tabungan,
deposito) karena harus menaikkan suku bunga DPK, suku bunga di
Pasar Uang Antar Bank (PUAB) juga akan meningkat. Dengan begitu,
cost of fund bank akan menjadi lebih besar. Dalam kondisi seperti ini,
bank tidak hanya akan berpotensi ditinggalkan para deposan, tetapi
juga oleh bank-bank mitranya di luar negeri (Regional Rool, 2008).
Keadaan seperti ini tentu juga akan berpengaruh terhadap kinerja
perbankan, termasuk harga sahamnya.
Kondisi dua industri (sekuritas dan perbankan) sebagaimana
tersebut tentu akan direspon secara berbeda oleh investor. Sehingga
reaksi pergerakan sahamnya-pun besar kemungkinan akan berbeda.
Untuk itu diperlukan event tertentu untuk mengidentifikasi perbedaan
tersebut. Dan event yang relevan sebagai risiko pasar serta sebagai
rantai akibat dari krisis keuangan tersebut adalah suspensi. Selain
karena secara waktu event ini memiliki jangka waktu yang jelas, event
ini juga dianggap sebagai tolak ukur untuk mengetahui respon
investor terhadap kebijakan-kebijakan moneter yang dibuat
pemerintah dalam rangka mengatasi kondisi pasar keuangan yang
terganggu akibat krisis global. Secara faktual, kebijakan-kebijakan
6
penting pemerintah di bidang moneter berlangsung selama suspensi
diberlakukan.
Salah satu teori konvensional yang bisa digunakan untuk
mengevaluasi pergerakan saham dan menilai kinerja (performance)
suatu saham adalah Jensen’s model. Model ini mendasarkan
penilaiannya terhadap acuan return dan risiko yang terkandung pada
saham dengan menggunakan model CAPM (Samsul, 2006:362).
CAPM (Capital Asset Pricing Model) sendiri merupakan model
keseimbangan yang dipergunakan untuk mengevaluasi saham
dengan menggunakan beta sebagai ukuran risiko yang relevan.
Jensen’ Model diperkenalkan oleh Michael C. Jensen pada tahun
1968. Jensen’s Model biasanya digunakan untuk menilai kinerja
portofolio ataupun reksadana. Akan tetapi Jensen juga berpendapat
bahwa rumus yang dikemukakannya bisa digunakan untuk menilai
kinerja saham secara individual (Samsul, 2006:366). Dalam model ini,
beta dianggap sebagai satu-satunya risiko sistematis yang relevan
untuk mempelajari reaksi pasar atas event tertentu yang bersumber
dari non-corporate action. Semakin besar nilai Jensen yang dihasilkan
maka semakin baik kinerja suatu saham.
Penelitian yang mempelajari reaksi saham terhadap event-event
tertentu di luar corporate action perusahaan, diantaranya pernah
dilakukan oleh Ilmasari (2007) dengan menggunakan event Corporate
7
Governance Perception Index. Hasil penelitian Ilmasari menyimpulkan
bahwa event tersebut tidak mempengaruhi reaksi pasar terhadap
harga saham. Di luar event non corporate action, Sucipto (2006) pernah
melakukan penelitian untuk mempelajari reaksi saham terhadap event
stock split dan menghasilkan kesimpulan yang berbeda dengan
Ilmasari. Penelitian Sucipto membuktikan bahwa event corporate action
berupa stock split direaksi oleh pasar. Itu terlihat dari perbedaan
volume perdagangan saham sebelum dan sesudah event.
Penggunaan suspensi sebagai event non corporate action dalam
penelitian ini mungkin saja akan menghasilkan kesimpulan berbeda
dengan kesimpulan Ilmasari mengingat konteks dan waktu penelitian
yang berbeda. Di samping itu, range periode pengamatan dan
indikator penilai kinerja yang digunakan juga berbeda. Penelitian ini
menganalisis performance (kinerja) saham-saham perusahaan sekuritas
dan perbankan pada tiga puluh hari sebelum suspensi dan tiga puluh
hari sesudahnya. Sementara indikator penilai kinerja menggunakan
Jensen’s model dengan beta sebagai pengukur risiko. Penggunaan
Jensen’s model dikarenakan suspensi merupakan event yang bersumber
dari luar perusahaan atau non-corporate action sehingga ukuran risiko
yang paling relevan untuk digunakan adalah beta yang merupakan
sensitivitas pergerakan saham terhadap pergerakan pasar (IHSG).
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan diskripsi pada latar belakang di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini disusun sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan performance saham perusahaan-perusahaan
sekuritas sebelum dan sesudah dibelakukannya suspensi pada
Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah ada perbedaan performance saham perusahaan-perusahaan
perbankan sebelum dan sesudah dibelakukannya suspensi pada
Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah ada perbedaan performance saham perusahaan-perusahaan
sekuritas dan perbankan sebelum dibelakukannya suspensi pada
Bursa Efek Indonesia?
4. Apakah ada perbedaan performance saham perusahaan-perusahaan
sekuritas dan perbankan sesudah dibelakukannya suspensi pada
Bursa Efek Indonesia?
5. Bagaimana performance saham perusahaan-perusahaan sekuritas
dan perbankan dibandingkan performance pasar yang diwakili
oleh Indeks Sektoral Finance dan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG)?
9
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui perbedaan performance saham perusahaan-perusahaan
sekuritas sebelum dan sesudah dibelakukannya suspensi pada
Bursa Efek Indonesia;
2. Mengetahui perbedaan performance saham perusahaan-perusahaan
perbankan sebelum dan sesudah dibelakukannya suspensi pada
Bursa Efek Indonesia;
3. Mengetahui perbedaan performance saham perusahaan-perusahaan
sekuritas dan perbankan sebelum dibelakukannya suspensi pada
Bursa Efek Indonesia;
4. Mengetahui perbedaan performance saham perusahaan-perusahaan
sekuritas dan perbankan sesudah dibelakukannya krisis finansial
global pada Bursa Efek Indonesia;
5. Mendiskripsikan performance saham perusahaan-perusahaan
sekuritas dan perbankan dibandingkan performance pasar yang
diwakili oleh Indeks Sektoral Finance dan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
10
Industri Basic Misc. Consumer
Bulan Industry Industry Goods
Agustus 196,50 386,09 396,01 164,41 653,41
September 162,93 326,15 381,36 142,42 570,91
Oktober 112,18 199,97 321,92 101,35 407,13
November 114,45 215,82 320,90 105,63 438,08
Industri
Bulan
Agustus 224,93 295,34 341,10 1.845,45 2.577,22
September 203,37 261,33 300,31 1.489,57 1.833,24
Oktober 151,79 158,76 217,55 738,18 1.095,74
November 150,90 137,78 223,06 803,89 897,51
Agustus September Oktober November
2165,943 1832,507 1256,704 1241,541
IHSG
Property Infrastructure
Finance Trade Manufacturing Agriculture Mining
D. Batasan Penelitian
Banyak cara yang dapat digunakan untuk menilai performance
atau kinerja saham. Salah satu metode konvensional yang bisa
digunakan adalah Jensen’s model yang menitikberatkan estimasinya
pada model CAPM (Capital Asset Pricing Model). Penelitian ini
mengestimasi performance saham menggunakan model tersebut.
Tabel 1.1
Pergerakan Indeks Sektoral Industri dan IHSG
Sumber: Statistik Pasar Modal (IDX Monthly Statistics, 2008)
Jensen’s model dipilih karena ukuran risiko yang digunakan
adalah beta sebagai systematic risk. Dan beta adalah pengukur risiko
yang paling relevan dalam penelitian yang menggunakan event study
berupa informasi non corporate actions, termasuk suspensi bursa efek
yang terjadi pada tanggal 8-13 Oktober 2008 (Dalam kondisi dimana
semua industri di pasar bergerak dengan pola trend yang sama—lihat
11
tabel 1.1—, susah untuk mengatakan bahwa pergerakan harga saham
pada saat tersebut dipengaruhi oleh corporate action dari perusahaan
secara individu. Karena itu, risiko yang paling relevan adalah dengan
melihat sensitivitas pergerakan saham terhadap pergerakan pasar,
yaitu beta).
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Bagi Akademisi; untuk menambah wawasan keilmuan berkaitan
dengan performance saham dan pengukurannya.
2. Bagi investor; agar dapat mengetahui perbedaan performance saham
perusahaan-perusahaan sekuritas dan perbankan sehingga investor
dapat menilai sektor keuangan mana yang sensistivitasnya
terhadap event tertentu paling peka dan tidak.
3. Bagi emiten di sektor keuangan; diharapkan bisa menjadi informasi
yang berguna yang dapat digunakan untuk pengembangan
perusahaan di masa yang akan datang
4. Bagi Pemerintah; diharapkan bisa menambah sumber informasi
tentang kondisi dan sensitivitas perusahaan-perusahaan di sektor
keuangan terhadap krisis, khususnya perusahaan-perusahaan
sekuritas dan perbankan.
12
5. Bagi pihak lain; diharapkan dapat mendorong penelitian lanjutan
berkaitan dengan sensitivitas dan performance saham perusahaanperusahaan
lain di masa mendatang.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan dengan
pendekatan event study. Itu artinya penelitian ini mempelajari reaksi
pasar terhadap studi peristiwa (event) yang informasinya
dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Studi peristiwa tersebut
bisa berbentuk corporate actions dari perusahaan seperti stock split dan
pengumuman dividen, dan bisa juga berbentuk non-corporate actions
seperti kondisi politik tertentu ataupun kebijakan pemerintah lainnya
yang tidak ada sangkut pautnya dengan kepentingan perusahaan
secara individu. Event study dalam penelitian ini adalah informasi noncorporate
actions yang berupa suspensi perdagangan saham di BEI
tanggal 8-13 Oktober 2008.
Beberapa penelitian yang menggunakan event study untuk
mempelajari reaksi pasar diantaranya pernah dilakukan oleh Sucipto
(2006), Ilmasari (2007) dan Octavina (2008). Sucipto meneliti perbedaan
likuiditas saham perusahaan manufaktur berdasarkan event corporate
actions, yaitu stock split. Hasil penelitian Sucipto tersebut diantaranya
menghasilkan kesimpulan yang tidak berbeda antara volume
perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split. Hasil pengujian
14
lainnya terhadap bid-ask spread sebelum dan sesudah stock split juga
menghasilkan tidakadanya perbedaan yang signifikan. Sementara
pengujian terhadap bid-ask spread sebelum dan saat stock split serta saat
dan sesudahnya perbedaan yang signifikan. Hasil pengujian tersebut
mengindikasikan ekspektasi investor yang berbeda terhadap stock
Split.
Penelitian Octavina, yang juga menggunakan event corporate
actions berupa pengumuman dividen, menghasilkan kesimpulan yang
tidak identik dengan penelitian Sucipto. Dari keseluruhan pengujian,
ditemukan tidak adanya perbedaan abnormal return dan volumen
perdagangan saham yang signifikan antara sebelum, saat dan sesudah
pengumuman dividen. Penelitian Ilmasari yang menggunakan
informasi non corporate actions, yaitu Corporate Governance Perception
Index (CGPI) juga menghasilkan kesimpulan yang serupa dengan
Octavina, yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan antara abnormal
return dan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah
publikasi CGPI. Beragamnya kesimpulan penelitian tersebut
mencerminkan reaksi investor yang tidak sama terhadap event, baik itu
yang dikeluarakan perusahaan maupun pemerintah.
Sementara Linawati (2005) sebelumnya pernah melakukan
penelitian dengan memasukkan perusahaan-perusahaan sekuritas dan
perbankan dalam objek pengamatannya. Dari hasil uji beda terhadap
15
kinerja keuangan perusahaan bank dan perusahaan sekuritas
dihasilkan kesimpulan yang tidak berbeda nyata pada periode 1998-
2003. Hasil penelitian ini mencerminkan reaksi investor yang hampir
serupa terhadap kinerja perusahaan sekuritas dan perbankan, yang
notabene-nya merupakan dua industri yang bergerak di bidang
keuangan.
Penelitian lainnya yang juga dirujuk sebagai referensi dalam
penelitian ini adalah penelitian yang pernah dilakukan Al-Falah
(2008). Al-Falah meneliti performance saham-saham BUMN, yang
beberapa diantaranya termasuk perusahaan bank, dengan
menggunakan salah satu model yang sama dengan penelitian ini, yaitu
model Jensen. Hasil penting penelitian Al-Falah diantaranya yaitu
bahwa Bank Negara Indonesia (BBNI), yang merupakan salah satu
emiten yang menjadi objek pengamatan dalam penelitian ini, memiliki
kinerja di bawah pasar (underperformed). Kesimpulan lain yang
ditemukan Al-Falah yaitu bahwa kinerja saham tidak terpengaruh
secara signifikan oleh status kepemilikan perusahaan. Secara
keseluruhan, ringkasan hasil-hasil penelitian tersebut dapat dilihat
pada tabel 2.1 pada halaman berikutnya.
16
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Variabel
Metode/
Pendekatan
Hasil
1 Nanik
Linawati
(2005)
Perbandingan
Perkembangan
Kinerja
Keuangan
Antara
Perusahaan
Bank dengan
Kinerja
Keuangan
Perusahaan
Pembiayaan,
Sekuritas, dan
Asuransi pada
Kinerja keuangan
(Rasio-rasio keuangan)
Kuantitatif/kompa
ratif (Uji Beda
Independen
Sampel)
Teknik
pengumpulan data
dengan
dokumentasi.
Kinerja keuangan
perusahaan Bank pada
periode 1998-2001
tidak lebih buruk
secara signifikan
dibandingkan dengan
kinerja keuangan 3
industri lainnya. Dan
pada periode 2002-
2003, kinerja keuangan
perusahaan Bank tidak
lebih baik secara
signifikan
17
Periode 1998-
2001 dan
Periode 2002-
2003
dibandingkan dengan
kinerja keuangan
perusahaan
Pembiayaan, Sekuritas,
namun
lebih baik secara
signifikan bila
dibandingkan dengan
perusahaan Asuransi.
2 Agus
Sucipto
(2006)
Analisis
Likuiditas
Saham Sebelum,
Saat dan
Sesudah
Pengumuman
Stock Split
(Study pada
Likuiditas saham
(Stock Split, Bid –Ask
Spread dan Volume
Perdagangan Saham)
Kuantitatif/kompa
ratif (event study)
Teknik
pengumpulan data
dengan
dokumentasi.
Ada perbedaan
volume perdagangan
saham sebelum dan
sesudah
pengumuman stock
split. Bid-Ask Spread
saham sebelum
sesudah pengumuman
18
Perusahaan
Manufaktur
yang Go Public
di Bursa Efek
Jakarta)
stock split tidak
berbeda signifikan.
Bid-ask spread saham
sebelum dengan saat
pengumuman stock
split serta saat dan
sesudah pengumuman
stock split berbeda
nyata.
3 Nurul
Ilmasari
(2007)
Perbedaan
Abnormal
Return, Volume
Perdagangan
Saham dan
Kinerja
Perusahaan
Sebelum dan
Abnormal return,
volume perdagangan
saham dan kinerja
perusahaan
Kuantitatif/kompa
ratif (Uji Beda
Independen Sampel)
Teknik
pengumpulan data
dengan
dokumentasi.
Sedangkan sampel
Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan antara
abnormal return
sebelum dan sesudah
publikasi CGPI. Hal
ini juga berlaku pada
volume perdagangan
19
Sesudah
Publikasi
Corporate
Governance
Perception Index
dipilih dengan
teknik purposive.
saham dan kinerja
perusahaan yang tidak
menunjukkan adanya
perbedaan yang
signifikan antara
sebelum dan sesudah
publikasi CGPI.
4 M. Alayk
Al-Falah
(2008)
Analisis Market
Performance
Saham-Saham
BUMN
Menggunakan
Sharpe’s Model,
Jensen’s Model
Dan Appraisal
Ratio
(Periode
Market performance
(Sharpe’s model, Jensen’s
model dan appraisal
ratio)
Kualitatif/Diskript
if
Teknik
pengumpulan data
dengan
dokumentasi.
Sedangkan sampel
dipilih dengan
teknik judment.
Hasil pengukuran
market performance
dengan ketiga metode
menghasilkan
kesimpulan yang
berbeda. sharpe’s model,
terdapat delapan
saham yang layak beli
dan satu lainnya,
yaitu INAF tidak layak
20
Pengamatan
pada Tahun
2003-2007)
beli. Sementara
dengan menggunakan
Jensen’s
model dan appraisal
ratio, dari sembilan
saham BUMN yang
dijadikan
sampel hanya terdapat
lima saham yang
kinerjanya baik,
nilainya
undervalued, dan
berada di atas kinerja
pasar. Saham-saham
tersebut
adalah TINS, ANTM,
PTBA, SMGR dan
21
TLKM. Sementara
empat saham
lainnya berkinerja
buruk dan mempunyai
nilai overvalued, serta
kinerjanya
berada di bawah
kinerja pasar. Sahamsaham
tersebut adalah
BBNI, INAF,
ISAT dan KAEF.
5 Devita
Normala
Octavina
(2008)
Analisis
Abnormal Return
dan Aktivitas
Volume
Perdagangan
Saham di
Abnormal Return,
Volume Perdagangan
Saham dan
Pengumuman dividen
Kuantitatif/diskri
ptif (Paired two
sample for means
test)
Teknik
pengumpulan data
Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan pada
abnormal return dan
aktivitas volume
perdagangan saham
22
Seputar
Pengumuman
Deviden (Study
pada Industri
Manufaktur
yang Telah Go
Public di Bursa
Efek Indonesia).
dengan
dokumentasi.
antara sebelum, saat
dan sesudah
pengumuman dividen
6 Ayatullah
(2009)
Studi
Komparatif
terhadap
Performance
Saham
Perusahaan-
Perusahaan
Sekuritas dan
Perbankan di
Performance saham
(Jensen’s model)
Kuantitatif/Diskri
ptif-komparatif
(event study) (uji
beda independen
sampel, uji beda
sampel
berpasangan)
Teknik
pengumpulan data
23
Bursa Efek
Indonesia
(Event Study
pada Suspensi
Perdagangan
Saham di Bursa
Efek Indonesia)
(2009)
dengan
dokumentasi.
Sumber: Diolah berdasarkan penelitian terdahulu
24
Persamaan penting penelitian ini dengan penelitianpenelitian
yang tersebut dalam tabel 2.1 di atas yaitu sama-sama ingin
melihat kinerja saham selama periode waktu tertentu. Sementara
perbedaannya terletak pada:
1. Periode penelitian; penelitian ini melihat performance saham 30 hari
sebelum suspensi perdagangan BEI dan 30 hari sesudahnya;
2. Event study; event study penelitian ini adalah non-corporate actions
yang berupa suspensi perdagangan BEI tertanggal 8-13 Oktober
2008;
3. Objek penelitian; Objek penelitian ini adalah saham-saham
perusahaan bank dan sekuritas yang terdaftar di BEI selama
periode pengamatan;
4. Indikator penilaian; penilaian performance dalam penelitian ini
menggunakan model Jensen atau yang dikenal juga dengan indeks
Jensen;
5. Metode penelitian; metode penelitian ini bersifat komparatif dan
menggunakan dua uji beda sekaligus, yaitu uji beda independen
sampel (independent for mean test) dan uji beda dua sampel
berpasangan (paired two samples for mean test);
6. Kajian islam; penelitian ini dilengkapi dengan kajian teoritis dan
kajian hasil penelitian yang diintegrasikan dengan ketentuanketentuan
tertentu dalam islam.
25
B. Perkembangan Perusahaan Sekuritas di Indonesia
Perusahaan sekuritas atau yang dikenal juga dengan
perusahaan efek merupakan salah satu lembaga yang menunjang
keberadaan pasar modal dan aktivitasnya. Perusahaan sekuritas boleh
dibilang adalah jembatan bagi perusahaan yang akan masuk pasar
modal dan juga bagi masyarakat yang akan berinvestasi di pasar
modal. Perusahaan sekuritas memiliki andil besar dalam membawa
perusahaan masuk pasar modal dan juga menggenjot frekuensi dan
nilai transaksi perdagangan saham.
Di Indonesia, perusahaan sekuritas bisa saja menjalankan satu dari
izin yang diberikan dan juga dimungkinkan untuk menjalankan kedua
fungsi tadi sekaligus, yaitu sebagai perusahaan yang akan membawa
perusahaan masuk pasar modal (Penjamin Efek) dan juga sekaligus
menjadi broker yang memfasilitasi masyarakat untuk membeli dan
menjual saham di pasar modal. Karena itu untuk bertransaksi di pasar
modal, masyarakat harus melalui perusahaan sekuritas (Ali dan
Saifuddin, 2008).
Perusahaan sekuritas sebagai perantara investasi saham
menyediakan segala sarana yang berhubungan dengan investasi. Di
antaranya, system realtime informasi yang dipakai untuk mengetahui
perkembangan harga saham secara menyeluruh, sehingga akan
26
membantu investor mengambil keputusan investasinya. Perusahaan
sekuritas juga biasanya menyediakan dan mengeluarkan analisa dan
rekomendasi perkembangan pasar kepada investor. Analisa dan
rekomendasi itu yang kemudian akan dijadikan bahan pertimbangan
saham apa yang kita beli dan jual, serta saham mana saja yang harus
kita pertahankan karena diperkirakan bakal menghasilkan
keuntungan. Selain sebagai perantara, perusahaan sekuritas juga
bertindak sebagai penjamin emisi efek bagi perusahaan yang baru
masuk di pasar modal dan sebagai manajer investasi, izin yang
diajukan (Suara Merdeka, 26 Februari 2004).
Setiap perusahaan sekuritas memiliki ketentuan dan peraturan
yang berbeda-beda, seperti dalam syarat pembukaan rekening,
transaksi minimal, dan komisi yang harus diberikan kepada
perusahaan dalam setiap transaksi (maksimal 1%). Perusahaan
sekuritas yang ada di Indonesia berada di bawah pengawasan Badan
Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM). Para pialangnya juga terdaftar
keanggotaannya secara resmi di Bapepam dan berhak menjadi
perantara para investor.
Bapepam inilah yang nantinya akan mengawasi kegiatan
perusahaan sekuritas dan para pialangnya dalam menjalankan
transaksi mewakili investor. Dengan adanya pengawasan ini, investor
27
lebih aman dari kemungkinan terjadinya penipuan yang akan
dilakukan oleh perusahaan sekuritas dan pialang.
Dari data yang dirilis BAPEPAM selama tahun 2008, diketahui
total transaksi saham di bursa efek telah mencapai Rp 1.064 triliun,
naik 1, 37% dari transaksi selama tahun 2007 yang mencapai Rp 1.050
triliun. Kenaikan ini masih kalah tinggi dibandingkan kenaikan pada
tahun 2007 yang mencapai 324% dari total transaksi di tahun 2006
yang hanya mencapai Rp. 445,71 triliun. Penurunan kenaikan ini
kemungkinan besar diakibatkan oleh efek domino dari krisis finansial
global yang menimpa hampir seluruh pasar modal di dunia. Total
transaksi perdagangan saham sebesar itu dijalankan melalui 117
perusahaan sekuritas.
Perkembangan perusahaan sekuritas di Indonesia bisa juga
dilihat dari salah satu produknya yang cukup terkenal, yaitu
reksadana. Reksadana adalah sekumpulan aset keuangan, sering
disebut portofolio, yang dikelola oleh manajer investasi. Menurut Ali
dan Saifuddin (2006), kinerja reksadana sekilas bisa dilihat dari Nilai
Aktiva Bersih (NAB) dan nilai redemption. Semakin tinggi NAB dan
subscription serta semakin kecil redemption berarti kinerja reksadana
semakin baik. Tabel berikut ini menggambarkan perkembangan ketiga
pengukur aktivitas reksadana tersebut.
28
Tabel 2.2
Perkembangan Kinerja Reksadana
Redemption Subscription NAB
Periode
(Triliun Rp) (Triliun Rp) (Triliun Rp)
2004 379,53 398,41 104,037
2005 276,05 201,66 29,405
2006 50,35 63,677 51,62
2007 106,37 126,569 92,19
Sumber: Statistik Pasar Modal BAPEPAM-LK (22-30 Desember 2008)
Pada tahun 2005, Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana
mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan tahun
sebelumnya akibat adanya redemption secara besar-besaran yang
terjadi pada kuartal pertama tahun 2005. Ini terjadi karena return
reksadana, terutama reksadana pendapatan tetap menurun,
sehingga menyebabkan NAB menurun. Hal tersebut mendorong
investor reksadana melakukan redemption (penarikan penyertaan
sebelum jatuh tempo) (Kurnia, 2005:3). Kondisi ini tercermin
sebagaimana tabel F.2, dimana pada tahun 2005 nilai redemption
lebih besar dibandingkan subscription dan NAB.
Merosotnya kinerja reksadana tersebut berimbas pada
menurunnya kepercayaan investor terhadap perusahaanperusahan
sekuritas, terutama yang aktivitasnya bergerak di
reksadana. Namun hal tersebut tampaknya tidak berlangsung
cukup lama mengingat nilai redemption dua tahun setelahnya
berhasil ditekan lebih rendah dari subscription.
29
Sampai November 2007, jumlah perusahaan sekuritas yang
dicatat BAPEPAM sudah mencapai 169 perusahaan. Jumlah ini
meningkat dibandingkan November 2006 yang hanya sebesar 168.
Dari keseluruhan perusahaan tersebut, sampai saat ini hanya
terdapat 9 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek
Indonesia. Kesembilan perusahaan tersebutlah yang menjadi objek
pengamatan dalam penelitian ini.
C. Perkembangan Perusahaan Perbankan di Indonesia
Dalam booklet yang diterbitkan Bank Indonesia (2008:3), bank
diartikan sebagai sebuah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Sejak awa,
banyak para pakar berpendapat bahwa perbankan adalah salah satu
tonggak perekonomian di suatu Negara. Itu artinya, baik tidaknya
kinerja perbankan di sebuah Negara secara tidak langsung
mencerminkan baik tidaknya kondisi perekonomian Negara
bersangkutan.
Pada tahun 1997-1998 industri perbankan di Indonesia
mengalami guncangan keras akibat krisis moneter sehingga
menghabiskan uang Negara lebih dari Rp. 500 triliun untuk keperluan
30
menyelamatkan dan merehabilitasi sektor perbankan, termasuk di
dalamnya Bantuan Likuiditas Bank Indonesia dan Rekapitalisasi
Perbankan (Hadad, dkk, 2003:2).
Tabel 2.3
Indikator Perkembangan Perbankan
Sumber: Bank Indonesia (2007:4)
Secara umum, sejak terjadinya krisis perbankan tahun 1997-
1998, kondisi industri perbankan di Indonesia sudah bisa dikatakan
baik. Hal ini terutama didukung oleh berbagai kebijakan pemerintah
dan membaiknya berbagai variabel makro ekonomi. Diberlakukannya
Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 yang menegaskan independensi
31
Bank Indonesia sebagai pengatur moneter turut memberi ruang yang
besar bagi perkembangan industri perbankan.
Secara keseluruhan, perkembangan industri perbankan di
Indonesia dapat dilihat pada tabel 2.3 yang dirilis Bank Indonesia.
Tabel tersebut menunjukkan kondisi perbankan mulai tahun 2001-2007
yang relatif stabil. Dari tahun ke tahun, total asset mengalami
peningkatan, begitu juga dengan dana pihak ketiga. Jumlah aktiva
produktif juga cenderung meningkat meski pada tahun 2002 sempat
menurun dibandingkan tahun 2001. Rasio LDR (loan to deposit ratio)
yang merupakan salah satu indikator pengukur kesehatan bank juga
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan ini berarti
baik karena LDR yang ideal sebagaiamana ketetapan Bank Indonesia
adalah 70%. Rasio-rasio lainnya juga terlihat stabil dan sebagian besar
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Pada kuartal terakhir 2008, dimana terjadi suspensi
perdagangan di bursa efek Indonesia akibat krisis global, kondisi
perbankan turut terselamatkan oleh indikator-indikator fundamental
tersebut, tentunya selain kebijakan otoritator moneter dan pemerintah
yang turut mendukung dan sinergis. Sampai Desember 2008, dari
keseluruhan jumlah bank yang ada, 28 diantaranya telah terdaftar di
pasar modal. Keduapuluh-delapan bank tersebutlah yang juga
menjadi objek pengamatan dalam penelitian ini.
32
D. Pasar Modal Sebagai Sarana Investasi
Di Indonesia, pengertian pasar modal adalah sebagaimana
tertuang dalam Keputusan Presiden (KEPRES) No. 52 Tahun 1976
tentang pasar modal Bab 1 Pasal 1 dimana disebutkan “ Pasar Modal
adalah Bursa Efek seperti yang dimaksud dalam Undang- Undang No
15 Tahun 1952 (Lembaran Negara, Tahun 1952 No 67)”. Jadi Pasar
Modal adalah bursa-bursa perdagangan di Indonesia yang didirikan
untuk perdagangan uang dan efek. Sedangkan bursa adalah gedung
atau ruang yang ditetapkan sebagai kantor dan tempat kegiatan
perdagangan efek. Lebih lanjut ditegaskan bahwa pengertian efek
disini adalah setiap saham, obligasi, atau bukti lainnya termasuk
sertifikat atau surat pengganti surat bukti sementara dari surat-surat
tersebut, opsi, obligasi, bukti penyertaan dalam modal atau pinjaman
lainnya.
Menurut keputusan Menteri Keuangan RI No. 1548/KMK/90
tentang peraturan pasar modal, pasar modal secara umum adalah
suatu sistem keuangan yang terorganisasi termasuk di dalamnya
adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang
keuangan serta keseluruhan surat-surat yang berharga yang beredar
(Sunaryah, 2006: 4).
33
Pasar modal memiliki manfaat yang sangat besar. Ia berfungsi
untuk menjembatani kepentingan para pemilik modal (investor) dan
para penghimpun modal (emiten). Bagi investor ia berfungsi sebagai
sarana alternatif penempatan modal selain bank. Investor dapat
menempatkan modalnya di salah satu atau beberapa instrumen
investasi sekaligus di pasar modal. Beberapa instrumen yang dapat
dipilih investor diantaranya saham, obligasi, reksadana dan produkproduk
derivatif seperti warrant, dan lain-lain.
Masing-masing instrumen investasi sama-sama memiliki
karakteristik dan menjanjikan tingkat pengembalian yang berbeda satu
sama lain. Dengan menempatkan investasinya di saham, investor
dapat memperoleh keuntungan dari dividen dan capital gain.
Sementara dengan menempatkan investasi pada obligasi, investor
akan mendapatkan pengembalian dari tingkat bunga obligasi. Di
reksadana, investor akan mendapatkan pengembalian dari kontrak
kesepakatan antara pemilik modal dan pengolah modal. Semua
instrumen investasi tersebut bisa dijadikan tempat penempatan modal
oleh investor dalam bentuk portofolio. Semuanya akan sangat
bergantung pada preferensi investor terhadap risiko sebab masingmasing
instrumen memiliki tingkat risiko yang berbeda satu sama lain.
34
Secara umum, menurut Anoraga dan Pakarti (2006:12-13)
kelebihan dan manfaat pasar modal dibandingkan sarana investasi
lainnya diantaranya adalah:
a. Bagi emiten; Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah
sangat besar dan dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat
pasar perdana selesai. Selain itu, cash flow hasil penjualan saham
biasanya lebih besar dari harga nominal perusahaan.
b. Bagi investor; Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan
ekonomi dan nvestor mempunyai hak suara dalam RUPS bagi
pemegang saham, mempunyai hak suara dalam RUPO bila
diadakan bagi pemegang obligasi. Selain itu, investor dapat dengan
mudah mengganti instrumen investasi, misalnya dari saham A ke
saham B sehingga dapat menigkatkan keuntungan atau
mengurangi resiko.
c. Bagi pemerintah; Dapat mendorong laju pembangunan serta
menciptakan lapangan pekerjaan serta mendorong investasi . Selain
itu, pasar modal juga berfungsi untuk mengurangi beban anggaran
bagi BUMN (Badan Usaha Milik Negara).
35
E. Investasi, Prinsip dan Kaidahnya
1. Jenis-Jenis Investasi
Pada dasarnya investasi merupakan penundaan konsumsi
atas sejumlah dana yang dilakukan pada saat ini untuk digunakan
dalam produksi atau ditanam dalam bidang tertentu selama suatu
periode waktu dengan tujuan memperoleh keuntungan yang akan
diterima di masa mendatang. Contohnya, seorang investor
membeli saham pada saat ini dengan perkiraan di masa yang akan
datang akan memperoleh keuntungan atau manfaat yang lebih
besar melalui penerimaan dividen atau kenaikan harga saham
(capital gain). Keuntungan ini merupakan imbalan atas waktu dan
risiko yang terkait dengan investasi, akibat ketidakpastian aliran
dana pada masa yang akan datang.
Pemilik modal umumnya melakukan investasi atas sejumlah
dananya pada investasi riil (real invesment) maupun investasi
keuangan (financial invesment). Investasi pada asset riil dilakukan
melalui barang modal yang digunakan dalam proses produksi
untuk menghasilkan barang atau jasa. Real invesment dapat berupa
tanah, mesin, bangunan dan lain-lain. Investasi pada financial
invesment dilakukan dengan memiliki surat berharga (deposito,
saham, obligasi, dan lain-lain.). Financial invesment tidak memberi
kontribusi secara langsung terhadap proses produksi, tetapi
36
memiliki manfaat yang akan diperoleh dengan memegang financial
investment tersebut. Financial invesment adalah klaim berbentuk
surat berharga atas sejumlah aset dari penerbit surat berharga.
Investasi dalam financial invesment dapat berupa investasi langsung
ataupun tidak langsung.
Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aset
keuangan dari suatu perusahaan, baik melalui perantara ataupun
tidak. Investasi langsung ada yang tidak dapat diperjual-belikan
seperti tabungan, deposito, dan lain-lain. Namun ada pula yang
dapat diperjual-belikan di pasar uang (Treasury bill), di pasar modal
(obligasi dan saham), atau pasar turunan (opsi dan future). Aset di
pasar uang risiko gagalnya kecil, jatuh temponya pendek dan
likuiditasnya tinggi, sedangkan aset di pasar modal sebaliknya.
Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat berharga
dari perusahaan investasi yang memiliki portofolio aset keuangan
perusahaan-perusahaan lain.
Menurut Sharpe (2005:120), pemilik modal harus melalui
beberapa tahapan proses untuk mencapai keputusan investasi yang
terbaik. Tahapan-tahapan tersebut adalah :
a. Menentukan kebijakan investasi
Kebijakan investasi meliputi penentuan tujuan investasi dan
besar kekayaan yang akan diinvestasikan. Tujuan investasi
37
harus dinyatakan baik dalam tingkat keuntungan (return)
maupun risiko. Jumlah dana yang diinvestasikan juga
mempengaruhi return dan risiko yang ditanggung. Di samping
itu dalam proses investasi perlu dipertimbangkan preferensi
risiko pemodal. Hal ini mempengaruhi jenis sekuritas yang
dipilih untuk alokasi dana yang ada sehingga dapat
diperkirakan distribusi dana pada berbagai instrumen yang
tersedia. Dengan menentukan tujuan investasi dapat ditentukan
pilihan instrumen investasi yang dilakukan.
b. Melakukan analisis sekuritas
Analisis sekuritas berarti menilai sekuritas secara individual,
dan untuk mengidentifikasi sekuritas digunakan dua filosofi
berbeda, yaitu:
1) Untuk sekuritas yang mispriced (harga terlalu tinggi atau
terlalu rendah) dapat dengan analisis teknikal atau analisis
fundamental.
2) Untuk sekuritas dengan harga wajar, pemilihan sekuritas
didasarkan atas preferensi risiko para pemodal, pola
kebutuhan kas, dan lain-lain.
c. Membentuk portofolio
Dari hasil evaluasi terhadap masing-masing sekuritas, dipilih
aset-aset yang akan dimasukkan dalam portofolio dan
38
ditentukan proporsi dana yang diinvestasikan pada masingmasing
sekuritas tersebut. Ini dilakukan dengan harapan risiko
yang harus ditanggung terkurangi dan portofolio yang
menawarkan return maksimum dengan risiko tertentu atau
minimum risiko dengan return tertentu dapat terbentuk.
d. Merevisi portofolio
Revisi atas portofolio berarti merubah portofolio dengan cara
menambah atau mengurangi saham dalam portofolio yang
dianggap menarik atau tidak lagi menarik. Jika diperlukan,
langkah ini dilakukan melalui pengulangan tiga tahap di atas.
e. Evaluasi kinerja portofolio
Evaluasi kinerja portofolio membandingkan kinerja yang
diukur baik dalam return yang diperoleh maupun risiko yang
ditanggung, terhadap portofolio benchmark atau pasar.
2. Prinsip dan Kaidah Investasi Menurut Syariah
Dalam ajaran Islam, kegiatan investasi dapat dikategorikan
sebagai kegiatan ekonomi yang termasuk ke dalam kegiatan
muamalah, yaitu suatu kegiatan yang mengatur hubungan antar
manusia dengan manusia lainnya. Sementara itu, dalam kaidah
fiqhiyah disebutkan bahwa hukum asal dari kegiatan muamalah
adalah mubah (boleh), kecuali yang jelas ada larangannya dalam
39
Al-Qur’an dan Al-Hadits. Ini berarti bahwa ketika suatu kegiatan
muamalah baru muncul dan belum dikenal sebelumnya dalam
ajaran Islam, maka kegiatan tersebut dianggap dapat diterima
kecuali terdapat indikasi dari Al Qur’an dan Hadist yang
melarangnya secara implisit maupun eksplisit (Badan Pengawas
Pasar Modal, 2004:11).
Dalam beberapa literatur Islam klasik memang tidak
ditemukan adanya terminologi investasi maupun pasar modal,
akan tetapi sebagai suatu kegiatan ekonomi, kegiatan tersebut
dapat diketegorikan sebagai kegiatan jual beli (al-Bay). Oleh karena
itu, untuk mengetahui apakah kegiatan investasi di pasar modal
merupakan sesuatu yang dibolehkan atau tidak dalam Islam, kita
perlu mengetahui hal-hal yang dilarang atau diharamkan oleh
ajaran Islam dalam hubungan jual beli.
Apabila kita merujuk kepada ajaran Al-Qur’an dan Al-
Hadits, maka terdapat beberapa ayat Al-Qur’an dan juga Hadits
yang bisa kita jadikan dasar hukum berinvestasi sebagai salah satu
kegiatan al-bay. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
¨≅ymr&uρ ª!$# yìø‹t ∩⊄∠∈∪.... (#4θt/hÌ9$# tΠ§ymuρ 7ø9$#
Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba….” (QS Al-Baqarah; 275)
40
$y㕃r'‾≈t ƒ šÏ%©!$# (#θãΨtΒ#u Ÿω (#þθè=à2ù's? Νä3s9≡uθøΒr& Μà6oΨ÷t/ È≅ÏÜ≈t 6ø9$$Î/ HωÎ) βr &
šχθä3s? ¸οt ≈p gÏB t ∩⊄∪ .... öΝä3ΖiÏΒ <Ú#ts? ã
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jaunganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka
diantara kamu…” (QS An-Nisa’; 29)
š∩⊇∪ ..… Šθà)ãèø9$$Î/ θèù÷ρr & Ï (#þθãΨtΒ#u Ï%©!$#$y㕃r'‾≈t ƒ(
Artinya: “Hai orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu…” (QS Al-
Maidah; 1)
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ahmad, seseorang
bertanya kepada nabi tentang jenis penghasilan mana yang terbaik,
dan nabi menjawab:
Artinya: “Hasil Kerja seseorang dengan tangannya sendiri dari setiap
transaksi perdagangan yang disetujui” (HR. Ahmad; 8337)
41
Berdasarkan ayat Al-Qur’an serta kandungan hadits di
atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada prinsipnya investasi
adalah kegiatan muamalah yang diperbolehkan, malah dianjurkan.
Investasi merupakan bagian dari pemenuhan akad (transaksi
muamalah) sebagaimana yang dianjurkan dalam Surat Al-Maidah
ayat 1 di atas.
3. Hukum Jual Beli Saham
Untuk melakukan investasi syariah di pasar modal, terdapat
karekteristik tersendiri yang harus dipenuhi. Batasan tersebut
adalah berupa kesesuaian suatu produk investasi atas prinsip
syariah. Di Indonesia, yang bertugas untuk memberikan ketentuan
tentang batasan-batasan tersebut adalah Dewan Syariah Nasional
(DSN), yaitu suatu lembaga dibawah MUI (Majelis Ulama
Indonesia) yang dibentuk tahun 1999. Ketentuan tersebut
dituangkan ke dalam beberapa fatwa MUI tentang kegiatan dan
instrumen investasi yang sesuai syariah di Pasar Modal Indonesia.
Di negara lain yang juga memberlakukan pasar modal syariah
seperti Malaysia, lembaga-lembaga sejenis juga ditunjuk untuk
memberikan ketentuan-ketentuan tersebut. Beberapa institusi
keuangan dunia, seperti City Asset Management Group, Wellington
Management Company, Islamic.com bahkan juga turut membuat
42
batasan-batasan untuk kategori saham yang sesuai dengan prinsip
syariah.
Fatwa DSN Nomor : 40/DSN-MUI/X/2003 tanggal 4
Oktober 2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah Di Bidang Pasar Modal, telah
menentukan tentang kriteria produk-produk investasi yang sesuai
dengan ajaran Islam (Dewan Syariah Nasional, 2008). Pada intinya,
produk tersebut harus mememuhi syarat, antara lain :
a. Jenis Usaha, produk barang dan jasa yang diberikan serta cara
pengelolaan perusahaan tidak merupakan usaha yang dilarang
oleh prinsip-prinsip Syariah, antara lain :
1) Usaha perjudian atau permaian yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang.
2) Lembaga Keuangan konvensional (ribawi), termasuk
perbankan dan asuransi konvensional.
3) Produsen, distributor, serta pedagang makanan dan
minuman haram.
4) Produsen, distributor, dan/ atau penyedia barang/ jasa
yang merusak moral dan bersifat mudarat.
b. Jenis Transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian
serta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi yang
didalamnya mengandung unsur dharar, gharar, maysir, dan
43
zhulm meliputi; najash, ba’i al ma’dun, insider trading,
menyebarluaskan informasi yang menyesatkan untuk
memperoleh keuntungan, melakukan investasi pada
perusahaan yang pada saat transaksi tingkat (nisbah) utang
perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan
dari modalnya, margin trading dan ihtikar.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka Saham pada
prinsipnya sudah sesuai dengan ajaran Islam. Dalam teori
percampuran, Islam mengenal akad syirkah atau musyarakah yaitu
suatu kerjasama antara dua atau lebih pihak untuk melakukan
usaha dimana masing-masing pihak menyetorkan sejumlah dana,
barang atau jasa. Adapun jenis-jenis syirkah yang dikenal dalam
ilmu fikih yaitu, ‘inan, mufawadhah, wujuh, abdan dan mudharabah.
Pembagian tersebut didasarkan pada jenis setoran masing-masing
pihak dan siapa diantara pihak tersebut yang mengelola kegiatan
usaha tersebut (Hasan, 2003:163-164).
Konsep preferred stock (saham istimewa) juga cenderung
tidak diperbolehkan secara syariah karena dua alasan berikut
(Huda dan Nasution, 2007:66):
a. Adanya keuntungan tetap yang dikategorikan kalangan ulama
sebagai riba.
44
b. Pemilik preferred stock mendapatkan hak istimewa terutama
pada saat perusahaan dilikuidasi.
Keuntungan yang ditawarkan saham dalam bentuk capital
gain dan dividen pada prinsipnya sudah relevan dengan syariah.
Sebagai selisih dari harga jual terhadap harga beli saham, maka
investor berhak memperoleh capital gain selama unsur kehati-hatian
di atas tidak dilanggar. Sementara itu, dividen relevan dengan
prinsip bagi hasil yang digariskan syariah.
4. Transaksi Perdagangan Saham yang Dilarang
Islam sangat menekankan unsur keadilan dan kehati-hatian
dalam setiap transaksi perdagangan, termasuk di dalamnya
perdagangan saham. Spekulasi tanpa didasari keputusan investasi
atau keputusan pembelian yang kuat tidak diperbolehkan dalam
Islam karena berpotensi menimbulkan gharar ataupun maysir. Jenis
transaksi lainnya yang dilarang Islam dalam perdagangan saham
diantaranya adalah insider trading, yaitu menggunakan informasi
orang dalam untuk mendapatkan keuntungan sepihak sehingga
berpotensi merugikan investor yang lainnya. Dalam hal ini,
termasuk juga dilarang menyebarluaskan informasi palsu yang
menyesatkan. Dewan Syariah Nasional (DSN-MUI) juga melarang
investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi tingkat
45
(nisbah) utang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih
dominan dari modalnya (Dewan Syariah Nasional, 2008).
Adapun aturan dan norma jual beli saham selain
didasarkan kepada ketentuan syariah, seperti halnya yang
ditentukan DSN-MUI tersebut, maka praktek-praktek lain seperti
margin tarding, forward contract, short selling, dan option juga dilarang
dalam syariah (Huda dan Nasution, 2007:66). Berikut ini adalah
penjelasan masing-masing transaksi tersebut:
a. Margin trading adalah menggunakan uang pinjaman untuk
membeli saham atau yang dikenal juga dengan buying on
margin. Pada transaksi ini investor biasanya membeli saham
dengan menggunakan dana yang dipinjam dari broker dimana
mereka melakukan transaksi dan umumnya bunga yang
dikenakan lebih tinggi daripada bungan bank;
b. Forward contract adalah pembelian atau penjualan instrumen
keuangan (termasuk saham) dengan suatu jumlah tertentu pada
harga yang ditetapkan saat ini dengan penyerahan dan
penyelesaian pada tanggal tertentu di masa yang akan datang;
c. Short selling adalah transaksi jual beli saham yang dimaksudkan
untuk kepentingan jangka pendek yang dapat memicu
ketidakstabilan di bursa. Secara teknis, biasanya ini dilakukan
46
dengan membeli saham di pagi hari lalu menjualnya di sore
hari;
d. Option adalah kebebasan bagi seseorang atau suatu pihak untuk
melakukan pilihan yang menjadi hak dari orang atau pihak
yang bersangkutan untuk memiliki, membeli, atau menjual
saham berdasarkan persyaratan tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya.
F. Return dan Risiko Investasi
Risiko terjadi akibat adanya unsur ketidakpastian dalam semua
investasi saham. Berapa hasil yang akan diperoleh dari investasi tidak
diketahui dengan pasti, sehingga investor hanya dapat
memperkirakan besarnya keuntungan yang diharapkan dan
kemungkinan hasil yang sebenarnya akan menyimpang dari yang
diharapkan. Jadi risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan return
yang diperoleh menyimpang dari return yang diharapkan (Jogiyanto,
2003:130). Perbedaan antara return yang diharapkan (return yang
diantisipasi investor di masa mendatang) dengan return yang benarbenar
diterima (return yang diperoleh investor) merupakan risiko yang
harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi.
Beberapa sumber risiko yang berkaitan dengan besar risiko
investasi di antaranya adalah:
47
1. Risiko suku bunga
Jika suku bunga naik maka return investasi yang terkait dengan
suku bunga, misalnya deposito akan naik. Ini dapat menarik minat
investor saham untuk memindahkan dana ke deposito, sehingga
banyak yang akan menjual saham dan harga saham akan turun.
Oleh karena itu perubahan suku bunga akan mempengaruhi
variabilitas return suatu investasi.
2. Risiko pasar
Perubahan pasar yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti resesi
ekonomi, kerusuhan, dan lain-lain menyebabkan perubahan indek
pasar saham.
3. Risiko inflasi
Inflasi akan mengurangi daya beli uang, sehingga tingkat
pengembalian setelah disesuaikan dengan inflasi dapat
menurunkan hasil investasi tersebut.
4. Risiko nilai tukar
Perubahan nilai investasi yang disebabkan oleh nilai tukar mata
uang asing menjadi risiko dalam investasi.
5. Risiko likuiditas
Semakin tidak likuid suatu sekuritas, semakin besar risiko yang
dihadapi perusahaan.
6. Risiko negara
48
Risiko negara berkaitan dengan kondisi politik suatu negara.
Semua risiko yang dapat menyebabkan penyimpangan tingkat
pengembalian investasi dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis,
yaitu (Halim, 2005:43):
1. Systematic risk
Systematic risk disebut juga risiko pasar, karena berkaitan dengan
perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Risiko ini
terjadi karena kejadian di luar kegiatan perusahaan, seperti inflasi,
resesi, tingkat bunga pasar, dan lain-lain. Systematic risk disebut
juga undiversifiable risk karena risiko ini tidak dapat dihilangkan
atau diperkecil melalui pembentukan portofolio.
2. Unsystematic risk
Unsystemic risk merupakan risiko spesifik perusahaan, karena
tergantung dari kondisi mikro perusahaan. Contoh unsystemic risk
antara lain risiko industri, financial leverage risk, operating leverage
risk, dan lain-lain. Risiko ini dapat diminimalkan bahkan
dihilangkan dengan melakukan diversifikasi investasi pada banyak
sekuritas (portofolio). Karena itu, risiko ini disebut juga diversifiable
risk.
Sementara return dapat didefinisikan sebagai tingkat
keuntungan yang diperoleh atau diharapkan dari suatu investasi
selama satu periode waktu, yang akan diperoleh di masa mendatang.
49
Samsul (2006:291) mendefinisikan return sebagai pendapatan yang
dinyatakan dalam prosentase dari modal awal investasi. Return
merupakan kompensasi atas risiko yang harus ditanggung oleh
investor atas investasi yang dilakukannya. Sumber-sumber return yang
merupakan faktor motivasi bagi investor dalam berinvestasi adalah
dividen, yaitu pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu
investasi saham dan capital gain, yaitu perubahan harga sekuritas
berupa kenaikan harga saham yang memberikan keuntungan bagi
investor.
Gambar 2.1
Hubungan return dan risiko investasi
Sumber: Homepage Investopedia (diolah kembali oleh Namora, 2006:16)
Melalui investasi, investor berkeinginan untuk memperoleh
keuntungan sebesar mungkin. Akan tetapi investor harus memahami
adanya hubungan antara return dan risiko yang terkandung dalam
50
suatu investasi. Hubungan return dan risiko searah dan linier, artinya
semakin besar return yang diharapkan, maka semakin besar pula risiko
yang harus ditanggung. Dengan kata lain, investor yang berharap
memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, berarti bersedia
menanggung risiko yang tinggi pula. Oleh karena itu tidak relevan
mengharapkan keuntungan yang sebesar-besarnya melalui investasi
pada aset yang menawarkan return paling tinggi, karena harus juga
mempertimbangkan tingkat risiko yang harus ditanggung.
G. Estimasi Return dan Risiko Investasi
Menurut Radcliffe (1997:217-218), beberapa ukuran statistik
yang dapat digunakan untuk menggambarkan suatu risiko, di
antaranya adalah :
1. Range
Range menunjukkan interval kemungkinan return tertinggi
dengan return terendah. Perhitungannya dilakukan dengan cara
mengurangi nilai real return tertinggi dengan yang terendah
sehingga diperoleh suatu angka interval. Kelemahan dalam
menggunakan cara ini adalah tidak dapat menggambarkan
kemungkinan-kemungkinan yang terdapat di antara kedua
ekstrem nilai tersebut, serta tidak menunjukkan perimbangan
antara kemungkinan terjadinya return tertinggi dengan return
51
terendah. Dengan kelemahan ini, range tidak dapat dipakai untuk
membandingkan risiko antara dua portofolio, karena portofolio
yang memiliki range yang sama tidak berarti memiliki risiko
yang sama.
2. Mean absolute deviation
Mean absolute deviation menunjukkan kemungkinan perbedaan
antara return yang mungkin diterima dengan expected return-nya.
Meskipun cara ini cukup masuk akal untuk menunjukkan tingkat
risiko suatu portofolio, namun secara statistik cukup sulit
digunakan. Selain itu sangat sulit untuk mengetahui hubungan
atau correlation di antara return sekuritas.
3. Probability of negative return
Probability of negative return menunjukkan kemungkinan
prosentase return yang berada di bawah nilai nol. Meskipun
sangat mudah dilakukan, namun perhitungan dengan cara ini
tidak dapat mengetahui secara menyeluruh aspek-aspek dari suatu
risiko.
4. Semivariance
Semivariance adalah perhitungan statistik yang menghitung variasi
dari return yang berada di bawah expected return-nya.
Kelemahannya angka ini tidak mencakup ketidakpastian ketika
return yang dihasilkan lebih besar dari expected-nya. Di samping
52
sulit, perhitungan ini tidak dapat melihat correlation antara return
masing -masing saham.
5. Standard deviation
Standard deviation mengukur volatilitas dari return, cara ini sering
digunakan untuk mengukur risiko. Secara statistik metode
standar deviasi memiliki beberapa kelebihan di antaranya
pengukurannya dilakukan dengan cara menyebarkan return
(memperhitungkan nilai yang terjadi di atas dan di bawah expected
return). Di samping itu, standar deviasi juga dapat digunakan
dengan menggunakan data aktual return masa lalu (ex post
standard deviation) atau dari estimasi potensial returnnya (ex ante
standard deviation).
Dalam melakukan estimasi return, harus dibedakan antara
return realisasi, yaitu return yang telah terjadi dan return ekspetasi
(expected return), yaitu return yang belum terjadi tetapi yang
diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi yang
dihitung berdasarkan data historis penting sebagai salah satu
ukuran kinerja suatu perusahaan. Rate of return saham yang
merupakan keuntungan dari capital gain dalam periode tertentu
diperoleh dengan persamaan berikut:
53
1
1
-
= - -
t
t t
t P
P P
R ………………………………(2.1)
Dimana:
Rt = Return realisasi (aktual) saham pada periode tertentu (misal
hari ke-t)
Pt = Harga saham saham pada periode tertentu
Pt -1 = Harga saham saham pada satu periode sebelum periode
tertentu
Return realisasi ini berguna sebagai dasar penentuan tingkat
keuntungan yang diharapkan (expected return). Expected return
sangat mungkin berlainan dengan return yang diterima karena
adanya suatu ketidakpastian. Perhitungan expected return dapat
dilakukan dengan menggunakan rata-rata aritmatik dan rata-rata
geometrik. Metode rata-rata aritmatik dinyatakan dalam persamaan
berikut :
Σ=
=
n
i
i
t n
R
E R
1
( ) ……………………………(2.3)
Untuk metode rata-rata geometrik, persamaannya dinyatakan
sebagai berikut (Samsul, 2006:312):
( ) [(1 )(1 )....(1 )] 1 1/
1 2 = + + + - n
t n E R R R R ……………………(2.4)
54
Penggunaan perhitungan rata-rata aritmatik dan rata-rata
geometrik tergantung pada tujuan investor. Rata-rata aritmatik
diterapkan untuk mengukur kinerja rata-rata selama satu periode,
dan merupakan cara yang bagus untuk memperkirakan expected
return pada periode berikutnya. Sedangkan perhitungan rata-rata
geometrik digunakan untuk mengukur perubahan kekayaan yang
terjadi pada periode-periode sebelumnya (multiple periods). Rata-rata
geometrik mengukur tingkat pertumbuhan majemuk (compound rate
of growth) selama periode yang ditentukan. Menurut Bodie, dkk
(2006:558), rata-rata geometrik baik digunakan untuk mengukur
kinerja masa lalu suatu sekuritas. Mengacu kepada kedua metode
perhitungan tersebut, maka rata-rata aritmatik merupakan metode
perhitungan yang sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini.
Dengan kata lain, rata-rata geometrik tidak digunakan.
H. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Capital Asset Pricing Model (CAPM) dapat digunakan untuk
menghitung besarnya risiko investasi dan return yang
diisyaratkan (required return). Model tersebut berdasarkan pada
anggapan bahwa hanya systematic risk yang merupakan risiko yang
relevan untuk mengistimasi return investasi.
55
Pada kenyataannya, setiap investasi mempunyai dua jenis
risiko, yaitu systematic risk dan unsystematic risk. Teori portofolio
modern menunjukkan bahwa unsystematic risk dapat dihilangkan
melalui diversifikasi. Akan tetapi diversifikasi tetap tidak dapat
menyelesaikan masalah systematic risk. Walaupun sebuah portofolio
tersusun dari semua saham yang ada di pasar, systematic risk tetap
tidak dapat dihilangkan. Sharpe merumuskan CAPM sebagai
hubungan antara risiko dan required return ke dalam rumus sebagai
berikut (Tandelilin, 2001:99):
( ) a f a m f r = r +b r - r ………………………(2.4)
Dimana:
ra = Required return sekuritas a
rf = Return dari risk free asset
βa = Beta dari sekuritas a
rm = Expected market return
(rm-rf) = Equity Market Premium
Dalam CAPM, beta merupakan satu-satunya ukuran risiko
yang relevan dari saham. Beta mengukur volatilitas relatif dari
saham, yaitu yang ditunjukkan oleh seberapa besar harga saham
tersebut naik atau turun dibandingkan dengan naik atau turunnya
56
harga-harga saham di pasar secara keseluruhan. Jika harga sebuah
saham bergerak tepat mengikuti pasar, maka nilai beta saham
tersebut adalah 1. Sebuah saham dengan beta 1,5 akan naik harganya
15% jika indek pasar naik 10%.
I. Performance Saham dan Beberapa Metode Pengukurnya
Performance saham merupakan cerminan kinerja saham yang
diukur dari pergerakan harganya yang terjadi di pasar. Performance
saham biasanya menjadi salah satu tolak ukur penting bagi investor
yang rasional dalam memutuskan jual beli saham. Hal ini karena
sebuah perusahaan dengan performance yang bagus diyakini akan
mampu memberikan return yang lebih tinggi dibandingkan
perusahaan yang performance-nya rendah. Artinya, kinerja perusahaan
yang bagus akan berjalan searah dengan respon investor yang
kemudian akan berpengaruh terhadap pergerakan harga saham.
Dengan kata lain, cerminan yang baik akan memberikan pantulan
energi yang juga baik, sebagaimana yang disiratkan Allah dalam
firmannya berikut ini.
$yϑ‾ΡÎ) tβ÷ρt “øgéB $tΒ óΟçGΨä. tβθè=y ∩⊇∉∪ ϑ÷ès?
Artinya: “ Sesungguhnya kamu hanyalah diberi balasan terhadap apa yang
kamu mengerjakan (nya). (Ath-Thur:16)
57
Namun begitu, selalu ada tolak ukur tertentu untuk
mengatakan sesuatu baik, cukup baik, ataupun sangat baik. Begitupun
halnya dengan kinerja suatu saham. Baik tidaknya kinerja saham harus
ditentukan berdasarkan cara atau tolak ukur tertentu. Tolak ukur
tersebut bisa beragam bentuknya. Tersedianya beragam cara untuk
mengukur kinerja saham akan membantu investor memilih dan
meranking kinerja saham dengan tepat.
#sOEÎ) | Ós% ª!$# ÿ…ã&è!θß™u‘uρ #øΒr& βr& tβθä3tƒ ãΝßγs ∩⊂∉∪ …. öΝÏδÌøΒr& ôÏΒ äοuzσø:$# 9
Artinya: “Apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan,
akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka”.
Namora (2006) pernah melakukan penelitian yang
menggunakan term market performance dalam mengevaluasi kinerja
saham. Untuk melakukan penilaian terhadap kinerja saham (market
performance), terdapat beberapa cara yang bisa digunakan investor.
Beberapa metode konvensional yang sering digunakan untuk
mengevaluasi market performance diantaranya adalah Sharpe’s model,
Treynor’s model, Jensen’s model dan Appraisal Ratio.
58
Sharpe’s model dikembangkan oleh William Sharpe dan sering
juga disebut dengan reward-to-variability ratio. Sharpe’s model
mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar modal (capital
market line) sebagai patok duga, yaitu dengan cara membagi premi
risiko portofolio atau saham (excess return) dengan standar deviasi.
Standar deviasi sendiri merupakan risiko fluktuasi yang dihasilkan
karena berubah-ubahnya return yang dihasilkan dari sub periode
berikutnya selama seluruh periode. Dalam teori portofolio, standar
deviasi merupakan risiko total sebagai penjumlahan dari systematic
risk atau market risk dan unsystematic risk. Dengan memperhitungkan
risiko, maka semakin tinggi nilai sharpe, maka semakin baik
kinerja portofolio tersebut (Tandelilin, 2001:325).
Sementara berbeda dengan Sharpe’s model, Treynor’s model
membagi excees return dengan beta sebuah saham. Dalam hal ini,
Treynor’s model beranggapan bahwa beta adalah risiko yang paling
relevan dalam mengukur kinerja dari saham (Samsul, 2006:365).
Metode lainnya yang juga menggunakan beta saham sebagai
pengukur risiko sistematis adalah Jensen’s model (model ini secara
spesifik dibahas pada bagian setelah ini)
Selain tiga metode di atas, metode konvensional lainnya yang
sering digunakan untuk menganalisis kinerja saham adalah appraisal
ratio atau yang sering juga disebut dengan model Treynor & Black
59
pada tahun 1973 (Samsul, 2006:368). Model ini menyeleksi saham
dengan cara memperhatikan risiko pasar dan risiko spesifik dengan
asumsi suatu saham selalu mengandung risiko pasar dan risiko
spesifik. Model ini bermaksud mengoreksi jensen’s model yang
menjadikan alpha sebagai tolak ukur kinerja atau market performance
dengan risiko spesifik yang diukur dengan stock residual varianece.
Risiko spesifik adalah stock residual variance, yaitu variance saham
individual, (σ2i), dikurangi market variance (σ2m) dikali kuadrat beta
saham individual (β2i). Specifik risk adalah risiko dari setiap jenis saham
yang berbeda (Samsul, 2006:368).
Semua model pengukur performance saham di atas adalah model
pengukur kinerja yang mendasarkan perhitungannya pada risk
adjusted return. Kesimpulan semua metode tersebut terhadap kinerja
saham relatif sama, yaitu semakin besar nilai yang dihasilkan maka
semakin baik kinerja suatu saham. Namun tanpa informasi lain tetap
sulit bagi investor untuk mengetahui dengan lengkap apakah nilai
sharpe’s model, treynor’s model, jensen’s model dan appraisal ratio baik
atau buruk karena pada dasarnya semuanya hanya menghasilkan
ranking relatif kinerja portofolio atau saham, bukan ranking
absolut. Karena itu, investor harus membandingkannya dengan
portofolio lain sehingga baru dapat diketahui bagaimana risk-adjusted
return relatif terhadap pilihan investasi lain. Untuk memenuhi hal
60
tersebut, maka sebagai nilai pembanding, dalam penelitian ini juga
digunakan nilai dari Indeks Sektoral Finance dan Indeks Gabungan
Saham, yaitu IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan).
Sebagai dasar penilaian terhadap kinerja saham, investor perlu
mengetahui nilai intrinsik dan nilai pasar suatu saham. Keputusan
membeli atau menjual harga saham akan sangat bergantung kepada
hasil perbandingan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham yang
dilakukan investor. Menurut Husnan (2001:288), pedoman
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1. Apabila nilai intrinsik (NI) > nilai pasar (NP), maka saham
undervalued (harganya terlalu murah). Keputusan yang dapat
diambil investor adalah membeli atau menahan saham apabila
telah dimiliki sebelumnya.
2. Apabila NI < NP, maka saham overvalued (harganya terlalu mahal).
Keputusan yang dapat diambil investor adalah menjual saham.
3. Apabila NI = NP, maka harga saham wajar dan berada pada
kondisi seimbang.
J. Jensen’s Model Sebagai Pengukur Performance Saham
Jensen’ model diperkenalkan oleh Michael C. Jensen pada tahun
1968. Istilah lain yang sering digunakan untuk jensen’s model adalah
Jensen’s index dan Jensen’s measure. Istilah-istilah tersebut juga sering
61
digunakan dalam Sharpe’s Model. Jensen’s model biasanya digunakan
untuk menilai kinerja portofolio ataupun reksadana. Akan tetapi
Jensen juga berpendapat bahwa rumus yang dikemukakannya bisa
digunakan untuk menilai kinerja saham secara individual (Samsul,
2006:366).
Jensen’s model menunjukkan perbedaan antara return realisasi
dengan return yang disyaratkan, yang dihitung dengan model CAPM.
Return realisasi yang dimaksudkan dalam jensen’s model adalah ratarata
return yang terjadi di masa lalu (expected return). Jensen hanya
menerima kinerja reksadana ataupun saham jika return rata-rata masa
lalunya lebih besar dari return yang disyaratkan yang dihitung dengan
menggunakan CAPM. Peringkat baik tidaknya suatu kinerja portofolio
atau saham dapat dilihat dari rasio αj. Semakin besar αj suatu portofolio
atau saham, maka semakin baik peringkat kinerjanya. Artinya, makin
besar juga kesempatan saham yang bersangkutan untuk dibeli dan
dimasukkan ke dalam portofolio (Samsul, 2006:367).
Model Jensen dipilih sebagai model pengukur performance
dalam penelitian ini karena pada prinsipnya model ini sama dengan
abnormal return dari saham. Dan efek dari sebuah event, apakah ia
merupakan informasi yang direspon investor atau tidak, menurut
Jensen salah satunya dapat diketahui dengan ada tidaknya abnormal
return di seputar event.
62
Secara keseluruhan, Jensen’s model dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut (Tandelilin, 2001:330).
a a [ f m f a ] J = R - R + (R - R )b …………………(2.5)
Dimana: Ja = Jensen’s model atau rasio alpha (αj)
Ra = Rata-rata return masa lalu yang diukur
dari rata-rata geometrik atau aritmatik.
[ ] R f + (Rm - R f )b a = Model CAPM
Menurut Bodie, dkk., (2006:222), Suatu saham dihargai dengan
benar apabila return yang diharapkan atau return rata-rata masa lalu
sama dengan return yang disyaratkan.
K. Event Study
Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang
mempelajari reaksi pasar terhadap studi peristiwa (event) yang
informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study
dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information
content) dari suatu pengumunan dan dapat juga digunakan untuk
menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat (Jogiyanto, 2003: 410).
Event Study adalah penelitian yang mengamati dampak pengumuman
informasi terhadap harga sekuritas. (Tandelilin, 2001: 126)
63
Dari pengetian tersebut nampak bahwa event study dapat
digunakan untuk melihat reaksi pasar modal (dengan pendekatan
pergerakan harga saham) terhadap suatu peristiwa tertentu. Event
study pertama kali diperkenalkan oleh Fama, Fisher, Jensen dan Roll
(1969) yang digunakan untuk menguji dampak dari pengumuman
pemecahan saham (stock split) terhadap return atau perubahan harga
saham perusahaan yang mengumumkan pemecahan saham tersebut.
Hasil penelitian Fama tersebut menunjukkan bahwa tingkat return
disekitar pengumuman stock split relatif stabil sehingga hasil tersebut
mendukung adanya efisiensi pasar.
Pada umumnya peristiwa yang dijadikan obyek penelitian
adalah peristiwa yang terkait langsung dengan aktivitas bisnis,
misalnya pengumuman laba, pengumuman deviden, stock split,
pengumuman merger dan akuisisi.
Tandelilin (2001: 127) menjelaskan tentang langkah-langkah
dalam desain event study biasanya meliputi beberapa tahapan:
1. Mengumpulkan sampel, yaitu perusahaan–perusahaan yang
mempunyai pengumuman yang mengejutkan pasar (event).
Perubahan harga dapat terjadi jika ada event yang mengejutkan
pasar.
2. Menentukan hari pengumuman atau event.
64
3. Menentukan periode pengamatan. Periode pengamatan biasanya
dihitung dalam hari.
4. Menghitung return masing-masing sampel setiap hari selama
periode pengamatan.
5. Menghitung abnormal return disekitar terjadinya suatu peristiwa.
Jika actual return lebih besar dibandingkan expected return maka
menghasilkan abnormal return yang positif.
6. Menghitung rata-rata return abnormal semua sampel setiap hari.
Dari data yang diperoleh, kita dapat menggambarkan adanya
pengaruh event terhadap perubahan harga selama periode
pengamatan yang ditentukan.
7. Menyimpulkan hasil yang diperoleh. Data-data yang diperoleh
kemudian digambarkan dan disimpulkan untuk mengetahui
dampak pengumuman terhadap perubahan harga yang terjadi.
L. Kerangka Berpikir
Untuk memudahkan pemetaan penelitian, maka perlu dibuat
kerangka berpikir penelitian. Kerangka berpikir penelitian ini
digambarkan sebagaimana gambar 2.2:
65
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir Penelitian
Sumber: Diolah sendiri
Ketarangan : & = Hubungan korelasional; = Hubungan komparasional
Bursa Efek Indonesia Sektor Finance
Performance Pasca Event
Saham
Performance
Saham
Performance Sektor Finance & IHSG Pre Event
Performance Sektor Finance & IHSG Pasca Event
Alpha Jensen
Suspensi
Perdagangan Saham di BEI
Pre Event
Alpha Jensen
Performance
Saham
Performance
Saham
Krisis Finansial Global
P. Sekuritas P. Asuransi P. Mutual P. Perbankan
Fund
P. Institusi
Keuangan
Others
9 Emiten 25 Emiten
66
M. Hipotesis Penelitian
Penelitian ini terdiri dari lima rumusan masalah dan empat
hipotesis. Berikut ini adalah rincian hipotesis yang akan dijawab
dalam penelitian ini:
1. Rumusan masalah pertama;
H0 = Tidak ada perbedaan performance saham perusahaanperusahaan
sekuritas sebelum dan setelah suspensi pada
Bursa Efek Indonesia.
Ha = Ada perbedaan performance saham perusahaan-perusahaan
sekuritas sebelum dan setelah suspensi pada Bursa Efek
Indonesia.
2. Rumusan masalah kedua;
H0 = Tidak ada perbedaan performance saham perusahaanperusahaan
perbankan sebelum dan setelah suspensi pada
Bursa Efek Indonesia.
Ha = Ada perbedaan performance saham perusahaan-perusahaan
perbankan sebelum dan setelah suspensi pada Bursa Efek
Indonesia.
3. Rumusan masalah ketiga;
H0 = Tidak ada perbedaan performance saham perusahaanperusahaan
sekuritas dan perbankan sebelum suspensi pada
Bursa Efek Indonesia.
67
Ha = Ada perbedaan performance saham perusahaan-perusahaan
sekuritas dan perbankan sebelum suspensi pada Bursa Efek
Indonesia.
4. Rumusan masalah keempat;
H0 = Tidak ada perbedaan performance saham perusahaanperusahaan
sekuritas dan perbankan setelah suspensi pada
Bursa Efek Indonesia.
Ha = Ada perbedaan performance saham perusahaan-perusahaan
sekuritas dan perbankan setelah suspensi pada Bursa Efek
Indonesia.
68
No Industri Perbankan No Industri Sekuritas
1 Bank Agroniaga Tbk 1 Asia Kapitalindo Securities Tbk
2 Bank Artha Graha Internasional Tbk 2 HD Capital Tbk
3 Bank Bukopin Tbk 3 Kresna Graha Sekurindo Tbk
4 Bank Bumi Arta Tbk 4 JJ NAB Capital Tbk
5 Bank Bumiputera Indonesia Tbk 5 Panca Global Securities Tbk
6 Bank Capital Indonesia Tbk 6 Panin Sekuritas Tbk
7 Bank Central Asia Tbk 7 Reliance Securities Tbk
8 Bank Century Tbk 8 Trimegah Securities Tbk
9 Bank CIMB Niaga Tbk 9 Yulie Sekurindo Tbk
10 Bank Danamon Indonesia Tbk
11 Bank Ekonomi Raharja Tbk
12 Bank Eksekutif Internasional Tbk
13 Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
14 Bank Internasional Indonesia Tbk
15 Bank Kesawan Tbk
16 Bank Mandiri (Persero) Tbk
17 Bank Mayapada Internasional Tbk
18 Bank Mega Tbk
19 Bank Negara Indonesia Tbk
20 Bank OCBC NISP Tbk
21 Bank Nusantara Parahyangan Tbk
22 Bank Pan Indonesia Tbk
23 Bank Permata Tbk
24 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
25 Bank Swadesi Tbk
Emiten
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah saham-saham perusahaan sekuritas
dan perbankan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdaftar selama
periode pengamatan, yaitu September 2008-November 2008.
Tabel 3.1
Emiten yang Diamati
Sumber: Bursa Efek Indonesia (Diolah)
69
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan
diskriptif komparatif. Artinya, penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan data-data numerik dari dua jenis industri yang berbeda,
yang kemudian dianalisis melalui model-model statistik, dan
didiskripsikan secara lebih lanjut untuk memberikan penegasan pada
teori sebelumnya yang telah ada. Menurut Arikunto (2002:147)
penelitian yang menggunakan pendekatan diskriptif komparatif
adalah penelitian yang mempelajari fenomena yang terjadi pada dua
objek atau lebih kemudian membandingkan fenomena-fenomena
tersebut berdasarkan diskripsi data yang mendalam.
C. Periode Pengamatan, Jenis dan Sumber Data
Periode pengamatan dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua
kategori. Pada kategori pertama, pengamatan dimulai pada satu
minggu sebelum dan sesudah event, yaitu mulai 1 Oktober-20 Oktober
2008. Kemudian pada tahap kedua pengamatan diperpanjang menjadi
satu bulan sebelum dan sesudah event dengan perhitungan yang
dilakukan setiap minggu. Jadi, pada kategori kedua ini perpanjangan
periode pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali. Pertama, periode
pengamatan diperpanjang menjadi dua minggu sebelum dan sesudah
event (23 September-27 Oktober 2008); kedua, periode pengamatan
70
diperpanjang menjadi tiga minggu sebelum dan sesudah event (16
September-3 November 2008); dan ketiga periode pengamatan
diperpanjang menjadi empat minggu sebelum dan sesudah event (9
September-10 November 2008). Pengkasifikasian dua kategori ini
dilakukan untuk memudahkan pemetaan penyebaran return serta
untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya bias informasi dari event
selain suspensi. Namun pada tahapan uji beda berpasangan (paired
samples for mean test), empat periode pengamatan tersebut
dikelompokkan dalam satu set pengujian.
Keseluruhan data yang digunakan adalah data sekunder
berbentuk panel (time series sekaligus cros sectional). Di bawah ini
adalah rincian dan range data yang digunakan berikut sumbernya:
1. Data harga penutupan saham, Indeks Sektoral Finance, dan IHSG
harian untuk periode 9 September-10 November 2008; Keseluruhan
data diperoleh secara online dari IDX Monthly Statistics yang
dikeluarkan BEI pada setiap bulannya.
2. Data tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) bulanan,
September-November 2008; Data ini digunakan untuk melengkapi
perhitungan Jensen’s model. Data SBI diperoleh dari official website
Bank Indonesia (BI), yaitu http://www.bi.co.id/.
71
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan
standar untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian.
Keseluruhan data dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik
dokumentasi. Indrianto dan Supomo (1999:40) mendefinisikan teknik
dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data yang memuat apa dan
kapan suatu kejadian atau transaksi, serta siapa yang terlibat dalam
suatu kejadian. Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah data-data sebagaimana disebut pada bagian sebelumnya.
E. Definisi Operasional dan Cara Pengukurannya
Untuk menghindari adanya kesalahan interpretasi, berikut ini
dijelaskan beberapa terminologi yang digunakan dalam penelitian ini
berikut cara pengukurannya:
1. Harga penutupan saham harian
Harga penutupan saham (closing price) adalah harga yang terjadi
pada saham akibat adanya permintaan dan penawaran di pasar,
yang ditentukan menjelang penutupan perdagangan di bursa
setiap harinya.
2. Performance saham
72
Performance saham adalah istilah yang digunakan untuk
menunjukkan performa atau kinerja suatu saham selama periode
waktu tertentu. Performance saham dapat diketahui dengan banyak
cara, dan salah satu alat ukur yang bisa digunakan adalah Jensen’s
model.
3. Jensen’s model
Model evaluasi kinerja saham atau portofolio yang perhitungannya
berdasarkan pada konsep Capital Asset Pricing Model (CAPM), dan
tolak ukur risikonya berupa beta.
Tabel 3.2
Tahapan Perhitungan Jensen’s Model
Jensen's Model
1 Harga Saham (Pt)
2 Actual return (Ri)
3 Expected return(Ri / Eri)
4 Expected market return (Rm)
5 Return rata-rata SBI (Rf)
6 Beta Saham (βi)
7 Required return (CAPM)
8 Jensen's value (αj)
Sumber: Diolah berdasarkan kajian teori
Jensen’s model dicari menggunakan rumus pada 2.5. Secara
keseluruhan, tahapan perhitungan Jensen’s model tersaji dalam tabel
3.2.
4. Return Individual (Ri)
73
Return individual adalah tingkat keuntungan sebenarnya yang
dihasilkan tiap-tiap saham dalam rentang waktu tertentu. Return
individual dihitung dengan rumus:
1
( 1 )
-
- - +
=
t
t t t
it P
P P D
R ………………….(3.1)
Dimana: Pt = harga saham i pada periode t
Pt-1 = harga saham i pada periode t-1
5. Return Pasar (Rm)
Return pasar adalah tingkat keuntungan kumulatif yang
mencerminkan seluruh saham yang terdaftar di Bursa. Return pasar
ini dihitung menggunakan rumus:
1
1
-
- -
=
t
t t
mt IHSG
IHSG IHSG
R ………………….(3.2)
Dimana: IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan periode t
IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan periode t-1
6. Risk Free (Rf) (Tingkat bunga investasi bebas risiko)
Risk Free merupakan tingkat keuntungan atas investasi bebas risiko
yang diperoleh dari rata-rata tingkat bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) bulanan. Untuk mendapatkan Rf bulanan,
digunakan rata-rata aritmatik, dengan tujuan agar trend pergerakan
performance tingkat bunga dapat terwakili secara benar.
74
[ ]
Σ
Σ
-
- -
= ( )2
( )( )
Rm Rm
Ri Ri Rm Rm
b
M
iM
s 2
b = s
Σ=
=
n
i
f n
Rf
E R
1
( ) ………………….(3.3)
7. Expected Return (E(Ri))
Expected return adalah tingkat keuntungan yang diharapkan dari
saham, yang diukur dengan merata-ratakan return individual
selama periode pengamatan. Expected return dalam penelitian ini
dihitung dengan rata-rata aritmatik yang dirumuskan sebagai
berikut:
Σ=
=
n
i
i
t n
R
E R
1
( ) ………………….(3.4)
8. Exsess Return (Ri - Rf)
Selisih return sebuah sekuritas setelah dikurangi rata-rata return
sebuah asset bebas risiko. Dalam penelitian ini, exsess return berarti
return selisih return saham setelah dikurangi rata-rata return SBI.
9. Beta Saham (β)
Pengukur tingkat risiko sistematis dan volatilitas return dari suatu
saham terhadap risiko pasar. Beta dalam penelitian ini
menggunakan perhitungan beta pasar. Beta pasar dapat diperoleh
dengan rumus: (Jogiyanto. 2003, 274).
Atau …………….(3.5)
75
Dimana: β = Tingkat risiko sistematis
σiM = Kovarian return antara sekuritas ke i dengan
return pasar
σ2M = Varian Return Pasar
10. IHSG (Indek Harga Saham Gabungan); merupakan indek harga
saham gabungan dalam suatu bursa efek yang umumnya
digunakan untuk merefleksikan kinerja saham di bursa secara
keseluruhan. IHSG dihitung dengan rumus:
[( )( )] x100
BaseValue
RCP Shares
CI
Σ Σ
= ………………….(3.6)
Dimana: RCP = Regular Closing Price
BaseValue =Σ[(BasePr ice)(ΣShares)]
Perhitungan item 3 sampai 9 diterapkan secara individual pada
tiap saham perusahaan-perusahaan sekuritas dan perbankan yang
diamati sehingga diperoleh nilai Jensen untuk keseluruhan saham yang
merupakan data cross sectional.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua cara,
yaitu secara statistik dan secara diskriptif. Analisis pertama digunakan
76
untuk menjawab rumusan masalah nomor 1-4, dimana dua rumusan
masalah pertama akan dianalisis menggunakan paired two samples for
mean test, dan dua rumusan masalah setelahnya akan dianalisis
menggunakan Independent Samples for mean Test. Sementara analisis
data yang kedua digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang
terakhir. Artinya, analisis hanya dilakukan dengan membaca dan
membandingkan tabel beserta angka-angka yang dihasilkan dari
perhitungan dan pengolahan data, berupa performance saham
perusahaan-perusahaan sekuritas dan perbankan dengan performance
pasar yang diwakili oleh Indeks Sektoral Finance dan IHSG.
1. Uji Beda Paired Two Samples for Mean
Untuk membandingkan performance saham sebelum dan
sesudah suspensi pada perusahaan-perusahaan sekuritas dan
perbankan, maka dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Mengklasifikasikan periode pengamatan ke dalam dua bagian
berpasangan (paired), yaitu periode sebelum suspensi mulai 7
September-7 Oktober 2008, dan periode setelah suspensi mulai
bulan 14 Oktober-14 November 2008. Periode sebelum supensi
dikelompokkan ke dalam empat bagian pengamatan, dimana
tiap pengamatan mempunyai range waktu satu minggu.
Begitupun halnya dengan periode sesudah suspensi. Sehingga
77
data akhir yang akan diperoleh adalah data alpha Jensen dalam
satu minggu, dua minggu, tiga minggu dan empat minggu
sebelum dan sesudah suspensi.
b. Menghitung Jensen’s model atau Alpha Jensen dalam tiap-tiap
bagian dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menghitung return saham individual yang diperoleh
menggunakan rumus (3.1).
2) Menghitung return rata-rata atau expected return saham,
yakni dengan metode perhitungan rata-rata geometrik
menggunakan rumus (3.4).
3) Menghitung rata-rata risk-free rate, dalam hal ini suku bunga
SBI bulanan selama September-November 2008 dengan
menggunakan metode rata-rata aritmatik yakni dengan
rumus (3.3), dan kemudian membaginya dengan 365 untuk
mendapatkan tingkat suku bunga harian.
4) Menghitung excess return saham, yaitu dengan mengurangi
return rata-rata saham dengan rata-rata risk-free rate harian.
5) Mengitung beta saham menggunakan rumus (3.5).
6) Menghitung required return (CAPM) saham dengan rumus
(2.4)
7) Mengurangkan expected return dengan required return hingga
diperoleh nilai Jensen (alpha).
78
c. Melakukan uji statistik dengan menggunakan paired two samples
for mean test (Untuk menghasilkan analisis yang lebih
komprehensif, maka pengujian ini tidak hanya dilakukan
terhadap alpha Jensen, tapi juga pada ketiga variabel lain yang
membentuknya, yaitu expected return, beta saham dan CAPM). T
test dicari dengan rumus sebagai berikut (Al-Gifari, 2003:81-82):
n
Sd
n
X X
t
Σ -
=
( 1 2)
dimana,
1
( ) 2
2
-
-
=
Σ
Σ
n
n
d
d
Sd ……(3.7)
Keterangan:
(X1 - X2) = Selisih nilai dari kedua bagian, dimana X1
adalah sebelum dan X2 adalah sesudah
n = Jumlah data
d = (X1 – X2)
d. Setelah uji t dilakukan, selanjutnya dilakukan uji signifikansi
dengan membandingkan hasil uji t (t hitung) dengan t tabel
berdasarkan tingkat kepercayaan 95 % (alpha 5 %). Jika nilai -t
tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, maka hipotesis nol (Ho) diterima dan
hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Artinya, tidak terdapat
perbedaan yang signifikan dari variabel yang diukur antara
sebelum dan sesudah event. Sebaliknya, jika nilai -t tabel> t
79
hitung atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan.
Penarikan kesimpulan juga bisa dilakukan dengan
membandingkan nilai signifikansi (Sig.) pengujian dengan
alpha 5%. Jika Nilai signifikansi lebih kecil dari 5%, maka Ho
ditolak, dan jika Nilai Signifikansi lebih besar dari 5%, maka Ho
diterima.
2. Uji Beda Independent Samples
Untuk membandingkan performance saham perusahaanperusahaan
sekuritas dan perbankan, baik itu sebelum dan sesudah
suspensi, maka digunakan uji independent samples. Secara
keseluruhan, tahapan-tahapan pengujian dilakukan sebagai
berikut:
a. Melakukan tahapan analisis mulai dari a-b seperti pada uji
sebelumnya.
b. Melakukan uji statistik dengan menggunakan uji beda
independent samples (pada uji ini pun, ketiga variabel lain yang
membetuk alpha Jensen diikutkan dalam pengujian
sebagaimana pada pengujian sebelumnya). T test dalam uji ini
dicari dengan rumus berikut:
80
1 2
( 1 2 )
X X
X X
t S -
= - ……………………..(3.8)
Dimana:
2
( 1). ( 1).
1 2
2
2 2
2
1 1
1 2 + -
- = - + -
n n
n S n S
X X
S
Keterangan:
X1 = Rata-rata variabel yang diuji pada sampel pertama
(misalnya rata-rata alpha sebelum atau sesudah krisis
saham-saham sekuritas)
X2 = Rata-rata variabel yang diuji pada sampel kedua
(misalnya rata-rata alpha sebelum atau sesudah krisis
saham-saham perbankan)
n1 = Jumlah sampel pada kelompok pertama
n2 = Jumlah sampel pada kelompok kedua
S1 dan S2 = Standar deviasi pada kelompok pertama
dan kedua
c. Selanjutnya dilakukan uji signifikansi seperti pengujian
sebelumnya, dengan membandingkan hasil uji t (t hitung)
dengan t tabel berdasarkan tingkat kepercayaan 95 % (alpha 5
%). Jika nilai -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, maka hipotesis nol (Ho)
diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Artinya, tidak
81
terdapat perbedaan yang signifikan sebelum atau sesudah event
dari variabel yang diukur antara saham-saham perusahaan
sekuritas dan perbankan. Sebaliknya, jika nilai -t tabel> t hitung
atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini
berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan. Penarikan
kesimpulan juga bisa dilakukan dengan membandingkan nilai
signifikansi (Sig.) pengujian dengan alpha 5%. Jika Nilai
signifikansi lebih kecil dari 5%, maka Ho ditolak, dan jika Nilai
Signifikansi lebih besar dari 5%, maka Ho diterima.
82
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Gambaran Umum Industri Sekuritas
Industri sekuritas merupakan istilah untuk kumpulan
perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang sekuritas.
Perusahaan sekuritas sendiri, yang juga dikenal sebagai
perusahaan efek, merupakan salah satu lembaga penunjang
keberadaan pasar modal dan aktivitasnya. Itu karena untuk
melakukan transaksi di pasar modal, masyarakat harus melalui
perusahaan sekuritas (Ali dan Saifuddin, 2008).
Perusahaan sekuritas sebagai perantara investasi saham
menyediakan segala sarana yang berhubungan dengan investasi.
Di antaranya, system realtime informasi yang dipakai untuk
mengetahui perkembangan harga saham secara menyeluruh,
sehingga akan membantu investor mengambil keputusan investasi.
Perusahaan sekuritas juga biasanya menyediakan dan
mengeluarkan analisa dan rekomendasi perkembangan pasar
kepada investor. Selain sebagai perantara, perusahaan sekuritas
juga bertindak sebagai penjamin emisi efek bagi perusahaan yang
baru masuk di pasar modal dan sebagai manajer investasi, izin
yang diajukan (Suara Merdeka, 26 Februari 2004).
83
Setiap perusahaan sekuritas memiliki ketentuan dan
peraturan yang berbeda-beda, seperti dalam syarat pembukaan
rekening, transaksi minimal, dan komisi yang harus diberikan
kepada perusahaan dalam setiap transaksi (maksimal 1%).
Perusahaan sekuritas yang ada di Indonesia berada di bawah
pengawasan Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM). Para
pialangnya juga terdaftar keanggotaannya secara resmi di
Bapepam dan berhak menjadi perantara para investor.
BAPEPAM inilah yang nantinya akan mengawasi kegiatan
perusahaan sekuritas dan para pialangnya dalam menjalankan
transaksi mewakili investor. Dengan adanya pengawasan ini,
investor lebih aman dari kemungkinan terjadinya penipuan yang
akan dilakukan oleh perusahaan sekuritas dan pialang.
Dari data yang dirilis BAPEPAM selama tahun 2008,
diketahui total transaksi saham di bursa efek telah mencapai Rp
1.064 triliun, naik 1, 37% dari transaksi selama tahun 2007 yang
mencapai Rp 1.050 triliun. Kenaikan ini masih kalah tinggi
dibandingkan kenaikan pada tahun 2007 yang mencapai 324% dari
total transaksi di tahun 2006 yang hanya mencapai Rp. 445,71
triliun. Penurunan kenaikan ini kemungkinan besar diakibatkan
oleh efek domino dari krisis finansial global yang menimpa hampir
84
seluruh pasar modal di dunia. Total transaksi perdagangan saham
sebesar itu dijalankan melalui 117 perusahaan sekuritas.
Sampai November 2007, jumlah perusahaan sekuritas yang
dicatat BAPEPAM sudah mencapai 169 perusahaan. Jumlah ini
meningkat dibandingkan November 2006 yang hanya sebesar 168.
Dari keseluruhan perusahaan tersebut, sampai saat ini hanya
terdapat 9 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek
Indonesia. Kesembilan perusahaan tersebutlah yang menjadi objek
pengamatan dalam penelitian ini.
Tabel 4.1
Perkembangan Perdagangan Saham Industri Sekuritas
(September-Desember 2008)
Sekuritas
Bulan Kapitalisasi
(Dalam Jutaan)
Volume (Dalam
Ribuan)
Nilai
(Dalam Jutaan)
September 2,098,269 41,067 5,294
Oktober 1,647,204 15,080 3,441
November 1,631,459 23,717 5,294
Desember 1,638,899 13,809 4,093
Sumber: Official Website BEI (IDX Monthly Statistics)
Dari kesembilan perusahaan sekuritas tersebut, sampai
Desember 2008 kapitalisasi pasar saham-saham sekuritas di bursa
telah mencapai 1,63 triliun dengan volume perdagangan sebesar
13,8 juta rupiah. Tabel 4.1 menyajikan secara lengkap
85
perkembangan saham-saham perusahaan sekuritas di bursa pada
September-Desember 2008.
2. Gambaran Umum Industri Perbankan
Dalam booklet yang diterbitkan Bank Indonesia (2008:3),
bank diartikan sebagai sebuah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
orang banyak.
Pada tahun 1997-1998 industri perbankan di Indonesia
mengalami guncangan keras akibat krisis moneter sehingga
menghabiskan uang Negara lebih dari Rp. 500 triliun untuk
keperluan menyelamatkan dan merehabilitasi sektor perbankan,
termasuk di dalamnya Bantuan Likuiditas Bank Indonesia dan
Rekapitalisasi Perbankan (Hadad, dkk, 2003:2).
Secara umum, sejak terjadinya krisis perbankan tahun 1997-
1998, kondisi industri perbankan di Indonesia sudah bisa dikatakan
baik. Hal ini terutama didukung oleh berbagai kebijakan
pemerintah dan membaiknya berbagai variabel makro ekonomi.
Diberlakukannya Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 yang
menegaskan independensi Bank Indonesia sebagai pengatur
86
moneter turut memberi ruang yang besar bagi perkembangan
industri perbankan. Secara keseluruhan, perkembangan industri
perbankan di Indonesia dapat dilihat pada tabel 4.2 yang dirilis
Bank Indonesia.
Tabel 4.2
Indikator Utama Perkembangan Perbankan
Sumber: Bank Indonesia (2007:4)
Tabel 4.2 menyajikan kondisi perbankan mulai tahun 2001-
2007 yang relatif stabil. Dari tahun ke tahun, total aset mengalami
peningkatan, begitu juga dengan dana pihak ketiga. Jumlah aktiva
produktif juga cenderung meningkat meski pada tahun 2002
87
sempat menurun dibandingkan tahun 2001. Rasio LDR (loan to
deposit ratio) yang merupakan salah satu indikator pengukur
kesehatan bank juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Peningkatan ini berarti baik karena LDR yang ideal sebagaiamana
ketetapan Bank Indonesia adalah 70%. Rasio-rasio lainnya juga
terlihat stabil dan sebagian besar mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun.
Tabel 4.3
Perkembangan Perdagangan Saham Perbankan
(September-Desember 2008)
Perbankan
Bulan
Kapitalisasi (Dalam Juta) Volume (Dalam Ribuan) Nilai (Dalam Jutaan)
September 324,746,015 5,170,818 8,259,403
Oktober 243,714,484 7,288,977 7,538,975
November 234,330,643 3,943,894 5,699,134
Desember 275,165,073 3,068,422 4,795,275
Sumber: Official Website BEI (IDX Monthly Statistics)
Tabel 4.3 di atas menyajikan perkembangan saham
perusahaan perbankan pada Sepetember-Desember 2008. Pada
kuartal terakhir 2008, dimana terjadi suspensi perdagangan di
Bursa Efek Indonesia akibat krisis global, kondisi perbankan turut
terselamatkan oleh indikator-indikator fundamental sebagaimana
pada tabel 4.2, tentunya selain kebijakan otoritator moneter dan
pemerintah yang turut mendukung dan sinergis. Sampai Desember
2008, dari keseluruhan jumlah bank yang ada, 28 diantaranya telah
88
terdaftar di pasar modal. Dari keduapuluh-delapan bank tersebut,
hanya dua puluh lima bank yang memenuhi kriteria sampel dalam
penelitian ini.
B. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Perhitungan Market Performance
Performance atau kinerja saham dalam penelitian ini diukur
menggunakan model Jensen. Perhitungan dengan model ini akan
menghasilkan nilai alpha Jensen untuk tiap-tiap saham. Alpha
Jensen sendiri diperoleh melalui tahapan perhitungan sebagaimana
yang akan diuraikan berikut ini. Tahapan perhitungan dilakukan
dengan ilustrasi contoh saham Asia Kapitalindo Securites, Tbk
(AKSI).
a. Return Saham
Return saham dalam penelitian ini adalah return saham
harian yang diperoleh dari tingkat perubahan harga saham hari
ke-t dengan t-1. Berikut ini adalah contoh perhitungan return
saham dengan menggunakan penggalan data harga saham PT.
Asia Kapitalindo Securities Tbk.
89
Tabel 4.4
Harga Saham PT. Asia Kapitalindo Securities Tbk
9-22 September 2008
Asia Kapitalindo Sekurities (AKSI)
No Tanggal Harga No Tanggal Harga
1 09-Sep-08 105 6 16-Sep-08 105
2 10-Sep-08 105 7 17-Sep-08 105
3 11-Sep-08 105 8 18-Sep-08 105
4 12-Sep-08 105 9 19-Sep-08 105
5 15-Sep-08 105 10 22-Sep-08 115
Sumber: Pengolahan data
1
1
-
= - -
t
t t
it P
P P
R = RAKSI_10 Sep = (105-105)/105 = 0,000
Dengan cara yang sama, dihitung return pada hari
lainnya untuk tiap-tiap saham, sehingga diperoleh return harian
tiap-tiap saham secara lengkap selama periode pengamatan.
Return pasar (Rm) juga dihitung dengan cara yang sama.
b. Rata-Rata Return (Expected Return)
Expected return diperoleh menggunakan rata-rata
aritmatik, dengan rumus Σ
=
=
n
i
i
t n
R
E R
1
( ) . Periode pengamatan
dalam penelitian ini, yaitu mulai 9 Sepetember 2008-10
November 2008, menghasilkan hari aktif perdagangan sebanyak
39 hari. Jadi, nilai expected return 0,011% dalam perhitungan
pada tabel 4.5 bukanlah expected return saham AKSI yang
90
sebenarnya karena hanya terdiri dari 10 hari periode
pengamatan.
Tabel 4.5
Expected Return Saham PT. Asia Kapitalindo Securities
(AKSI) (9 September-10 November 2008)
Asia Kapitalindo Sekurities (AKSI)
No Tanggal Harga No Tanggal Harga
1 09-Sep-08 6 16-Sep-08 0,000
2 10-Sep-08 0,000 7 17-Sep-08 0,000
3 11-Sep-08 0,000 8 18-Sep-08 0,000
4 12-Sep-08 0,000 9 19-Sep-08 0,000
5 15-Sep-08 0,000 10 22-Sep-08 0,095
Expected Return 0,011
Sumber: Pengolahan data
Dengan cara yang sama, dihitung expected return untuk
saham lainnya. Data expected return keseluruhan saham tersaji
pada lampiran 6 dan 7. Expected market return juga dicari dengan
rumus yang sama seperti expected return saham.
c. Rata-Rata Return Pasar (Expected Market Return)
Expected market return juga dicari dengan rumus yang
sama seperti expected return saham. Begitupun halnya untuk
mencari expected return pada indeks sektoral finance.
d. Return of Risk Free Assets (RFA)
Return of risk free asset juga dihitung menggunakan ratarata
aritmatik. Return of risk free asset dalam penelitian ini
91
[ ]
Σ
Σ
-
- -
= ( )2
( )( )
Rm Rm
Ri Ri Rm Rm
b
menggunakan tingkat suku bunga bulanan SBI. Tabel 4.6
menyajikan hasil perhitungan rata-rata tingkat bunga harian SBI
selama 3 bulan.
Tabel 4.6
Rata-Rata Tingkat Bunga Harian SBI Bulanan
(September-November 08)
Bulan SBI SBI/Days
September 0,09530 0,00318
Oktober 0,10695 0,00357
November 0,11210 0,00374
Risk Free of Assets 0,00349
Sumber: Pengolahan data
e. Beta Saham
Beta saham dicari dengan membagi kovarian return
saham dengan varian return pasar. Secara matematis beta saham
dirumuskan sebagai berikut:
Berikut ini adalah contoh perhitungan CAPM dengan
menggunakan ilustrasi saham AKSI selama 10 hari
perdagangan. Beta saham yang lainnya juga dicari dengan cara
yang sama. Nilai beta dalam tabel bukan beta sebenarnya dari
92
1 2 3 4 5 3*4
Rm (IHSG) Ri (AKSI) (Ri-ARi) (Rm-ARm) (Rm-Arm)2 (Ri-Ari)(Rm-Arm)
-0,0376 0,0000 -0,01 06 -0,0346 0,001 2 0,0004
-0,0079 0,0000 -0,01 06 -0,0049 0,0000 0,0001
-0,0353 0,0000 -0,01 06 -0,0323 0,001 0 0,0003
-0,0470 0,0000 -0,01 06 -0,0440 0,001 9 0,0005
0,0095 0,0000 -0,01 06 0,01 26 0,0002 -0,0001
0,01 97 0,0000 -0,01 06 0,0228 0,0005 -0,0002
0,01 00 0,0000 -0,01 06 0,01 31 0,0002 -0,0001
0,0582 0,0000 -0,01 06 0,061 3 0,0038 -0,0006
0,0030 0,0952 0,0847 0,0060 0,0000 0,0005
-0,0030 0,01 06 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Rata-Rata (A) -0,0030 0,01 06
Jumlah (ı) 0,0000 0,0088 0,0006
Beta
Keterangan
0,0648
AKSI karena sebatas ilustrasi yang menggunakan 10 hari
periode pengamatan.
Tabel 4.7
Ilustrasi Perhitungan Beta Menggunakan Saham AKSI
(9-22 September 2008)
Sumber: Pengolahan data
f. Required Return (CAPM)
Required return didapatkan dengan menambahkan return
of risk free assets (RFA) dengan beta saham yang sebelumnya
telah dikalikan dengan excess market return (Rm-RFA). Berikut
ini adalah contoh perhitungan required return dengan tetap
menggunakan ilustrasi saham AKSI.
( ) a f a m f r = r +b r - r = 0,00349 + 0,0648 (-0,0030-0,00349) = -0,00098
Dengan cara yang sama, dihitung required return untuk
saham lainnya. Data required return keseluruhan saham tersaji
pada lampiran 6 dan 7.
93
g. Alpha Jensen
Menghitung alpha Jensen adalah tahap terakhir dari
perhitungan Jensen’s model. Semakin tinggi nilai alpha, maka
semakin baik kinerja saham, dan sebaliknya.
Berikut ini adalah nilai alpha Jensen untuk saham AKSI
dengan tahapan perhitungan yang sebelumnya telah dilakukan.
a a [ f m f a ] J = R - R + (R - R )b = 0,011-(-0,00098)= 0,01198
Hasil perhitungan Jensen di atas bukanlah bagian nilai
alpha sebenarnya dari penelitian ini karena hanya merupakan
ilustrasi. Nilai alpha di atas merupakan hasil matematis dari
beberapa elemen yang menggunakan periode pengamatan yang
tidak seragam.
2. Uji Beda Paired Two Samples for Mean Test
Uji beda paired two samples for mean test adalah uji yang
dilakukan untuk mengetahui perbedaan suatu variabel yang
diamati dalam satu set waktu tertentu yang dipisahkan oleh event
atau peristiwa tertentu. Dalam penelitian ini, uji paired two samples
for mean test dimaksudkan untuk menguji apakah ada perbedaan
kinerja saham yang diukur dengan alpha Jensen sebelum dan
94
sesudah suspensi perdagangan saham di BEI. Untuk
memperlengkap hasil analisis, pengujian tidak hanya dilakukan
terhadap nilai alpha, tapi juga terhadap expected return, beta saham
dan required return (CAPM).
Uji beda paired two samples for mean test dilakukan dengan
menggunakan uji nonparametrik, yaitu uji wilcoxon. Uji ini dipilih
karena data time series pengamatan (N) jumlahnya kurang dari 30,
yaitu sebesar 4.
a. Industri Sekuritas
Tabel 4.8 menyajikan ringkasan statistik saham-saham
sekuritas. Expected return (ER) saham sekuritas, baik sebelum
dan sesudah suspensi bernilai minus. Itu artinya rata-rata return
yang diperoleh investor yang menempatkan dananya pada
perusahaan sekuritas mengalami kerugian, baik sebelum
ataupun sesudah suspensi. Hanya saja, investor mengalami
kerugian yang lebih besar sebelum suspensi diberlakukan, yaitu
sebesar 0,8% per hari. Sementara sesudah suspensi investor
hanya mengalami rata-rata kerugian sebesar 0,37% dalam
sehari. Ini mengindikasikan adanya respon positif pasar
terhadap diberlakukannya suspensi.
95
Beta yang merupakan cerminan risiko juga
menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan expected
return (ER). Sebelum supensi diberlakukan, rata-rata beta
sebesar 8% per hari dan sesudah suspensi sebesar 0%. Rata-rata
beta ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan expected return
yang nilainya bahkan minus. Ini artinya, baik sebelum suspensi
ataupun sesudahnya kesempatan investor untuk memperoleh
return jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan risiko yang
mesti ditanggung. Nilai beta yang jauh lebih kecil pada saat
sesudah suspensi dibandingkan sebelumnya mengindikasikan
adanya ekspektasi pasar yang membaik terhadap pergerakan
harga saham ke depan. Hasil ini berkesinambungan dengan
nilai expexted return yang juga lebih tinggi pada saat sesudah
suspensi.
Tabel 4.8
Diskripsi Statistik Saham-Saham Sekuritas
Sumber: Pengolahan data
CAPM atau yang disebut juga dengan required return
merupakan batas return minimal yang disyaratkan investor
96
pada suatu saham dalam keadaan pasar seimbang. Tabel 4.7
menunjukkan rata-rata CAPM sebelum suspensi adalah sebesar
0,17% per hari, sedangkan sesudah suspensi investor
mensyaratkan return sebesar 0,30% per hari. Jika dikaitkan
dengan hasil sebelumnya, ini mencerminkan harapan investor
yang rasional. Dalam keadaan dimana rata-rata return dan
risiko tidak cukup baik (lihat rata-rata ER dan beta sebelum
suspensi) investor mensyaratkan return yang juga lebih kecil
(0,17%) dibandingkan pada saat sesudah suspensi yang sebesar
0,30%.
Keadaan-keadaan di atas jelas berpengaruh terhadap
kinerja saham yang diukur dengan alpha Jensen. Semakin besar
nilai alpha maka semakin baik kinerja saham. Diskripsi statistik
dari ketiga elemen sebelumnya (ER, beta dan CAPM), yang
notabenenya merupakan pembentuk alpha Jensen menghasilkan
kesimpulan dimana nilai ketiganya lebih baik pada saat
sebelum suspensi dibandingkan sesudahnya.
Hasil tersebut berkesinambungan dengan hasil alpha
yang juga menyimpulkan hal yang sama, dimana rata-rata
alpha pada saat sebelum suspensi sebesar -0,0097 sedangkan
pada saat sesudah suspensi sebesar -0,0070. Itu artinya, secara
97
diskriptif kinerja saham sekuritas lebih baik pada saat sesudah
suspensi dibandingkan sebelumnya.
Tabel 4.9
Hasil Uji Beda Saham Sekuriritas dengan Wilcoxon
Sumber: Pengolahan data
Namun demikian, kendatipun perbedaan-perbedaan
tersebut dapat didiskripsikan sebagaimana di atas, namun
secara statistik perbedaan-perbedaan tersebut terbukti tidak
signifikan. Ini terlihat dari nilai signifikansi yang lebih besar
dari 0,05, yang berarti Ho diterima.
b. Industri Perbankan
Saham-saham perusahaan perbankan memiliki pola yang
juga tidak jauh berbeda dengan perusahaan sekuritas. Tabel
4.10 menunjukkah rata-rata expected return yang lebih tinggi
pada periode sebelum suspensi diberlakukan. Begitupun halnya
dengan rata-rata beta dan CAPM. Perbedaan dengan pola
saham-saham sekuritas hanya terjadi pada hasil akhir, yang
berupa alpha Jensen.
98
Hasil dengan pola yang sama dengan pola yang terjadi
pada saham-saham sekuritas ini mencerminkan pola pasar yang
sama. Dengan kata lain, performance pasar saham secara
keseluruhan pada waktu itu memang menciptakan kondisi
yang hampir seragam pada setiap jenis saham. Ini artinya
pergerakan harga saham pada waktu itu pada umumnya
dipengaruhi oleh sentimen pasar yang berasal dari luar kinerja
perusahaan secara individu. Dengan begitu, pemilihan beta
sebagai tolak ukur risiko dalam penelitian ini bisa dikatakan
adalah langkah yang tepat.
Tabel 4.10
Diskripsi Statistik Saham-Saham Perbankan
Sumber: Pengolahan data
Alpha Jensen saham perbankan yang mempunyai pola
berbeda dengan saham sekuritas mengindikasikan adanya
kondisi industri yang berbeda. Suspensi merupakan cara bursa
untuk meredam pasar yang emosional karena harga saham
bergerak irasional, sementara perusahaan-perusahaan sekuritas
adalah perusahaan yang salah satu aktivitasnya memfasilitasi
99
jual dan beli saham. Untuk itu, kinerja perusahaan ini juga
berkaitan erat dengan ekspektasi investor terhadap pasar modal
atau bursa efek secara umum. CAPM yang nilainya membaik
sesudah suspensi mencerminkan adanya ekspektasi investor
yang membaik terhadap bursa. Dengan begitu, menjadi masuk
akal jika kemudian kinerja saham perusahaan sekuritas pun
membaik pada saat sesudah suspensi seiring dengan
membaiknya ekspektasi investor terhadap bursa efek.
Sementara itu, lebih tingginya nilai alpha Jensen saham
perbankan pada saat sebelum suspensi dibandingkan saat
sesudahnya mencerminkan kinerja saham yang lebih baik pada
saat sesudah suspensi. Hal ini terjadi kemungkinan karena
periode pengamatan ini hanya mempunyai periode jendela
selama kurang lebih 2 bulan, yaitu 4 minggu sebelum suspensi
dan 4 minggu sisanya sesudah suspensi.
Suspensi sendiri sebenarnya merupakan efek berantai dari
krisis finansial global yang terjadi di Amerika Serikat. Dan
karena industri perbankan sendiri erat kaitannya dengan
sirkulasi keuangan antar negara, maka variabel yang
mempengaruhi kinerjanya sangat kompleks dan lebih kompleks
dibandingkan industri sekuritas. Untuk itu, 4 minggu sesudah
suspensi bagi investor bukanlah waktu yang cukup untuk
100
menilai kinerja perbankan aman karena pada saat yang
bersamaan efek dari krisis global justru terkesan baru dimulai
di dalam negeri. Dengan begitu, menjadi rasional jika kemudian
kinerja saham perbankan sesudah suspensi tidak lebih baik
dibandingkan sebelum suspensi.
Tabel 4.11
Hasil Uji Beda Saham Perbankan dengan Wilcoxon
Sumber: Pengolahan data
Tabel 4.11 menyajikan hasil uji perbedaan tersebut secara
statistik menggunakan uji wilcoxon. Nilai signifikansi lebih besar
dari 0,05 pada semua variabel. Itu berarti Ho diterima. Dalam
kata yang lain, perbedaan tersebut tidak signifikan. Hanya saja
jika menggunakan tolak ukur alpha 10%, perbedaan beta dan
CAPM signifikan.
3. Uji Beda Independent Samples
Uji beda independent samples digunakan untuk menguji
perbedaan data hasil pengamatan dari dua atau lebih objek
penelitian. Dalam penelitian ini, uji beda independent samples
101
ER_SBLM ER_SSDH BETA_SBLM BETA_SSDH
36 36 36 36
Mean -,0094 -,0056 ,2904 ,0008
Std. Deviation ,02302 ,01017 ,64025 ,00125
Absolute ,169 ,208 ,162 ,365
Positive ,169 ,092 ,130 ,365
Negative -,125 -,208 -,162 -,247
1,016 1,251 ,971 2,187
,253 ,088 ,302 ,000
CAPM_SBLM CAPM_SSDH JENSEN_SBLM JENSEN_SSDH
36 36 36 36
Mean -,0056 ,0030 -,0036 -,0091
Std. Deviation ,02466 ,00017 ,02040 ,01089
Absolute ,209 ,538 ,308 ,240
Positive ,209 ,538 ,308 ,093
Negative -,154 -,434 -,178 -,240
1,254 3,230 1,849 1,442
,086 ,000 ,002 ,031
a. Test distribution is Normal.
N
Normal Parametersa
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
N
Normal Parametersa
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
digunakan untuk menguji performance saham sekuritas dan
perbankan sebelum dan sesudah suspensi. Jadi, jika pada bagian
sebelumnya uji beda dilakukan terhadap data berpasangan, yaitu
sebelum dan sesudah, sekarang uji beda dilakukan terhadap data
silang, yaitu sekuritas dan perbankan. Untuk memperlengkap
analisis, pengujian tidak hanya dilakukan pada alpha Jensen, tapi
juga pada expected return, beta saham dan CAPM.
Uji beda independent samples bisa dilakukan dengan uji
parametrik atau non parametrik. Jika data pengamatan <30 data-blogger-escaped-adalah="" data-blogger-escaped-beda="" data-blogger-escaped-data="" data-blogger-escaped-digunakan="" data-blogger-escaped-jika="" data-blogger-escaped-maka="" data-blogger-escaped-non="" data-blogger-escaped-parametrik.="" data-blogger-escaped-pengamatan="" data-blogger-escaped-sementara="" data-blogger-escaped-uji="" data-blogger-escaped-yang="">30, maka harus dilakukan uji normalitas terlebih
dahulu. Jika data normal, maka pengujian dilakukan dengan uji
parametrik, dan jika data tidak normal maka pengujian dengan uji
non parametrik.
Tabel 4.12
Hasil Uji Normalitas
Sumber: Pengolahan data
102
ER_GROUP_SBLM N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Sekuritas 9 -,0083 ,01031 ,00344
Perbankan 27 -,0097 ,02609 ,00502
Sekuritas 9 ,0808 ,28764 ,09588
Perbankan 27 ,3602 ,71140 ,13691
Sekuritas 9 ,0017 ,01258 ,00419
Perbankan 27 -,0081 ,02730 ,00525
CAPM_SBLM
Group Statistics
ER_SBLM
BETA_SBLM
Normalitas data sendiri salah satunya bisa diuji
menggunakan uji One-Samples Kolmogorov Smirnov. Jika nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05, maka data tersebut berarti
normal, dan sebaliknya jika lebih kecil dari 0,05 data dinyatakan
tidak normal. Hasil pengujian terhadap normalitas data tersaji
dalam tabel 4.12.
a. Performance Sebelum Suspensi
Hasil uji normalitas pada tabel 4.12 menghasilkan
signifikansi lebih besar dari 0,05 hanya pada expected return, beta
saham dan CAPM sebelum suspensi. Untuk itu, uji pada ketiga
variabel ini dilakukan menggunakan uji parametrik. Tabel 4.13
menyajikan diskripsi statistik saham sebelum diberlakukannya
suspensi dengan menggunakan uji tersebut.
Tabel 4.13
Diskripsi Statistik Uji Parametrik Sebelum Suspensi
Sumber: Pengolahan data
Meskipun rata-rata nilainya sama-sama minus, expected
return perusahaan sekuritas lebih besar dibandingkan expected
103
Equal variances assumed 3,112 ,087 ,157 34 ,877 ,00141
Equal variances not
assumed ,231 32,725 ,818 ,00141
Equal variances assumed
3,508 ,070 -1,139 34 ,263 -,27944
Equal variances not
assumed -1,672 32,416 ,104 -,27944
Equal variances assumed 2,565 ,118 1,027 34 ,312 ,00974
Equal variances not
assumed 1,449 30,052 ,158 ,00974
Independent Samples Test
ER_SBLM
BETA_SBLM
CAPM_SBLM
t-test for Equality of Means
Levene's Test for
Equality of Variances
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
return perusahaan perbankan. Ini mencerminkan expektasi
investor terhadap perolehan return saham sekuritas lebih besar
dibandingkan saham perbankan. Hasil ini konsisten dengan
hasil pengujian sebelumnya pada uji paired for mean perbankan.
Hasil pengujian terhadap beta saham juga menghasilkan
kesimpulan yang polanya mendukung pengujian sebelumnya.
Artinya, ekspektasi investor terhadap return saham sekuritas
yang lebih besar dibandingkan saham perbankan pada
pengujian sebelumnya, disebabkan karena beta atau risiko
saham perbankan lebih besar dibandingkan saham sekuritas.
Hasil pengujian juga menunjukkan CAPM yang lebih
besar pada saham sekuritas dibandingkan saham perbankan.
Ini mencerminkan ekspektasi investor terhadap perolehan
return lebih besar pada saham perusahaan-perusahaan
sekuritas.
Tabel 4.14
Hasil Uji Beda Parametrik Sebelum Suspensi
Sumber: Pengolahan data
104
Namun begitu, secara statistik perbedaan tersebut
terbukti tidak signifikan. Ini terlihat dari nilai signifikansi pada
tabel 4.14 yang semuanya lebih besar dari 0,05, yang berarti Ho
diterima. Itu artinya tidak ada perbedaan yang signifikan dari
variabel yang diuji.
Tabel 4.15 menyajikan diskripsi statistik uji non
parametrik untuk alpha Jensen. Ranking rata-rata alpha saham
perbankan terlihat lebih besar dibandingkan alpha saham
sekuritas. Artinya, performance saham perbankan yang diukur
dari alpha Jensen lebih baik dibandingkan performance saham
sekuritas pada periode 9 Sepetember-10 November 2008. Hasil
ini tampak sedikit berseberangan dengan hasil pengujian
sebelumnya, yang secara umum mencerminkan saham sekuritas
yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena rata-rata beta saham
perbankan cukup tinggi, yaitu sebesar 36% sehingga
menyebabkan nilai alpha secara matematis meningkat tajam.
Alpha Jensen merupakan kulminasi perhitungan setelah
estimasi return dan risiko yang ada pada saham disesuaikan.
Beta saham yang tinggi akan diestimasikan berjalan searah
dengan return yang akan diperoleh investor. Karena itu,
investor yang menyukai risiko biasanya akan memilih saham
105
N Mean Rank Sum of Ranks
Sekuritas 9 15,78 142,00
Perbankan 27 19,41 524,00
Total 36
Ranks
JENSEN_SBLM
JENSEN_GROUP_SBLM
JENSEN_SBLM
Mann-Whitney U 97,000
Wilcoxon W 142,000
Z -,902
Asymp. Sig. (2-tailed) ,367
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .387a
b. Grouping Variable: JENSEN_GROUP_SBLM
Test Statisticsb
a. Not corrected for ties.
dengan beta yang tinggi untuk mendapatkan return yang lebih
tinggi.
Tabel 4.15
Diskripsi Statistik Uji Non Parametrik Sebelum Suspensi
Sumber: Pengolahan data
Namun begitu, secara statistik perbedaan tersebut
terbukti juga tidak signifikan. Hal ini terlihat dari nilai
signifikansi yang lebih besar dari 0,05 pada tabel 4.16. Itu
artinya perbedaan alpha Jensen antara saham sekuritas dan
perbankan sebelum suspensi bukanlah perbedaan berarti
yang cukup kuat untuk dijadikan landasan investasi secara
statistik.
Tabel 4.16
Hasil Uji Beda Non Parametrik Sebelum Suspensi
Sumber: Pengolahan data
106
ER_GROUP_SSDH N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Sekuritas 9 -,0032 ,00845 ,00282
Perbankan 27 -,0064 ,01071 ,00206
Group Statistics
ER_SSDH
b. Performance Sesudah Suspensi
Tabel 4.17 menyajikan diskripsi statistik expected return
sesudah suspensi yang diuji menggunakan uji parametrik. Hasil
dari tabel menunjukkan bahwa rata-rata expected return saham
sekuritas tampak lebih tinggi dibandingkan rata-rata expected
return saham perbankan. Ini menunjukkan bahwa ekspektasi
investor terhadap perolehan return tidak berubah dengan
adanya suspensi. Dalam hal ini, investor berarti menganggap
suspensi bukanlah hal yang cukup potensial untuk memulihkan
pasar saham yang sempat rontok disebabkan krisis global.
Tabel 4.17
Diskripsi Statistik Uji Parametrik Sesudah Suspensi
Sumber: Pengolahan data
Hasil uji beda secara statistik pada tabel 4.18
menunjukkan tidak adanya perbedaan expected return yang
signifikan pada saham-saham perusahaan sekuritas dan
perbankan. Ini terlihat dari nilai signifikansi pada kolom ke-6
yang lebih besar dari 0,05. Itu artinya Ho diterima, atau dengan
kata lain perbedaan expected return tidaklah signifikan.
107
Equal variances
assumed 1,274 ,267 ,800 34 ,429 ,00315
Equal variances not
assumed ,902 17,333 ,380 ,00315
ER_SSDH
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
Levene's Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
Independent Samples Test
Tabel 4.18
Hasil Uji Parametrik Sesudah Suspensi
Sumber: Pengolahan data
Tabel 4.19 menyajikan diskripsi statistik uji non
parametrik pada ketiga variabel lainnya, yaitu beta, CAPM dan
Jensen. Hasil dari tabel menunjukkan ranking rata-rata yang
lebih tinggi pada perbankan dilihat dari betanya (19,93>14,22),
sedangkan saham sekuritas tampak lebih tinggi dari saham
perbankan dilihat dari CAPM-nya (20>18). Ini artinya dari
sudut pandang risiko, investor menilai risiko yang ada pada
saham perbankan lebih besar dibandingkan pada saham
sekuritas. Selain penurunan harga saham di bursa, investor
cenderung mengkhawatirkan kinerja perbankan secara riil akan
menurun sebagai akibat adanya krisis global. Penurunan secara
riil itu bisa terjadi dengan terjadinya penarikan dana pihak
ketiga serta terjadinya gagal bayar dari pihak debitur. Dengan
kata lain, lebih kompleksnya risiko yang dihadapi industri
perbankan dipahami betul oleh para investor.
108
N Mean Rank
Sum of
Ranks
Sekuritas 9 14,22 128,00
Perbankan 27 19,93 538,00
Total 36
Sekuritas 9 20,00 180,00
Perbankan 27 18,00 486,00
Total 36
Sekuritas 9 21,00 189,00
Perbankan 27 17,67 477,00
Total 36
JENSEN_GROUP_SSDH
BETA_SSDH
CAPM_SSDH
JENSEN_SSDH
Ranks
Hasil akhir yang merupakan cerminan kinerja adalah
alpha Jensen. Alpha merupakan risk adjusted return. Semakin
tinggi nilai alpha, semakin baik kinerja saham. Ranking ratarata
Jensen pada tabel 4.19 menunjukkan bahwa kinerja saham
sekuritas lebih baik dibandingkan perbankan.
Tabel 4.19
Diskripsi Statistik Uji Non Parametrik Sesudah Suspensi
Sumber: Pengolahan data
Dengan begitu, dapat disimpulkan beberapa hal. Pada
saat sebelum suspensi kinerja saham perusahaan perbankan
lebih baik dibandingkan saham perusahaan sekuritas. Hal ini
cukup beralasan mengingat sebelum suspensi diberlakukan
terdapat sinyalemen negatif terhadap perusahaan sekuritas
karena dianggap melakukan short selling sehingga
menyebabkan saham di pasar rontok (lihat latar belakang).
Namun pada saat suspensi diberlakukan selama 5 hari,
otoritas bursa melakukan tindakan tegas dengan cara mengusut
109
BETA_SSDH CAPM_SSDH JENSEN_SSDH
Mann-Whitney U 83,000 108,000 99,000
Wilcoxon W 128,000 486,000 477,000
Z -1,606 -1,732 -,834
Asymp. Sig. (2-tailed) ,108 ,083 ,404
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.168a .641a .428a
Test Statisticsb
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: JENSEN_GROUP_SSDH
beberapa perusahaan sekuritas yang diduga melakukan praktek
short selling dan pemerintah sendiri membuat beberapa
kebijakan penanggulangan krisis, yang salah satunya adalah
menaikkan suku bunga. Kebijakan menaikkan suku bunga ini
tentu akan berakibat terhadap persepsi investor terhadap
perbankan. Karena bagaimanapun, menurut Gunarso (2008)
tingginya suku bunga akan memperketat likuiditas perbankan.
Akibatnya, pada saat sesudah suspensi diberlakukan
kinerja saham jadi berbalik, dimana kinerja saham perusahaan
sekuritas menjadi lebih tinggi. Hal ini terjadi bisa juga karena
investor menganggap saham perbankan masih berpotensi
terhadap risiko yang besar karena pada saat yang bersamaan
efek krisis global di dalam negeri terkesan baru dimulai.
Tabel 4.20
Hasil Uji Non Parametrik Sesudah Suspensi
Sumber: Pengolahan data
Tabel 4.20 menyajikan hasil uji non parametrik terhadap
variabel-variabel tersebut. Hasil dari tabel menunjukkan bahwa
110
tidak ada perbedaan yang signifikan antara perusahaan
perbankan dan sekuritas dilihat dari beta, CAPM dan nilai
Jensen-nya. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi yang lebih
besar dari 0,05.
4. Perbandingan Performance Saham dengan Indeks Industri dan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Tabel 4.21 menyajikan perbandingan expected return saham
dengan indeks industri (ISF) dan indeks pasarnya (IHSG).
Sementara grafik 4.1 menyajikan trend pergerakannya
menggunakan moving average. Kolom ke-2 (pengamatan) adalah
data berdasarkan pengamatan mingguan. “-4” berarti adalah data
pengamatan 4 minggu sebelum suspensi, “-3” adalah data
pengamatan 3 minggu sebelum suspensi, dan seterusnya.
Pembagian pengamatan berdasarkan periode mingguan untuk
mempermudah pemetaan dalam analisis kinerja saham.
Pada periode sebelum suspensi terlihat bahwa expected
return saham-saham sekuritas dan perbankan secara umum lebih
tinggi dibandingkan indeks industri dan dan IHSG. Itu artinya
dibandingkan indeks industrinya (industri finance), ekspektasi
investor terhadap return kedua jenis perusahaan tersebut (sekuritas
dan perbankan) cukup besar karena berada di atas rata-rata
industri. Hanya saja, ekspektasi return saham sekuritas pada
111
-4 -0,01 7 -0,01 1 -0,006 -0,005
-3 -0,01 2 -0,005 -0,007 0,000
-2 -0,032 -0,023 -0,005 -0,007
-1 -0,074 -0,044 -0,01 4 -0,026
1 -0,002 -0,01 4 -0,003 -0,007
2 -0,01 9 -0,025 -0,006 -0,01 3
3 -0,003 -0,003 -0,003 -0,002
4 -0,003 -0,003 -0,003 -0,003
Expected Return
Keterangan Pengamatan IHSG ISF SEKURITAS PERBANKAN
minggu ke-3 sebelum suspensi berada di bawah rata-rata industri.
Hal serupa juga terjadi pada saat sesudah suspensi. Expected return
saham perusahaan sekuritas dan perbankan umumnya lebih tinggi
dibandingkan ISF dan IHSG.
Tabel 4.21
Perbandingan Expected Return
Sumber: Pengolahan data
Sementara grafik 4.1 menunjukkan trend pergerakan expected
return yang meningkat pada saat sesudah suspensi. Ini
menunjukkan bahwa adanya suspensi mendapatkan respon positif
dari investor sebagai salah satu peredam pergerakan pasar yang
irasional.
Grafik 4.1
Trend Pergerakan Expected Return
Sumber: Pengolahan data
112
-4 0,941 0,625 0,095 0,409
-3 0,923 0,763 0,1 29 0,477
-2 0,875 0,376 0,1 00 0,298
-1 0,667 0,440 -0,001 0,258
1 0,833 0,002 0,000 0,001
2 0,909 0,002 0,000 0,001
3 0,938 0,003 0,000 0,001
4 0,952 0,003 0,000 0,001
Beta Saham
Keterangan Pengamatan IHSG ISF SEKURITAS PERBANKAN
Tabel 4.22 menyajikan perbandingan beta saham. Secara
umum trend pergerakan beta yang terlihat pada grafik 4.2
menunjukkan trend yang menaik. Artinya, secara umum seiring
dengan meningkatnya ekspektasi investor terhadap return risiko
pun bertambah.
Tabel 4.22
Perbandingan Beta Saham
Sumber: Pengolahan data
Hanya saja, pada periode sesudah suspensi beta saham
sekuritas dan perbankan tampak mempunyai nilai yang sama besar
pada periode seminggu, dua minggu, tiga minggu dan empat
minggu sesudah suspensi. Nilai ini lebih kecil dari rata-rata
industri. Nilai beta sekuritas dan perbankan pada khususnya, serta
indeks industri finance pada umumnya yang cenderung kecil
mencerminkan pergerakan harga saham yang relatif stagnan.
Dalam arti yang lain, hal ini juga bisa mengindikasikan kecilnya
volume perdagangan saham pada sektor keuangan (termasuk pada
sekuritas dan perbankan) pada saat sesudah suspensi. Dalam hal
ini, investor barangkali menganggap penempatan dana pada sektor
113
-0.200
0.000
0.200
0.400
0.600
0.800
1 .000
1 .200
-4 -3 -2 -1 1 2 3 4
IHSG ISF
SEKURITAS PERBANKAN
2 per. Mov. Avg. (IHSG)
-4 -0,01 5 -0,009 0,002 -0,005
-3 -0,01 1 -0,008 0,001 -0,004
-2 -0,028 -0,01 0 0,000 -0,007
-1 -0,048 -0,031 0,004 -0,01 6
1 -0,001 0,003 0,003 0,003
2 -0,01 7 0,003 0,003 0,003
3 -0,003 0,003 0,003 0,003
4 -0,003 0,003 0,003 0,003
CAPM
Keterangan Pengamatan IHSG ISF SEKURITAS PERBANKAN
keuangan pada saat tersebut bukanlah pilihan yang bijak untuk
investasi.
Grafik 4.2
Trend Pergerakan Beta Saham
Sumber: Pengolahan data
Tabel 4.23
Perbandingan CAPM
Sumber: Pengolahan data
Hasil perbandingan CAPM pada tabel 4.23 menyajikan hasil
yang polanya tidak jauh berbeda dengan perbandingan
sebelumnya. CAPM merupakan return minimal yang disyaratkan
investor dalam kondisi pasar yang seimbang terhadap saham. Pola
pergerakan CAPM secara keseluruhan menunjukkan pola yang
sama dengan pola expected return, yaitu menaik sesudah adanya
114
suspensi. Artinya, seiring dengan beta yang meningkat sesudah
suspensi, investor pun mensyaratkan return minimal (CAPM) yang
lebih kecil dan mengharapkan return yang juga lebih kecil (expected
return).
Besarnya nilai beta ISF, sekuritas dan perbankan yang
cenderung sama pada saat sesudah suspensi konsisten dengan
perbandingan beta sebelumnya. Artinya, pergerakan harga saham
di sektor keuangan relatif stagnan. Ini kemungkinan terjadi karena
sepinya transaksi perdagangan atas saham-saham perusahaan di
sektor keuangan, termasuk perusahaan sekuritas dan perbankan
pada seminggu, dua minggu, tiga minggu, bahkan empat minggu
sesudah suspensi diberlakukan.
Grafik 4.3
Trend Pergerakan CAPM
Sumber: Pengolahan data
Tabel 4.24 adalah hasil perbandingan alpha Jensen. Trend
pergerakan alpha Jensen yang ditunjukkan oleh Grafik 4.4 secara
115
-4 -0,001 -0,002 -0,008 -0,001
-3 -0,001 0,003 -0,009 0,004
-2 -0,004 -0,01 3 -0,005 0,000
-1 -0,026 -0,01 3 -0,01 7 -0,01 0
1 -0,001 -0,01 7 -0,007 -0,01 1
2 -0,002 -0,028 -0,009 -0,01 7
3 0,000 -0,006 -0,006 -0,006
4 0,000 -0,006 -0,006 -0,006
Alpha Jensen
Keterangan Pengamatan IHSG ISF SEKURITAS PERBANKAN
keseluruhan meningkat pada saat sesudah suspensi. Pola ini
cenderung seragam dengan hasil perbandingan pada bagianbagian
sebelumnya.
Tabel 4.24
Perbandingan Alpha Jensen
Sumber: Pengolahan data
Grafik 4.4
Trend Pergerakan Alpha Jensen
Sumber: Pengolahan data
Hal tersebut artinya, adanya suspensi direpon positif oleh
pasar sebagai peredam pasar yang emosional. Hal ini bisa juga
disebabkan karena kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah
saat suspensi diberlakukan dianggap pasar cukup potensial untuk
menanggulangi ekses krisis global di pasar modal. Kebijakan
116
tersebut diantaranya barangkali adalah ditindaknya perusahaanperusahaan
sekuritas yang disinyalir melakukan short selling serta
kebijakan pemerintah lainnya di sektor makro ekonomi.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Perbedaan Performance Saham Sebelum dan Sesudah
Suspensi
a. Industri Sekuritas
Hasil pengujian statistik melalui uji beda data
berpasangan terhadap empat indikator kinerja saham, yaitu
expected return, beta saham, CAPM dan alpha Jensen
menghasilkan kesimpulan yang menyatakan bahwa semua
indikator tersebut tidak berbeda secara signifikan, baik 4
minggu sebelum maupun 4 minggu sesudah suspensi.
Namun, secara diskriptif rata-rata nilai keempat indikator
tersebut lebih tinggi pada saat sesudah suspensi dibandingkan
sebelum suspensi. Hasil ini mengisyaratkan adanya indikasi
respon positif dari investor terhadap diberlakukannya suspensi.
Perilaku ini tercermin dari meningkatnya volume perdagangan
saham dari bulan Oktober ke November 2008 sebesar 57%,
sebagaimana yang ditunjukkan oleh tabel 4.24. Peningkatan
tersebut cukup besar mengingat pada bulan sebelumnya,
volume perdagangan saham malah menurun sebesar 63%.
117
Tabel 4.25
Perubahan Aktivitas Saham Sekuritas
Sekuritas
Bulan
Kapitalisasi Volume Nilai
September 2,098,269 41,067 5,294
Oktober 1,647,204 15,080 3,441
November 1,631,459 23,717 5,294
Desember 1,638,899 13,809 4,093
Perubahan
Bulan
% % %
September
Oktober -0.21 -0.63 -0.35
November -0.01 0.57 0.54
Desember 0.00 -0.42 -0.23
Sumber: Diolah dari IDX Monthly Statistics
Sebagai sebuah event di luar corporate actions, tujuan
diberlakukannya suspensi adalah untuk meredam reaksi pasar
yang dinilai otoritas bursa irasional dalam menanggapi isu
krisis keuangan global yang terjadi di Amerika Serikat. Jadi,
suspensi merupakan event pasar yang berkaitan langsung
dengan kinerja saham di pasar secara keseluruhan.
Sebagaimana pendapat Jogiyanto (2003:410), salah satu
tujuan event study adalah untuk menguji kandungan informasi
(information content) dari suatu pengumunan. Artinya, apakah
pengumuman tersebut mampu membuat investor bereaksi
secara signifikan atau tidak. Tidak signifikannya perbedaan
expected return, beta saham, CAPM dan alpha Jensen pada
118
periode sebelum dan sesudah suspensi, mengindikasikan
bahwa suspensi bukanlah event khusus yang dianggap investor
berpengaruh besar terhadap pergerakan harga saham.
Dalam hal ini, lebih tingginya rata-rata keempat variabel
tersebut pada saat sesudah suspensi dibandingkan sebelum
suspensi menunjukkan beberapa hal. Pertama, suspensi
mendapat respon dari investor sebagai sebuah kebijakan yang
positif bagi pergerakan harga saham. Kedua, meskipun direspon
positif, tapi suspensi tidak signifikan untuk mempengaruhi
preferensi investor dalam keputusan jual beli saham. Itu
artinya, investor menganggap ada variabel lain yang lebih
mempengaruhi pergerakan harga saham dan tidak cukup
diatasi dengan diberlakukannya suspensi. Ini konsisten dengan
tujuan diberlakukannya suspensi itu sendiri, yang untuk
mengatasi pasar saham secara makro, bukan saham individual
secara fundamental.
Hasil yang demikian tersebut bisa juga diakibatkan oleh
rentang waktu pengamatan yang terlalu panjang, yaitu 4
minggu sebelum dan 4 minggu sesudah suspensi. Namun
begitu, hasil pengamatan 7 hari sebelum dan sesudah suspensi
terhadap actual return juga terbukti tidak signifikan. Begitupun
119
halnya dengan perpanjangan periode jendela menjadi 14 hari
sebelum dan sesudah (hasil lihat lampiran 9).
Jika dilihat dari sifat event-nya yang berasal dari non
corporate actions, hasil penelitian ini menghasilkan kesimpulan
yang konsisten dengan penelitian Ilmasari (2007) yang
menggunakan event dengan sifat yang sama, yaitu Corporate
Governance Perception Index. Ilmasari menyimpulkan bahwa
pengumuman CGPI tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap perbedaan abnormal return dan volume
perdagangan saham sebelum dan sesudah event.
b. Industri Perbankan
Sebagaimana pada industri sekuritas, di industri
perbankan pun semua indikator saham, yaitu expected return,
beta saham, CAPM dan alpha Jensen juga berdasarkan hasil
pengujian terbukti tidak signifikan. Hanya saja ada pergerakan
pola yang berbeda jika dibandingkan dengan industri sekuritas.
Pada industri sekuritas, semua variabel menunjukkan
rata-rata yang lebih baik pada saat sesudah suspensi, termasuk
alpha Jensen-nya. Sementara pada industri perbankan hal itu
tidak terjadi. Expected return, beta saham, dan CAPM
menunjukkan rata-rata yang lebih baik pada masa sebelum
120
suspensi, sedangkan alpha Jensen menunjukkan rata-rata yang
lebih baik pada saat sesudah suspensi.
Hal tersebut mengindikasikan beberapa hal; pertama,
perusahaan-perusahan perbankan dan sekuritas memiliki
sensitivitas industri yang berbeda. Secara makro, kinerja
keduanya akan sama-sama terpengaruh terhadap indikator
makro ekonomi, seperti nilai tukar, suku bunga, dan inflasi.
Akan tetapi, sensitivitas industri perbankan terhadap indikatorindikator
makro ekonomi tersebut akan lebih besar mengingat
aktivitasnya berkaitan langsung dengan fluktuasi ketiganya.
Kedua, ekspektasi investor terhadap perbankan belum bagus
pada saat sesudah suspensi karena kebijakan pemerintah yang
terkesan lebih memilih menyelamatkan pasar modal daripada
perbankan. Pada saat suspensi diberlakukan, pemerintah
mengeluarkan kebijakan, yaitu menaikkan suku bunga acuan.
Hal ini menurut Gunarso (2008) akan memperketat likuiditas
perbankan, dan sebaliknya menghambat penarikan modal dari
pasar modal.
Perilaku investor tersebut tercermin dalam volume
perdagangan saham pada bulan November 2008 yang menurun
sebesar 46% dari bulan sebelumnya. Tabel 4.25 secara lengkap
121
menyajikan perubahan aktivitas saham perbankan di bursa
pada bulan September-November 2008.
Tabel 4.26
Perubahan Aktivitas Saham Perbankan
Perbankan
Bulan
Kapitalisasi Volume Nilai
September 324,746,015 5,170,818 8,259,403
Oktober 243,714,484 7,288,977 7,538,975
November 234,330,643 3,943,894 5,699,134
Desember 275,165,073 3,068,422 4,795,275
Perubahan
Bulan
% % %
September
Oktober -0.25 0.41 -0.09
November -0.04 -0.46 -0.24
Desember 0.17 -0.22 -0.16
Sumber: Diolah dari IDX Monthly Statistics
Namun sebenarnya kebijakan pemerintah untuk
menaikkan suku bunga tersebut cukup masuk akal mengingat
perbankan di Indonesia tidak terikat secara langsung terhadap
surat hutang subprime mortgage yang dikeluarkan Bank Federal
Amerika karena ketentuan BI yang tidak memperbolehkan.
Hanya saja, effect of psycologic dari rontoknya saham-saham
perbankan di beberapa Negara lain barangkali masih dirasakan
oleh investor kendatipun suspensi sudah diberlakukan.
Tidak signifikannya hasil perbandingan antara sebelum
dan sesudah suspensi, dan lebih baiknya rata-rata variabel
122
secara umum pada saat sesudah suspensi mengindikasikan
perilaku investor yang menilai suspensi hanya sebagai peredam
perilaku pasar yang irasional, tapi tidak untuk mempengaruhi
preferensi mereka dalam memilih saham.
2. Perbedaan Performance Saham pada Industri Sekuritas
dan Perbankan
a. Sebelum Suspensi
Pada saat sebelum suspensi, hasil pengujian keseluruhan
terhadap expected return, beta saham, CAPM dan alpha Jensen
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara perusahaan sekuritas dan perbankan. Namun secara
diskriptif, rata-rata expected return dan CAPM (kedua-duanya
sama-sama merupakan cerminan ekspektasi terhadap return)
perusahaan sekuritas lebih tinggi dibandingkan perusahaan
perbankan. Ini artinya bahwa investor menaruh ekspektasi yang
lebih besar pada saham sekuritas dari segi return.
Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena isu krisis
keuangan global yang merontokkan beberapa harga saham
perbankan di berbagai Negara sudah mulai juga dikhawatirkan
investor akan terjadi di Indonesia. Anggapan ini diperkuat
dengan nilai beta perbankan yang lebih tinggi dibandingkan
123
sekuritas pada saat yang sama. Itu artinya, sentivitas
pergerakan harga saham perbankan memiliki potensi lebih
besar untuk berfluktuasi dan tak terkendali secara tajam. Dalam
arti yang lebih luas, penempatan dana pada saham sekuritas
menjanjikan return yang lebih tinggi dengan risiko yang lebih
rendah dibandingkan pada saham perbankan.
Namun begitu, alpha Jensen perusahaan perbankan
terlihat memiliki rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan
perusahaan sekuritas. Artinya, kinerja perusahaan perbankan
pada saat sebelum suspensi masih lebih baik dibandingkan
perusahaan sekuritas. Hal ini terjadi karena sebagaian investor
beranggapan bahwa beta saham yang nilainya tinggi harusnya
bisa menghasilkan return yang juga tinggi. Karena pada
dasarnya, teori investasi adalah high risk-high return. Itu artinya
ada investor yang tidak sepakat dengan konsensus pasar yang
tercermin dari expected return, beta saham dan CAPM. Itulah
barangkali sebabnya kenapa kemudian perubahan volume
perdagangan saham perbankan pada bulan Oktober lebih tinggi
dibandingkan sekuritas pada bulan yang sama (Lihat dan
bandingkan tabel 4.25 dan 4.26).
Menurut Bodie (2006:223), dalam sebuah pasar selalu ada
investor yang tidak sepakat terhadap konsensus pasar, seperti
124
kapitalisasi pasar yang tinggi (yang pada dasarnya merupakan
konsensus pasar) tidak selalu menghasilkan kinerja yang juga
baik. Ketidak-sepakatan terhadap konsensus ini terjadi karena
preferensi tiap investor dalam membeli atau menjual harga
saham berbeda-beda.
Al-Falah (2008) telah membuktikan pernyataan Bodie
tersebut melalui penelitiannya terhadap kinerja saham BUMN.
Al-Falah menyimpulkan bahwa tingginya kapitalisasi pasar
tidak selalu berjalan searah dengan kinerja saham.
Dalam hal ini, hasil akhir pengujian pada saat sebelum
suspensi, dimana alpha Jensen perbankan lebih tinggi
dibandingkan sekuritas mencerminkan adanya ketidaksepakatan
beberapa investor terhadap konsensus pasar yang
tercermin dari expected return, beta saham ataupun CAPM.
b. Sesudah Suspensi
Pada pengujian sesudah suspensi, secara keseluruhan
empat variabel (expected return, beta saham, CAPM dan alpha
Jensen) terbukti tidak berbeda secara signifikan. Namun secara
diskriptif, terdapat kesamaan pola pada expected return, beta
saham dan CAPM dengan hasil diskripsi pada pengujian
sebelum suspensi.
125
Rata-rata beta saham perbankan lebih besar dibandingkan
rata-rata beta saham sekuritas. Ini artinya bahwa dari sudut
pandang risiko, investor menilai risiko yang ada pada saham
perbankan lebih besar dibandingkan risiko yang ada pada
saham sekuritas. Sementara itu, ekspektasi investor terhadap
return terlihat lebih tinggi pada perusahaan sekuritas
dibandingkan pada perusahaan sekuritas. Lebih tingginya
tingginya risiko yang ada pada saham perbankan disebabkan
karena selain investor khawatir terhadap penurunan harga
saham di bursa, investor juga cenderung mengkhawatirkan
kinerja perbankan secara riil akan menurun sebagai akibat
adanya krisis global. Penurunan secara riil itu bisa terjadi
dengan terjadinya penarikan dana pihak ketiga serta terjadinya
gagal bayar dari pihak debitur. Dengan kata lain, lebih
kompleksnya risiko yang dihadapi industri perbankan
dipahami betul oleh para investor.
Setelah porsi return dan risiko di atas di sesuaikan dan
diakumulasikan dengan risiko pada aset bebas risiko, ternyata
terbukti bahwa rata-rata alpha Jensen saham sekuritas lebih
tinggi dibandingkan saham perbankan. Artinya, kinerja saham
sekuritas sesudah diberlakukannya suspensi unggul
dibandingkan saham perbankan.
126
Hasil ini terjadi bisa karena diberlakukannya suspensi
sendiri adalah kebijakan untuk memulihkan perdagangan di
Bursa, dan memulihkan perdagangan di bursa berarti
mendongkrak aktivitas perusahaan sekuritas yang secara
umum aktivitasnya adalah sebagai perantara perdagangan
saham. Sementara bagi perbankan, kebijakan menaikkan suku
bunga yang dilakukan saat suspensi berarti menaikkan cost of
fund antar bank dan memperketat likuiditas. Selain itu,
pemulihan sentimen negatif investor terhadap perbankan yang
cenderung terimbas effect of psychology dari kinerja perbankanperbankan
lain di luar negeri, tampaknya membutuhkan waktu
yang lebih lama dibandingkan pemulihan sentimen investor
terhadap perusahaan sekuritas yang cenderung memiliki
sensitivitas yang lebih kecil terhadap perubahan variabelvariabel
makro ekonomi, seperti nilai tukar dan lain-lain.
Hasil penelitian secara keseluruhan berkaitan dengan event
suspensi dari bagian-bagian sebelumnya menyimpulkan;
pertama, suspensi direspon postif oleh investor sebagai peredam
reaksi pasar yang irasional. Kedua, respon investor tidak cukup
signifikan. Dalam arti yang lain, adanya respon tersebut tidak
sampai mempengaruhi preferensi investor dalam memilih
membeli ataupun menjual saham. Ketiga, pergerakan saham
127
industri sekuritas tampak lebih sensitif dan terpengaruh
dibandingkan saham perbankan terhadap diberlakukannya
suspensi.
Hasil penelitian ini konsisten dengan aktivitas saham
sekuritas dan perbankan yang tercermin dalam tabel 4.25 dan
4.26. Itu artinya, hasil pengujian tercermin secara faktual
melalui perilaku investor yang di-proxy-kan lewat volume
perdagangan saham yang dirilis Bursa Efek Indonesia setiap
bulannya dalam IDX Monthly Statistics.
3. Perbandingan Performance Saham dengan Indeks Industri dan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Pada periode sebelum suspensi expected return saham-saham
sekuritas dan perbankan secara umum lebih tinggi dibandingkan
indeks industri dan IHSG. Itu artinya dibandingkan indeks
industrinya (industri finance), ekspektasi investor terhadap return
kedua jenis perusahaan tersebut (sekuritas dan perbankan) cukup
besar karena berada di atas rata-rata industri. Hal serupa juga
terjadi pada saat sesudah suspensi. Expected return saham
perusahaan sekuritas dan perbankan umumnya lebih tinggi
dibandingkan ISF dan IHSG. Ini menunjukkan bahwa kedua jenis
perusahaan ini merupakan perusahaan yang dibandingkan
pergerakan pasarnya merupakan perusahaan yang memiliki
128
sensitivitas lebih rendah dibandingkan saham-saham lain. Secara
umum, expected return meningkat sesudah suspensi. Artinya,
adanya suspensi direspon positif oleh investor.
Sementara itu, pergerakan beta menunjukkan pola yang
sama dengan expected return, yaitu meningkat pada saat sesudah
suspensi. Nilai beta sekuritas dan perbankan serta indeks industri
finance lebih kecil dari IHSG, baik pada sebelum ataupun sesudah
suspensi. Ini mencerminkan bahwa industri finance memiliki
sensitivitas lebih kecil terhadap pergolakan harga saham secara
keseluruhan.
Sementara itu, nilai beta ISF, sekuritas dan perbankan
cenderung sama selama empat minggu pengamatan pada sesudah
suspensi. Ini mencerminkan pergerakan harga saham yang relatif
stagnan. Ini mengindikasikan kecilnya volume perdagangan saham
pada sektor keuangan (termasuk pada sekuritas dan perbankan)
pada saat sesudah suspensi. Dalam hal ini, investor barangkali
menganggap penempatan dana pada sektor keuangan pada saat
tersebut bukanlah pilihan yang bijak untuk investasi, apalagi nilai
Jensen pada waktu ini semuanya bernilai minus, yang berarti saham
tidak layak beli.
Pergerakan dan perbandingan CAPM memiliki pola yang
sama dengan expected return. Artinya, investor mensyaratkan return
129
minimal yang telah disesuaikan dengan return masa lalu dari
saham.
Perbandingan kinerja saham yang diwakili oleh alpha Jensen
secara keseluruhan meningkat sesudah diberlakukannya suspensi.
Rata-rata kinerja perbankan sebelum suspensi (-0,002) lebih tinggi
dibandingkan ISF (-0,006) dan IHSG (-0,008), sedangkan rata-rata
kinerja sekuritas lebih rendah, yaitu (-0,010). Ini mengindikasikan
bahwa dibandingkan dengan indeks industri dan pasarnya,
pergerakan saham perusahaan sekuritas cenderung berfluktuasi
lebih tinggi dan lebih liar.
Sementara pada sesudah suspensi, kinerja perusahaan
sekuritas (-0,007) dan perusahaan perbankan (-0,010) lebih rendah
dibandingkan IHSG (-0,001). Artinya, dibandingkan saham-saham
lainnya di bursa, sekuritas dan perbankan tergolong perusahaan
yang tidak terpengaruh secara signifikan pergerakan sahamnya
dengan diberlakukannya suspensi. Akan tetapi, dibandingkan
dengan ISF (-0,014), sekuritas dan perbankan memiliki alpha Jensen
yang lebih tinggi. Artinya, dibandingkan perusahaan-perusahaan
lainnya di sektor keuangan, keduanya merupakan perusahaan
yang tergolong memiliki kinerja di atas rata-rata.
Adanya trend pergerakan menaik sesudah suspensi pada
semua indikator saham, yaitu expected return, beta saham, CAPM
130
dan alpha Jensen dari IHSG, ISF, sekuritas dan perbankan
menunjukkan bahwa suspensi direspon investor sebagai sebuah
kebijakan tepat dalam meredam reaksi pasar yang irasional.
Pasar yang irasional adalah akibat dari simpang siurnya
informasi yang belum tentu benar dan dijadikan landasan oleh
para investor untuk melakukan perdagangan saham. Tindakan
investor yang emosional adalah tindakan gegabah yang sejak awal
dalam Islam sudah diperingatkan untuk dihindari:
$pκš‰r '‾≈t ƒ tÏ%©!$# (#þθãΖt Β#u βÎ) óΟä.u!%y` 7,Å™$sù :*t6t⊥Î/ (#þθãΨ¨t6tGsù βr& (#θç7ŠÅÁè? $JΒöθs% 7's#≈y γpg¿2
(#θßsÎ6óÁçGsù 4’n?tã $tΒ óΟçFù=y èsù tÏΒω≈t ∩∉∪ Ρ
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar
kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum
tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS.Al-Hujarat:6)
Untuk memperoleh sebuah informasi, Islam menganjurkan
seseorang untuk tidak melihat dari satu sisi saja, melainkan
mencari informasi dari beberapa sumber yang jelas agar tidak
terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan. Karena itu Islam
131
melarang keras seseorang untuk mengikuti suatu hal tanpa adanya
pengetahuan tentang itu.
Ÿωuρ ß#ø)s? $tΒ }§øŠs9 y7s 9 ÏμÎ/ íΟù=Ïæ 4 ¨βÎ) yìôϑ¡¡9$# u|Çt7ø9$#uρ yŠ#xσà ø9$#uρ ‘≅ä. y7Í×‾≈s 9'ρé&
∩⊂∉∪ Zωθä↔ó¡tΒ çμ÷Ψtã tβ%x.
Artinya: ”Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaranmu,
penglihatanmu, dan mata hatimu semua itu akan dimintai
pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra’: 36)
Dalam dunia investasi, untuk mengambil keputusan yang
akurat investor seharusnya melakukan beberapa analisis, baik
secara teknikal maupun fundamental. Informasi atau berita dalam
analisis fundamental merupakan salah satu alat analisis yang harus
digunakan oleh investor dalam mengambil sebuah keputusan.
Informasi atau berita merupakan alat analisis yang penting bagi
para investor dalam mengambil keputusan, namun informasi atau
berita tersebut harus diseleksi terlebih dahulu. Artinya investor
tidak boleh mengabil keputusan hanya berdasarkan pada satu
informasi saja, akan tetapi harus memperkayanya dengan
informasi-informasi lain yang mendukung.
132
BAB V
PENUTUP
Bab ini merupakan bab penutup dimana seluruh hasil perhitungan
dan analisis data pada bab-bab terdahulu dirangkum sebagai suatu
kesimpulan. Saran-saran diberikan sebagai solusi dan kemungkinan
pengembangan lebih lanjut dari hasil penelitian ini.
A. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis
terhadap performance saham perusahaan-perusahaan sekuritas dan
perbankan dengan menggunakan event study suspensi adalah sebagai
berikut:
1. Performance saham perusahaan sekuritas yang diukur dengan
alpha Jensen tidak berbeda secara signifikan pada saat sebelum
dan sesudah suspensi. Ketiga variabel lainnya yang juga diikutkan
dalam pengujian, yaitu expected return, beta saham dan CAPM
menghasilkan kesimpulan serupa. Nilai signifikansi lebih kecil
dari alpha 5%. Namun secara diskriptif, rata-rata nilai keempat
variabel tersebut lebih tinggi pada saat sesudah suspensi
dibandingkan sebelumnya. Hal tersebut berarti bahwa suspensi
133
direspon positif oleh investor meski preferensi investasi mereka
tidak terpengaruh secara signifikan.
2. Performance saham perusahaan-perusahaan perbankan juga tidak
berbeda signifikan pada sebelum dan sesudah suspensi.
Begitupun halnya dengan ketiga variabel lainnya yang diikutkan
dalam pengujian. Semuanya menghasilkan nilai signifikansi yang
lebih kecil dari alpha 5%. Hanya saja secara diskriptif tampak
sedikit perbedaan pola. Rata-rata ER, beta dan CAPM sesudah
suspensi lebih tinggi dibandingkan sebelumnya, sementara alpha
Jensen lebih tinggi pada saat sebelum dibandingkan sesudah
suspensi. Hasil ini mencerminkan adanya perbedaan kondisi
industri yang disikapi berbeda oleh investor. Investor
menganggap suspensi lebih bisa memulihkan kondisi industri
sekuritas dibandingkan perbankan dalam interval waktu yang
hanya 4 minggu sesudah suspensi.
3. Performance saham perusahaan-perusahaan sekuritas dan
perbankan tidak berbeda signifikan pada sebelum suspensi. Alpha
Jensen maupun expected return, beta dan CAPM menghasilkan
signifikansi yang lebih besar dari alpha 5%. Rata-rata ER, beta dan
CAPM perusahaan sekuritas lebih baik dibandingkan perusahaan
perbankan. Sementara alpha Jensen perusahaan perbankan lebih
baik dibandingkan perusahaan sekuritas. Hasil yang tampak
134
berseberangan ini disebabkan risiko saham perbankan (tercermin
lewat beta) lebih kompleks dibandingkan saham sekuritas
sehingga beberapa investor pun menganggap perusahaan
perbankan harusnya bisa menghasilkan return yang lebih tinggi.
4. Performance saham perusahaan-perusahaan sekuritas dan
perbankan tidak berbeda signifikan pada saat sesudah suspensi.
Alpha Jensen maupun expected return, beta dan CAPM
menghasilkan signifikansi yang lebih besar dari alpha 5%. Rata-rata
ER, beta dan CAPM perusahaan sekuritas lebih baik dibandingkan
perusahaan perbankan. Sementara berbeda pada saat sebelum,
pada saat sesudah alpha Jensen perusahaan sekuritas lebih baik
dibandingkan perusahaan perbankan. Hal ini terjadi disebabkan
investor menganggap saham perbankan masih berpotensi terhadap
risiko yang besar karena pada saat yang bersamaan efek krisis
global di dalam negeri terkesan baru dimulai.
5. Perbandingan kinerja saham yang diwakili oleh alpha Jensen secara
keseluruhan meningkat dari sebelum ke sesudah suspensi. Ratarata
kinerja perbankan sebelum suspensi (-0,002) lebih tinggi
dibandingkan ISF (-0,006) dan IHSG (-0,008), sedangkan rata-rata
kinerja sekuritas lebih rendah, yaitu (-0,010). Sementara pada
sesudah suspensi, kinerja perusahaan sekuritas (-0,007) dan
perusahaan perbankan (-0,010) lebih rendah dibandingkan IHSG (-
135
0,001) dan lebih tinggi dibandingakan ISF (-0,014). Trend
pergerakan meningkat sesudah suspensi pada semua indikator
saham, yaitu expected return, beta saham, CAPM dan alpha Jensen
Ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan suspensi direspon
investor sebagai sebuah kebijakan tepat dalam meredam reaksi
pasar yang irasional.
Hasil penelitian secara keseluruhan yang menyimpulkan
bahwa suspensi merupakan event yang direspon postif oleh investor
meskipun respon tersebut tidak signifikan, konsisten dengan perilaku
investor yang tercermin dalam volume perdagangan saham. Secara
umum, volume perdagangan saham sekuritas dan perbankan yang
dirilis oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam data statistik yang
diterbitkan tiap bulan meningkat pada saat sesudah suspensi
dibandingkan sebelumnya.
Sementara Jika dilihat dari sifat event-nya yang berasal dari
non corporate actions, hasil penelitian ini menghasilkan kesimpulan
yang konsisten dengan penelitian Ilmasari (2007) yang menggunakan
event dengan sifat yang sama, yaitu Corporate Governance Perception
Index. Ilmasari menyimpulkan bahwa pengumuman CGPI tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perbedaan abnormal
return dan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah event.
136
Hasil ini merupakan indikasi awal yang mengarah pada dugaan lain
bahwa event yang berasal dari non-corporate actions tidak mampu
mempengaruhi kinerja saham secara signifikan.
B. Saran
Saran-saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil
analisis dan pembahasan pada penelitian ini adalah:
1. Dalam penelitian selanjutnya, disarankan agar peneliti
menggunakan periode jendela yang lebih lama dan menggunakan
metode inferensial lain untuk melihat sensitivitas saham terhadap
event tertentu. Selain itu, untuk melihat kinerja saham sekuritas dan
perbankan secara komprehensif, disarankan juga untuk
mempertimbangkan penilaian terjadap karakteristik keuangan
serta menggunakan metode penelitian yang memungkinkan untuk
mengikutkan keseluruhan populasi.
2. Secara keseluruhan, hasil pengamatan menemukan bahwa event
suspensi direspon positif oleh investor untuk mengatasi kondisi
pasar yang emosional. Untuk itu, bagi otoritator bursa disarankan
untuk terus mengawal tarnsaksi perdagangan saham dan tidak
sepenuhnya menyerahkannya pada mekanisme pasar. Sementara
bagi investor, disarankan untuk menanggapi dan mempelajari
sebuah event dengan lebih bijaksana dan tanpa keputusan
137
emosional yang tidak didasarkan pada informasi-informasi yang
memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Falah, Muhammad Alayk, 2008, Analisis Market Performance Saham-
Saham BUMN Menggunakan Sharpe’s Model, Jensen’s Model Dan
Appraisal Ratio (Periode Pengamatan pada Tahun 2003-2007), Skripsi
tidak Diterbitkan, Program Strata 1 Fakultas Ekonomi UIN Malang,
Malang
Al-Gifari, 2003, Statistika Induktif untuk Ekonomi dan Bisnis, AMP-YKPN,
Yogyakarta
Ali, Muhammad dan Encep Saifuddin, 2008, Pendongkrak Dana Ribuan
Triliun, (Online), (http://smunsa-purgan.web.id/viewtopic.php
?id=266, diakses 13 januari 2009)
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti, 2006. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi,
Cetakan Kelima, Penerbit PT. Rineka Cipta, Semarang.
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,
Edisi VI Resivi, Rineka Cipta, Jakarta
Badan Pengawas Pasar Modal, 2004, Studi tentang Investasi Syariah di
Pasar Modal Indonesia, (www.bapepam.go.id/pasar_modal/ publikasi_
pm/kajian_pm/studi_pm_syariah.pdf, diakses 11 Maret 2008)
Bank Indonesia, 2007, Laporan Pengawasan Perbankan 2007, (Online),
(http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/84EAE3C3-1847-4110-A26E-
5D377B002109/14011/LPP_07.zip, diakses 13 Januari 2009)
_______________, 2008, Booklet Perbankan Indonesia, (Online),
(http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/FDCF2D6E-FC43-44D9-8919-
4F953141C53A/7807/BPI_2008.zip, diakses 13 Januari 2009)
BAPEPAM-LK, 2008, Statistik Pasar Modal, (Online),
(http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/statistik_pm/20
08/2008_XII_4.pdf, diakses 13 januari 2009)
Bodie, Zvi, dkk, 2005, Investment, th6 Edition, McGraw-Hill Companies,
Inc., Dalimunthe, Zuliani (penerjemah), 2006, Investasi, Buku 2.
Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta
Bursa Efek Indonesia, 2008, IDX Monthly Statistics, (Online),
(http://www.idx.co.id/JSXStatistics/MONTHLY/tabid/184/language/id-
ID/Default.aspx, diakses 14 Februari 2009)
Dewan Syariah Nasional, 2008, Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah Di Bidang Pasar Modal,
(http://www.mui.or.id/mui_in/product_2/fatwa.php?id=48&pg=2,
diakses 21 April 2008)
Gunarso, Beny, 2008, Pengaruh Likuiditas Ketat terhadap Perbankan
Nasional dan Sektor Riil, (Online),
(http://komunitasperbankan.blogspot.com/articles/s,htm, diakses 13
Januari 2009)
Hadad, Muliaman D., dkk, 2003, Indikator Awal Krisis Perbankan,
(Online), (www.bi.go.id/NR/rdonlyres/2DAB2C92-BF34-4DE4-
A3EF-12078CC77431/7822/IndikatorawalKrisisPerbankan.pdf,
diakses 13 Januari 2009)
Halim, Abdul, 2005, Analisis Investasi, Salemba Empat, Jakarta
Hasan, Ali, 2003, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam; Fiqh Muamalah,
Cetakan 1. Rajawali Pers, Jakarta
Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution, 2007. Investasi Pada Pasar
Modal Syariah, Kencana, Jakarta
Husnan, Suad, 2001, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas,
Edisi 3, Cet. 2, AMP-YKPN, Yogyakarta
Ilmasari, Nurul, 2007. Perbedaan Abnormal Return, Volume Perdagangan
Saham, Dan Kinerja Perusahaan Sebelum dan Sesudah Publikasi Corporate
Governance Perception Index (CGPI). Skripsi Tidak di Publikasikan,
Universitas Brawijaya.
Indiantoro, Nur dan Bambang Supomo, 1999. Metodologi Penelitian Bisnis
Untuk Akuntansi dan Manajemen, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Jogiyanto, 2003, Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi ke-3, Cet. I, BPFE,
Yogyakarta
Kompas, 12 Agustus 2008, IHSG Sentuh Level Terendah 2008, (Online),
(http://www.kompas.com/read/xml/2008/08/12/12214233/ihsg.sentuh.l
evel.terendah.tahun.2008, diakses 13 Januari 2009)
________, 09 Oktober 2008, Investor Panik, Perdagangan Dihentikan,
(Online), (http://els.bappenas.go.id/upload/kliping/Investor-
Kps_091008_113102.pdf, diakses 13 Januari 2008)
_______, 30 Oktober 2008, 15 Broker Terancan Disuspensi, (Online),
(http://aaronsimanjuntak.com/2008/10/15-broker-terancam-disuspensi.
html, diakses 13 Januari 2009)
Kurnia, Ridiani, 2005, Perkembangan Reksadana, (Online),
(http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/info_pm/warta/
2005_desember/Perkembangan%20Reksa%20Dana.pdf, diakses 13
Januari 2009)
Linawati, Nanik, 2005, Perbandingan Perkembangan Kinerja Keuangan
Antara Perusahaan Bank dengan Kinerja Keuangan Perusahaan
Pembiayaan, Sekuritas, dan Asuransi pada Periode 1998-2001
dan 2002-2003, Skripsi Program Studi Manajemen Universitas
Kristen Petra Surabaya, (Online),
(http://dewey.petra.ac.id/jiunkpe_dg_2648.html, diakses 15 Januari
2009)
Namora, 2006, Perbandingan Market Performance dan Karakteristik
Keuangan Perusahaan Sektor Aneka Industri. Tesis Program
Pascasarjana Universitas Pelita Harapan Jakarta.
(www.geocities.com/namora_id/files/Tesis-Namora-19040012.pdf,
diakses 11 Januari 2008)
Octavina, Devita Nurmala, 2008, Analisis Abnormal Return dan Aktivitas
Volume Perdagangan Saham di Seputar Pengumuman Deviden (Study
pada Industri Manufaktur yang Telah Go Public di Bursa Efek Indonesia),
Skripsi tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Negeri (UIN) Malang.
Peraturan No. 1-L Bursa Efek Indonesia (BEI) tentang Suspensi, (Online),
(http://www.idx.co.id/Portals/0/Rule%20Making%20Rule/Peraturan%20
I-L%20-%20Suspensi%20Efek%20-%202008127.pdf, diakses 13
Februari 2009)
Radcliffe, Robert C., 1997, Investment Concepts, Analysis Strategy, 5th Ed,
Addison-Wesley Education Publishers Inc.
Regional Roll, 2008, Pengaruh Krisis Amerika Serikat terhadap Perbankan
Indonesia, (Online), (http://regional.roll.co.id/index.php/param
ount/1-2008-11-06-04-20-45/2133-pengaruh-krisis-as-terhadap
perbankan-indonesia.html, diakses 15 Januari 2009)
Samsul, Mohamad, 2006, Pasar Modal dengan Manajemen Portofolio.
Erlangga, Surabaya
Santoso, Imam, 2003, Fiqh Muamalah, Cetakan 1, Pustaka Tarbiatuna,
Jakarta
Sharpe, William dan Alexander, Gordon J. et.all, 2005, Investasi, Edisi
Keenam, Jilid I, PT Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta
Suara Merdeka, 26 Februari 2004, Masyarakat Mulai Suka Berinvestasi di
Bursa Saham, (Online), (http://www.suaramerdeka.com/harian
/0402/26/eko13.htm, diakses 13 Januari 2009)
Sucipto, Agus, 2006. Analisis Likuiditas Saham Sebelum, Saat, Dan
Sesudah Pengumuman Stock Split (Kasus Pada Perusahaan
Manafaktur Yang Go Publik Di Bursa Efek Jakarta). El-Harakah, Vol
63: 129-147.
Sunaryah, 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Ketiga, Penerbit
UPP-AMP YKPN, Yogyakarta
Tandelilin, Eduardus, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio,
BPFE, Yogyakarta
www.idx.co.id
DEPARTEMEN AGAMA RI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
Terakreditasi ’’A’’ SK BAN-PT Depdiknas Nomor: 005/BAN-PT/Ak-X/S1/II/2007
Jalan Gajayana 50 Malang 65144 Telepon dan Fax (0341) 558881; Email: feuin@yahoo.com
Bukti Konsultasi
Nama : Ayatullah
NIM : 04610077
Fak/Jur : Ekonomi/Manajemen
Pembimbing : Drs. Agus Sucipto, MM.
Judul : Studi Komparatif terhadap Performance Saham
Perusahaan-Perusahaan Sekuritas dan Perbankan di
Bursa Efek Indonesia (Event Study pada Suspensi
Perdagangan Saham Tanggal 8-13 Oktober 2008)
No Tanggal Materi Konsultasi
Tanda Tangan
Pembimbing
1 14 Februari 2009 Proposal 1.
2 17 Februari 2009 Revisi Proposal 2.
3 21 April 2009 ACC Proposal 3.
4 23 Mei 2009 Seminar Proposal 4.
5 05 Juni 2009 Revisi Bab I, II, III 5.
6 02 Juli 2009 Pengajuan Bab IV, V 6.
7 11 Juli 2009 Revisi Bab IV, V 7.
8 13 Juli 2009 ACC Skripsi 8.
Malang, 13 Juli 2009
Mengetahui:
Dekan,
Drs. HA. Muhtadi Ridwan, MA.
NIP. 150231828
Lampiran 1: ISF, IHSG dan Harga Saham Perusahaan-Perusahaan Sekuritas
SEKURITAS
No Pengamatan Tanggal IHSG ISF
AKSI HADE KREN OCAP PANS PEGE RELI TRIM YULE
1 09/09/08 1958.752 216.757 105 170 295 640 385 150 325 240 97
2 10/09/08 1885.043 213.900 105 170 285 640 370 150 325 230 97
3 11/09/08 1870.133 210.009 105 170 285 640 370 150 325 235 97
4 12/09/08 1804.062 200.417 105 170 275 640 380 150 325 235 97
5
t-4
15/09/08 1719.254 191.680 105 170 270 640 370 150 325 235 97
6 16/09/08 1735.636 199.670 105 170 275 640 370 150 325 220 97
7 17/09/08 1769.894 201.667 105 170 280 640 380 150 330 220 97
8 18/09/08 1787.673 201.051 105 111 280 640 375 150 325 200 94
9 19/09/08 1891.732 211.319 105 139 290 640 375 150 315 200 85
10
t-3
22/09/08 1897.342 214.874 115 111 295 640 375 150 315 200 81
11 23/09/08 1873.100 209.179 115 87 290 640 375 150 320 200 81
12 24/09/08 1883.551 211.762 115 82 290 640 380 150 310 220 81
13 25/09/08 1870.061 210.672 115 104 285 640 380 150 310 220 81
14 26/09/08 1846.091 204.043 115 104 280 640 380 150 310 220 81
15
t-2
29/09/08 1832.507 203.366 115 90 285 640 385 151 325 220 81
16 06/10/08 1648.739 194.760 115 90 275 640 385 151 325 180 81
17 07/10/08 1619.721 191.933 115 90 270 640 345 151 325 180 81
18
t-1
08/10/08 1451.669 177.620 115 90 260 640 345 151 325 180 81
19 13/10/08 1461.873 173.933 115 90 265 640 370 151 325 180 81
20 14/10/08 1555.967 185.953 115 81 270 640 370 151 325 180 81
21
t1
15/10/08 1520.407 177.899 115 74 280 640 360 151 325 180 81
22 16/10/08 1463.251 168.804 115 81 275 640 360 151 300 162 81
23 17/10/08 1399.424 161.009 115 80 270 640 360 151 300 150 81
24 20/10/08 1426.938 162.602 115 84 280 640 360 151 300 150 81
25 21/10/08 1440.149 167.675 115 76 290 640 360 151 305 150 81
26 22/10/08 1379.743 160.656 115 70 285 640 360 151 305 150 81
27 23/10/08 1337.204 155.406 115 70 275 640 360 151 305 150 81
28 24/10/08 1244.864 143.975 115 70 270 640 360 151 305 143 81
29
t2
27/10/08 1166.409 133.789 115 70 260 640 360 151 305 129 81
30 28/10/08 1111.39 125.868 115 70 260 640 360 151 305 129 85
31 29/10/08 1113.624 129.113 115 63 260 640 360 151 305 129 85
32 30/10/08 1173.863 137.391 115 57 270 640 360 151 305 129 85
33 31/10/08 1256.704 151.790 115 52 280 640 360 151 305 129 85
34
t3
03/11/08 1352.716 165.053 115 59 300 640 390 151 305 129 85
35 04/11/08 1369.785 163.375 115 54 300 640 390 151 305 129 85
36 05/11/08 1366.275 166.388 115 51 300 640 405 151 305 129 85
37 06/11/08 1307.897 159.111 115 51 290 640 405 151 305 129 85
38 07/11/08 1338.36 162.115 115 52 300 640 405 151 305 129 85
39
t4
10/11/08 1340.681 163.863 115 52 300 640 405 151 305 129 85
Lampiran 2: Harga Saham Perusahaan-Perusahaan Perbankan
PERBANKAN
No Pengamatan Tanggal
BABP BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BCIC BDMN BEKS BKSW BMRI
1 09/09/08 76 102 1800 3025 360 1,220 1,510 5,750 65 5,100 55 630 2,650
2 10/09/08 76 102 1800 3000 350 1,190 1,510 5500 58 5200 51 630 2,675
3 11/09/08 76 102 1680 2875 350 1180 1,510 5400 59 4,950 51 630 2,625
4 12/09/08 53 104 1600 2725 345 1130 1,510 5050 59 4750 50 630 2,450
5
t-4
15/09/08 53 102 1600 2650 325 990 1,510 4800 56 4,600 50 630 2,250
6 16/09/08 53 100 1600 2775 400 1030 1,510 5150 54 5100 51 630 2,425
7 17/09/08 53 101 1590 2825 360 1030 1,510 5300 56 5,000 50 630 2,550
8 18/09/08 53 101 1590 3050 340 1040 1,510 5200 56 5,000 50 630 2,525
9 19/09/08 53 102 1590 3175 340 1090 1,510 5600 58 5,200 50 660 2,675
10
t-3
22/09/08 53 102 1590 3250 335 1060 1,510 5900 61 5,250 52 670 2,800
11 23/09/08 53 102 1590 3150 340 1020 1,510 5,550 60 5,300 52 690 2,775
12 24/09/08 53 102 1590 3200 350 1030 1,510 5600 60 5,400 52 690 2,700
13 25/09/08 53 101 1620 3225 340 1,020 1,510 5,500 60 5,150 52 690 2,625
14 26/09/08 53 104 1620 3175 335 990 1,510 5400 61 5,150 52 690 2,625
15
t-2
29/09/08 53 104 1620 3150 335 970 1,510 5,400 58 4,900 52 690 2,650
16 06/10/08 53 102 1,560 3,050 275 740 1,510 4,950 52 4,825 50 690 2,500
17 07/10/08 53 102 1600 3,050 270 760 1,510 4,800 52 4,700 50 690 2,500
18
t-1
08/10/08 53 101 1600 2875 230 640 1,510 4,275 52 3,700 50 690 2,300
19 13/10/08 53 101 1,580 2,900 235 600 1,510 4,225 52 3,500 50 690 2,175
20 14/10/08 53 102 1650 3,175 255 660 1,510 4,625 54 3,850 50 690 2,350
21
t1
15/10/08 53 102 1,560 3,050 250 680 1,510 4,275 51 3,825 50 690 2,175
22 16/10/08 53 102 1600 2,750 240 660 1,510 4,150 51 3,450 50 690 2,075
23 17/10/08 53 102 1,730 2,600 225 600 1,510 3,750 51 3,300 50 690 1,875
24 20/10/08 53 102 1900 2,675 230 590 1,510 3,850 51 3,025 50 690 1,910
25 21/10/08 53 105 2,090 2,800 225 600 1,510 4,050 51 3,025 50 690 1,970
26 22/10/08 53 105 2125 2,650 220 570 1,510 3,900 50 2,725 50 690 1,780
27 23/10/08 53 103 2150 2,675 205 560 1,510 3,625 50 2,475 50 690 1,640
28 24/10/08 53 102 1950 2,425 185 510 1,510 3,275 50 2,250 50 690 1,480
29
t2
27/10/08 53 101 1850 2,200 182 460 1,510 2,950 50 2,025 50 690 1,340
30 28/10/08 53 101 1830 2,025 184 430 1,510 2,675 50 1,825 50 690 1,210
31 29/10/08 53 101 1910 2,200 194 435 1,510 2,650 50 2,000 50 690 1,190
32 30/10/08 53 101 1850 2,400 205 475 1,510 2,900 50 2,200 50 690 1,300
33 31/10/08 50 101 1930 2,700 210 510 1,510 3,450 51 2,600 50 690 1,560
34
t3
03/11/08 50 101 1920 2,825 230 610 1,510 3,875 50 2,900 50 690 1,870
35 04/11/08 60 101 1900 2,750 230 600 1,510 3,550 50 3,075 50 690 1,880
36 05/11/08 60 101 1970 2,850 220 550 1,510 3,700 50 3,200 50 690 1,900
37 06/11/08 60 100 1970 2,775 200 500 1,510 3,500 50 2,900 50 690 1,720
38 07/11/08 60 100 1960 2,875 205 540 1,510 3,525 50 2,875 50 690 1,850
39
t4
10/11/08 60 101 1940 2,900 210 530 1,510 3,675 50 2,925 50 690 1,910
Lampiran 2: Harga Saham Perusahaan-Perusahaan Perbankan (Lanjutan)
PERBANKAN
No Pengamatan Tanggal
BNBA BNGA BNII BNLI BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA
1 09/09/08 73 830 460 890 600 2000 90 55 1,580 140 3000 700 890 115
2 10/09/08 70 780 460 880 600 2000 90 54 1,580 137 3000 700 880 110
3 11/09/08 57 830 460 880 600 2000 90 55 1,580 137 3000 700 880 110
4 12/09/08 55 770 460 880 600 2000 90 51 1,580 130 3000 700 820 110
5
t-4
15/09/08 54 720 460 860 600 2000 89 50 1,580 120 3000 700 770 105
6 16/09/08 56 670 460 830 600 2025 85 50 1,580 105 2975 700 780 100
7 17/09/08 66 710 460 830 600 1950 77 50 1,580 105 2975 700 790 98
8 18/09/08 69 690 410 810 600 1950 80 50 1,580 105 2975 700 750 100
9 19/09/08 86 760 440 830 600 1950 80 50 1,580 130 2975 700 800 100
10
t-3
22/09/08 75 770 420 830 600 1950 79 50 1,580 136 2975 700 750 100
11 23/09/08 75 700 410 840 600 1950 79 50 1,580 136 2975 700 730 100
12 24/09/08 75 750 450 840 600 2000 84 51 1,580 136 2975 700 770 100
13 25/09/08 62 250 470 840 600 2000 83 50 1,580 136 2,975 700 790 95
14 26/09/08 62 245 310 840 600 2000 83 50 1,580 136 3,300 700 760 95
15
t-2
29/09/08 62 720 310 840 600 2000 80 50 1,580 136 3,300 700 760 95
16 06/10/08 62 620 435 750 600 2,250 80 50 1,580 136 3,300 700 680 90
17 07/10/08 62 620 425 700 600 2,250 78 50 1,580 130 3,300 700 650 88
18
t-1
08/10/08 62 570 460 700 600 2,250 78 50 1,580 115 3,300 700 540 75
19 13/10/08 62 540 435 700 600 2,025 78 50 1,580 105 3,300 700 550 75
20 14/10/08 56 580 450 630 600 2,025 75 50 1,580 95 3,600 700 600 75
21
t1
15/10/08 52 530 445 570 600 2,000 75 50 1,580 101 3,600 700 590 71
22 16/10/08 55 480 440 570 600 2,000 74 50 1,580 100 3,600 700 550 70
23 17/10/08 52 500 480 570 600 2,000 70 50 1,580 100 3,600 700 530 72
24 20/10/08 52 480 470 570 600 2,000 68 50 1,580 100 3,600 740 560 66
25 21/10/08 52 500 475 560 600 1,900 68 50 1,580 101 3,600 740 590 71
26 22/10/08 52 470 480 560 600 1,900 70 50 1,580 101 3,600 740 590 66
27 23/10/08 51 430 470 550 600 1,900 70 50 1,580 101 3,600 740 570 65
28 24/10/08 54 435 450 500 600 1,900 70 50 1,580 91 3,600 740 520 60
29
t2
27/10/08 51 395 440 500 600 1,790 70 50 1,580 86 3,600 740 470 50
30 28/10/08 51 385 445 500 600 1,750 69 50 1,580 86 3,600 740 425 50
31 29/10/08 51 400 455 500 600 1,750 69 50 1,580 85 3,600 740 425 50
32 30/10/08 55 440 470 500 600 1,590 70 50 1,580 85 3,600 740 465 50
33 31/10/08 55 470 465 500 600 1,590 70 50 1,580 85 3,600 740 525 52
34
t3
03/11/08 60 520 475 510 600 1,720 75 50 1,580 85 3,600 740 630 52
35 04/11/08 60 510 480 530 600 1,610 75 50 1,580 85 3,600 700 720 53
36 05/11/08 60 550 485 550 600 1,600 76 50 1,580 87 3,600 700 670 53
37 06/11/08 60 520 485 550 600 1,600 70 50 1,580 86 3,600 700 620 53
38 07/11/08 54 500 485 550 600 1,600 70 50 1,580 85 3,600 700 600 50
39
t4
10/11/08 50 500 490 550 600 1,600 72 50 1,580 85 3,600 700 550 50
Lampiran 4: Actual Return Saham-Saham Perbankan
SEKURITAS
No Pengamatan Tanggal IHSG ISF
AKSI HADE KREN OCAP PANS PEGE RELI TRIM YULE
1 09/09/08
2 10/09/08 -0.038 -0.013 0.000 0.000 -0.034 0.000 -0.039 0.000 0.000 -0.042 0.000
3 11/09/08 -0.008 -0.018 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.022 0.000
4 12/09/08 -0.035 -0.046 0.000 0.000 -0.035 0.000 0.027 0.000 0.000 0.000 0.000
5
t-4
15/09/08 -0.047 -0.044 0.000 0.000 -0.018 0.000 -0.026 0.000 0.000 0.000 0.000
6 16/09/08 0.010 0.042 0.000 0.000 0.019 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.064 0.000
7 17/09/08 0.020 0.010 0.000 0.000 0.018 0.000 0.027 0.000 0.015 0.000 0.000
8 18/09/08 0.010 -0.003 0.000 -0.347 0.000 0.000 -0.013 0.000 -0.015 -0.091 -0.031
9 19/09/08 0.058 0.051 0.000 0.252 0.036 0.000 0.000 0.000 -0.031 0.000 -0.096
10
t-3
22/09/08 0.003 0.017 0.095 -0.201 0.017 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.047
11 23/09/08 -0.013 -0.027 0.000 -0.216 -0.017 0.000 0.000 0.000 0.016 0.000 0.000
12 24/09/08 0.006 0.012 0.000 -0.057 0.000 0.000 0.013 0.000 -0.031 0.100 0.000
13 25/09/08 -0.007 -0.005 0.000 0.268 -0.017 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
14 26/09/08 -0.013 -0.031 0.000 0.000 -0.018 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
15
t-2
29/09/08 -0.007 -0.003 0.000 -0.135 0.018 0.000 0.013 0.007 0.048 0.000 0.000
16 06/10/08 -0.100 -0.042 0.000 0.000 -0.035 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.182 0.000
17 07/10/08 -0.018 -0.015 0.000 0.000 -0.018 0.000 -0.104 0.000 0.000 0.000 0.000
18
t-1
08/10/08 -0.104 -0.075 0.000 0.000 -0.037 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
19 13/10/08 0.007 -0.021 0.000 0.000 0.019 0.000 0.072 0.000 0.000 0.000 0.000
20 14/10/08 0.064 0.069 0.000 -0.100 0.019 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
21
t1
15/10/08 -0.023 -0.043 0.000 -0.086 0.037 0.000 -0.027 0.000 0.000 0.000 0.000
22 16/10/08 -0.038 -0.051 0.000 0.095 -0.018 0.000 0.000 0.000 -0.077 -0.100 0.000
23 17/10/08 -0.044 -0.046 0.000 -0.012 -0.018 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.074 0.000
24 20/10/08 0.020 0.010 0.000 0.050 0.037 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
25 21/10/08 0.009 0.031 0.000 -0.095 0.036 0.000 0.000 0.000 0.017 0.000 0.000
26 22/10/08 -0.042 -0.042 0.000 -0.079 -0.017 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
27 23/10/08 -0.031 -0.033 0.000 0.000 -0.035 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
28 24/10/08 -0.069 -0.074 0.000 0.000 -0.018 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.047 0.000
29
t2
27/10/08 -0.063 -0.071 0.000 0.000 -0.037 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.098 0.000
30 28/10/08 -0.047 -0.059 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.049
31 29/10/08 0.002 0.026 0.000 -0.100 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
32 30/10/08 0.054 0.064 0.000 -0.095 0.038 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
33 31/10/08 0.071 0.105 0.000 -0.088 0.037 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
34
t3
03/11/08 0.076 0.087 0.000 0.135 0.071 0.000 0.083 0.000 0.000 0.000 0.000
35 04/11/08 0.013 -0.010 0.000 -0.085 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
36 05/11/08 -0.003 0.018 0.000 -0.056 0.000 0.000 0.038 0.000 0.000 0.000 0.000
37 06/11/08 -0.043 -0.044 0.000 0.000 -0.033 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
38 07/11/08 0.023 0.019 0.000 0.020 0.034 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
39
t4
10/11/08 0.002 0.011 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Lampiran 4: Actual Return Saham-Saham Perbankan
PERBANKAN
No Pengamatan Tanggal
BABP BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BCIC BDMN BEKS BKSW BMRI
1 09/09/08
2 10/09/08 0.00 0.00 0.00 -0.01 -0.03 -0.02 0.00 -0.04 -0.11 0.02 -0.07 0.00 0.01
3 11/09/08 0.00 0.00 -0.07 -0.04 0.00 -0.01 0.00 -0.02 0.02 -0.05 0.00 0.00 -0.02
4 12/09/08 -0.30 0.02 -0.05 -0.05 -0.01 -0.04 0.00 -0.06 0.00 -0.04 -0.02 0.00 -0.07
5
t-4
15/09/08 0.00 -0.02 0.00 -0.03 -0.06 -0.12 0.00 -0.05 -0.05 -0.03 0.00 0.00 -0.08
6 16/09/08 0.00 -0.02 0.00 0.05 0.23 0.04 0.00 0.07 -0.04 0.11 0.02 0.00 0.08
7 17/09/08 0.00 0.01 -0.01 0.02 -0.10 0.00 0.00 0.03 0.04 -0.02 -0.02 0.00 0.05
8 18/09/08 0.00 0.00 0.00 0.08 -0.06 0.01 0.00 -0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.01
9 19/09/08 0.00 0.01 0.00 0.04 0.00 0.05 0.00 0.08 0.04 0.04 0.00 0.05 0.06
10
t-3
22/09/08 0.00 0.00 0.00 0.02 -0.01 -0.03 0.00 0.05 0.05 0.01 0.04 0.02 0.05
11 23/09/08 0.00 0.00 0.00 -0.03 0.01 -0.04 0.00 -0.06 -0.02 0.01 0.00 0.03 -0.01
12 24/09/08 0.00 0.00 0.00 0.02 0.03 0.01 0.00 0.01 0.00 0.02 0.00 0.00 -0.03
13 25/09/08 0.00 -0.01 0.02 0.01 -0.03 -0.01 0.00 -0.02 0.00 -0.05 0.00 0.00 -0.03
14 26/09/08 0.00 0.03 0.00 -0.02 -0.01 -0.03 0.00 -0.02 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00
15
t-2
29/09/08 0.00 0.00 0.00 -0.01 0.00 -0.02 0.00 0.00 -0.05 -0.05 0.00 0.00 0.01
16 06/10/08 0.00 -0.02 -0.04 -0.03 -0.18 -0.24 0.00 -0.08 -0.10 -0.02 -0.04 0.00 -0.06
17 07/10/08 0.00 0.00 0.03 0.00 -0.02 0.03 0.00 -0.03 0.00 -0.03 0.00 0.00 0.00
18
t-1
08/10/08 0.00 -0.01 0.00 -0.06 -0.15 -0.16 0.00 -0.11 0.00 -0.21 0.00 0.00 -0.08
19 13/10/08 0.00 0.00 -0.01 0.01 0.02 -0.06 0.00 -0.01 0.00 -0.05 0.00 0.00 -0.05
20 14/10/08 0.00 0.01 0.04 0.09 0.09 0.10 0.00 0.09 0.04 0.10 0.00 0.00 0.08
21
t1
15/10/08 0.00 0.00 -0.05 -0.04 -0.02 0.03 0.00 -0.08 -0.06 -0.01 0.00 0.00 -0.07
22 16/10/08 0.00 0.00 0.03 -0.10 -0.04 -0.03 0.00 -0.03 0.00 -0.10 0.00 0.00 -0.05
23 17/10/08 0.00 0.00 0.08 -0.05 -0.06 -0.09 0.00 -0.10 0.00 -0.04 0.00 0.00 -0.10
24 20/10/08 0.00 0.00 0.10 0.03 0.02 -0.02 0.00 0.03 0.00 -0.08 0.00 0.00 0.02
25 21/10/08 0.00 0.03 0.10 0.05 -0.02 0.02 0.00 0.05 0.00 0.00 0.00 0.00 0.03
26 22/10/08 0.00 0.00 0.02 -0.05 -0.02 -0.05 0.00 -0.04 -0.02 -0.10 0.00 0.00 -0.10
27 23/10/08 0.00 -0.02 0.01 0.01 -0.07 -0.02 0.00 -0.07 0.00 -0.09 0.00 0.00 -0.08
28 24/10/08 0.00 -0.01 -0.09 -0.09 -0.10 -0.09 0.00 -0.10 0.00 -0.09 0.00 0.00 -0.10
29
t2
27/10/08 0.00 -0.01 -0.05 -0.09 -0.02 -0.10 0.00 -0.10 0.00 -0.10 0.00 0.00 -0.09
30 28/10/08 0.00 0.00 -0.01 -0.08 0.01 -0.07 0.00 -0.09 0.00 -0.10 0.00 0.00 -0.10
31 29/10/08 0.00 0.00 0.04 0.09 0.05 0.01 0.00 -0.01 0.00 0.10 0.00 0.00 -0.02
32 30/10/08 0.00 0.00 -0.03 0.09 0.06 0.09 0.00 0.09 0.00 0.10 0.00 0.00 0.09
33 31/10/08 -0.06 0.00 0.04 0.13 0.02 0.07 0.00 0.19 0.02 0.18 0.00 0.00 0.20
34
t3
03/11/08 0.00 0.00 -0.01 0.05 0.10 0.20 0.00 0.12 -0.02 0.12 0.00 0.00 0.20
35 04/11/08 0.20 0.00 -0.01 -0.03 0.00 -0.02 0.00 -0.08 0.00 0.06 0.00 0.00 0.01
36 05/11/08 0.00 0.00 0.04 0.04 -0.04 -0.08 0.00 0.04 0.00 0.04 0.00 0.00 0.01
37 06/11/08 0.00 -0.01 0.00 -0.03 -0.09 -0.09 0.00 -0.05 0.00 -0.09 0.00 0.00 -0.09
38 07/11/08 0.00 0.00 -0.01 0.04 0.03 0.08 0.00 0.01 0.00 -0.01 0.00 0.00 0.08
39
t4
10/11/08 0.00 0.01 -0.01 0.01 0.02 -0.02 0.00 0.04 0.00 0.02 0.00 0.00 0.03
Lampiran 4: Actual Return Saham-Saham Perbankan (Lanjutan)
PERBANKAN
No Pengamatan Tanggal
BNBA BNGA BNII BNLI BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA
1 09/09/08
2 10/09/08 -0.04 -0.06 0.00 -0.01 0.00 0.00 0.00 -0.02 0.00 -0.02 0.00 0.00 -0.01 -0.04
3 11/09/08 -0.19 0.06 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
4 12/09/08 -0.04 -0.07 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.07 0.00 -0.05 0.00 0.00 -0.07 0.00
5
t-4
15/09/08 -0.02 -0.06 0.00 -0.02 0.00 0.00 -0.01 -0.02 0.00 -0.08 0.00 0.00 -0.06 -0.05
6 16/09/08 0.04 -0.07 0.00 -0.03 0.00 0.01 -0.04 0.00 0.00 -0.13 -0.01 0.00 0.01 -0.05
7 17/09/08 0.18 0.06 0.00 0.00 0.00 -0.04 -0.09 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 -0.02
8 18/09/08 0.05 -0.03 -0.11 -0.02 0.00 0.00 0.04 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.05 0.02
9 19/09/08 0.25 0.10 0.07 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.24 0.00 0.00 0.07 0.00
10
t-3
22/09/08 -0.13 0.01 -0.05 0.00 0.00 0.00 -0.01 0.00 0.00 0.05 0.00 0.00 -0.06 0.00
11 23/09/08 0.00 -0.09 -0.02 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.03 0.00
12 24/09/08 0.00 0.07 0.10 0.00 0.00 0.03 0.06 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.05 0.00
13 25/09/08 -0.17 -0.67 0.04 0.00 0.00 0.00 -0.01 -0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.03 -0.05
14 26/09/08 0.00 -0.02 -0.34 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.11 0.00 -0.04 0.00
15
t-2
29/09/08 0.00 1.94 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.04 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
16 06/10/08 0.00 -0.14 0.40 -0.11 0.00 0.13 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.11 -0.05
17 07/10/08 0.00 0.00 -0.02 -0.07 0.00 0.00 -0.03 0.00 0.00 -0.04 0.00 0.00 -0.04 -0.02
18
t-1
08/10/08 0.00 -0.08 0.08 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.12 0.00 0.00 -0.17 -0.15
19 13/10/08 0.00 -0.05 -0.05 0.00 0.00 -0.10 0.00 0.00 0.00 -0.09 0.00 0.00 0.02 0.00
20 14/10/08 -0.10 0.07 0.03 -0.10 0.00 0.00 -0.04 0.00 0.00 -0.10 0.09 0.00 0.09 0.00
21
t1
15/10/08 -0.07 -0.09 -0.01 -0.10 0.00 -0.01 0.00 0.00 0.00 0.06 0.00 0.00 -0.02 -0.05
22 16/10/08 0.06 -0.09 -0.01 0.00 0.00 0.00 -0.01 0.00 0.00 -0.01 0.00 0.00 -0.07 -0.01
23 17/10/08 -0.05 0.04 0.09 0.00 0.00 0.00 -0.05 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.04 0.03
24 20/10/08 0.00 -0.04 -0.02 0.00 0.00 0.00 -0.03 0.00 0.00 0.00 0.00 0.06 0.06 -0.08
25 21/10/08 0.00 0.04 0.01 -0.02 0.00 -0.05 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.05 0.08
26 22/10/08 0.00 -0.06 0.01 0.00 0.00 0.00 0.03 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.07
27 23/10/08 -0.02 -0.09 -0.02 -0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.03 -0.02
28 24/10/08 0.06 0.01 -0.04 -0.09 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.10 0.00 0.00 -0.09 -0.08
29
t2
27/10/08 -0.06 -0.09 -0.02 0.00 0.00 -0.06 0.00 0.00 0.00 -0.05 0.00 0.00 -0.10 -0.17
30 28/10/08 0.00 -0.03 0.01 0.00 0.00 -0.02 -0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.10 0.00
31 29/10/08 0.00 0.04 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.01 0.00 0.00 0.00 0.00
32 30/10/08 0.08 0.10 0.03 0.00 0.00 -0.09 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.09 0.00
33 31/10/08 0.00 0.07 -0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.13 0.04
34
t3
03/11/08 0.09 0.11 0.02 0.02 0.00 0.08 0.07 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.20 0.00
35 04/11/08 0.00 -0.02 0.01 0.04 0.00 -0.06 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.05 0.14 0.02
36 05/11/08 0.00 0.08 0.01 0.04 0.00 -0.01 0.01 0.00 0.00 0.02 0.00 0.00 -0.07 0.00
37 06/11/08 0.00 -0.05 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.08 0.00 0.00 -0.01 0.00 0.00 -0.07 0.00
38 07/11/08 -0.10 -0.04 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.01 0.00 0.00 -0.03 -0.06
39
t4
10/11/08 -0.07 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.03 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.08 0.00
Lampiran 5: Return of Risk Free Assets (Tingkat Bunga SBI) dan Varian Pasar
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 11.24%
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 11.24%
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 11.22%
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 11.14%
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 10.98%
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 10.75%
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 10.66%
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 10.39%
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 9.71%
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 9.57%
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 9.48%
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 9.36%
Dikeluarkan Tanggal : 9/4/2008
Dikeluarkan Tanggal : 11/26/2008
Dikeluarkan Tanggal : 11/19/2008
Dikeluarkan Tanggal : 11/12/2008
Dikeluarkan Tanggal : 11/6/2008
Dikeluarkan Tanggal : 10/29/2008
Dikeluarkan Tanggal : 10/27/2008
Dikeluarkan Tanggal : 10/22/2008
Dikeluarkan Tanggal : 10/15/2008
Dikeluarkan Tanggal : 9/24/2008
Dikeluarkan Tanggal : 9/17/2008
Dikeluarkan Tanggal : 9/10/2008
Bulan SBI SBI/Days
September 0.09530 0.0031 8
Oktober 0.1 0695 0.00357
November 0.1 1 21 0 0.00374
Risk Free of Assets 0.00349
-4 0.002
-3 0.002
-2 0.002
-1 0.002
1 0.002
2 0.002
3 0.002
4 0.002
Varian Pasar
Keterangan Pengamatan IHSG
Lampiran 6: Expected Return, Kovarian Saham, Beta Saham, CAPM dan Alpha Jensen Saham-Saham Sekuritas
SEKURITAS
Keterangan Pengamatan IHSG ISF
AKSI HADE KREN OCAP PANS PEGE RELI TRIM YULE
-4 -0.017 -0.011 0.006 -0.026 -0.007 0.000 -0.006 0.000 0.000 -0.015 -0.010
-3 -0.012 -0.005 0.007 -0.034 -0.003 0.000 -0.005 0.001 0.000 -0.018 -0.013
-2 -0.032 -0.023 0.000 -0.018 -0.016 0.000 -0.010 0.001 0.004 -0.010 0.000
-1 -0.074 -0.044 0.000 0.000 -0.030 0.000 -0.035 0.000 0.000 -0.061 0.000
1 -0.002 -0.014 0.000 -0.009 0.013 0.000 0.008 0.000 -0.013 -0.029 0.000
2 -0.019 -0.025 0.000 -0.021 0.000 0.000 0.004 0.000 -0.005 -0.029 0.000
3 -0.003 -0.003 0.000 -0.024 0.009 0.000 0.008 0.000 -0.004 -0.020 0.003
Expected Return
4 -0.003 -0.003 0.000 -0.024 0.007 0.000 0.008 0.000 -0.003 -0.015 0.002
-4 0.002 0.001 0.000 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 -0.001
-3 0.002 0.001 0.000 0.001 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 -0.001
-2 0.002 0.001 0.000 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.002 0.000
-1 0.002 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.002 0.000 0.000 0.002 0.000
1 0.001 0.002 0.000 -0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000
2 0.001 0.002 0.000 -0.001 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000
3 0.002 0.003 0.000 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000
Kovarian Saham
4 0.002 0.002 0.000 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000
-4 0.941 0.625 0.066 0.169 0.425 0.000 0.079 0.002 -0.082 0.504 -0.313
-3 0.923 0.763 0.068 0.331 0.498 0.000 0.070 0.001 -0.113 0.694 -0.390
Beta Saham
-2 0.875 0.376 0.000 -0.156 0.217 0.000 -0.035 0.009 0.017 0.848 0.000
-1 0.667 0.440 0.000 0.000 0.176 0.000 -1.018 0.000 0.000 0.836 0.000
1 0.833 0.002 0.000 -0.001 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000
2 0.909 0.002 0.000 -0.001 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000
3 0.938 0.003 0.000 0.000 0.001 0.000 0.001 0.000 0.000 0.001 0.000
4 0.952 0.003 0.000 -0.001 0.002 0.000 0.001 0.000 0.000 0.001 0.000
-4 -0.015 -0.009 0.002 0.000 -0.005 0.003 0.002 0.003 0.005 -0.007 0.010
-3 -0.011 -0.008 0.002 -0.002 -0.004 0.003 0.002 0.003 0.005 -0.007 0.010
-2 -0.028 -0.010 0.003 0.009 -0.004 0.003 0.005 0.003 0.003 -0.027 0.003
-1 -0.048 -0.031 0.003 0.003 -0.010 0.003 0.082 0.003 0.003 -0.061 0.003
1 -0.001 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003
2 -0.017 0.003 0.003 0.004 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003
3 -0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003
CAPM
4 -0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003
-4 -0.001 -0.002 0.003 -0.026 -0.002 -0.003 -0.008 -0.003 -0.005 -0.008 -0.020
-3 -0.001 0.003 0.005 -0.032 0.002 -0.003 -0.007 -0.003 -0.005 -0.011 -0.023
-2 -0.004 -0.013 -0.003 -0.027 -0.011 -0.003 -0.014 -0.002 0.001 0.016 -0.003
-1 -0.026 -0.013 -0.003 -0.003 -0.020 -0.003 -0.117 -0.003 -0.003 0.001 -0.003
1 -0.001 -0.017 -0.003 -0.013 0.009 -0.003 0.004 -0.003 -0.016 -0.032 -0.003
2 -0.002 -0.028 -0.003 -0.024 -0.003 -0.003 0.001 -0.003 -0.009 -0.032 -0.003
3 0.000 -0.006 -0.003 -0.027 0.006 -0.003 0.005 -0.003 -0.007 -0.023 0.000
Alpha Jensen
4 0.000 -0.006 -0.003 -0.027 0.004 -0.003 0.004 -0.003 -0.006 -0.019 -0.001
Lampiran 7: Expected Return, Kovarian Saham, Beta Saham, CAPM dan Alpha Jensen Saham-Saham Perbankan
PERBANKAN
Keterangan Pengamatan
BABP BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BCIC BDMN BEKS BKSW BMRI
-4 -0.018 0.000 -0.007 -0.002 -0.023 -0.034 0.000 -0.016 -0.012 -0.017 -0.005 0.005 -0.007
-3 0.000 -0.001 0.000 0.007 -0.022 -0.030 0.000 -0.007 -0.005 -0.014 0.000 0.007 0.003
-2 0.000 -0.001 0.001 -0.015 -0.043 -0.057 0.000 -0.039 -0.019 -0.040 -0.005 0.004 -0.024
-1 0.000 -0.010 -0.004 -0.030 -0.115 -0.123 0.000 -0.074 -0.034 -0.085 -0.013 0.000 -0.046
1 0.000 0.002 0.030 -0.010 0.001 -0.012 0.000 -0.015 -0.003 -0.031 0.000 0.000 -0.029
2 0.000 0.000 0.015 -0.022 -0.020 -0.028 0.000 -0.031 -0.003 -0.052 0.000 0.000 -0.046
3 -0.004 0.000 0.013 0.002 0.001 0.000 0.000 -0.002 -0.002 -0.011 0.000 0.000 -0.008
Expected Return
4 0.007 0.000 0.010 0.003 -0.003 -0.006 0.000 -0.004 -0.002 -0.007 0.000 0.000 -0.005
-4 0.000 0.000 0.000 0.001 0.002 0.003 0.000 0.002 0.001 0.002 0.000 0.000 0.001
-3 0.000 0.000 0.000 0.001 0.002 0.003 0.000 0.002 0.001 0.002 0.000 0.000 0.002
-2 0.000 0.000 0.000 0.001 0.003 0.003 0.000 0.001 0.001 0.002 0.000 0.000 0.001
-1 0.000 0.000 0.001 0.001 0.003 0.004 0.000 0.001 0.001 0.002 0.000 0.000 0.001
1 0.000 0.000 0.000 0.002 0.002 0.002 0.000 0.002 0.001 0.002 0.000 0.000 0.002
2 0.000 0.000 0.001 0.002 0.002 0.002 0.000 0.002 0.000 0.002 0.000 0.000 0.002
3 0.000 0.000 0.001 0.003 0.002 0.003 0.000 0.004 0.000 0.004 0.000 0.000 0.004
Kovarian Saham
4 0.000 0.000 0.001 0.002 0.002 0.003 0.000 0.003 0.000 0.003 0.000 0.000 0.004
-4 0.198 0.115 0.117 0.596 1.105 1.493 0.000 1.016 0.570 0.897 0.200 0.140 0.816
-3 0.000 0.150 0.145 0.719 1.454 1.895 0.000 1.249 0.606 1.229 0.183 0.170 0.949
Beta Saham
-2 0.000 0.123 0.177 0.314 1.206 1.376 0.000 0.603 0.307 0.759 0.138 0.030 0.417
-1 0.000 0.139 0.422 0.444 1.416 2.176 0.000 0.655 0.476 0.923 0.177 0.000 0.676
1 0.000 0.000 0.000 0.002 0.002 0.002 0.000 0.002 0.001 0.002 0.000 0.000 0.002
2 0.000 0.000 0.001 0.002 0.002 0.002 0.000 0.002 0.000 0.002 0.000 0.000 0.002
3 0.000 0.000 0.001 0.004 0.002 0.004 0.000 0.004 0.000 0.004 0.000 0.000 0.005
4 0.000 0.000 0.001 0.004 0.003 0.004 0.000 0.005 0.000 0.005 0.000 0.000 0.005
-4 0.000 0.001 0.001 -0.009 -0.019 -0.027 0.003 -0.017 -0.008 -0.015 -0.001 0.001 -0.013
-3 0.003 0.001 0.001 -0.008 -0.019 -0.026 0.003 -0.016 -0.006 -0.016 0.001 0.001 -0.011
-2 0.003 -0.001 -0.003 -0.008 -0.039 -0.045 0.003 -0.018 -0.007 -0.023 -0.001 0.002 -0.011
-1 0.003 -0.007 -0.029 -0.031 -0.106 -0.165 0.003 -0.047 -0.033 -0.068 -0.010 0.003 -0.049
1 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003
2 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003
3 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003
CAPM
4 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003
-4 -0.017 -0.002 -0.008 0.006 -0.004 -0.008 -0.003 0.001 -0.004 -0.002 -0.005 0.005 0.006
-3 -0.003 -0.002 -0.001 0.015 -0.003 -0.004 -0.003 0.008 0.001 0.002 -0.001 0.006 0.014
-2 -0.003 0.000 0.004 -0.007 -0.004 -0.012 -0.003 -0.021 -0.012 -0.017 -0.003 0.001 -0.013
-1 -0.003 -0.002 0.025 0.001 -0.009 0.042 -0.003 -0.027 -0.001 -0.017 -0.003 -0.003 0.003
1 -0.003 -0.002 0.027 -0.013 -0.002 -0.015 -0.003 -0.019 -0.006 -0.034 -0.003 -0.003 -0.032
2 -0.003 -0.003 0.012 -0.026 -0.023 -0.031 -0.003 -0.035 -0.007 -0.055 -0.003 -0.003 -0.050
3 -0.007 -0.003 0.009 -0.002 -0.002 -0.003 -0.003 -0.006 -0.006 -0.014 -0.003 -0.003 -0.012
Alpha Jensen
4 0.003 -0.003 0.007 -0.001 -0.006 -0.010 -0.003 -0.007 -0.005 -0.011 -0.003 -0.003 -0.008
Lampiran 7: Expected Return, Kovarian Saham, Beta Saham, CAPM dan Alpha Jensen Saham-Saham Perbankan (Lanjutan)
PERBANKAN
Keterangan Pengamatan
BNBA BNGA BNII BNLI BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA
-4
-
0.004 0.056 0.009 -0.014 0.000 0.007
-
0.008
-
0.005 0.000 -0.009 0.006 0.000 -0.027 -0.024
-3 0.016 0.084 0.012 -0.015 0.000 0.010
-
0.009 0.000 0.000 0.000 0.008 0.000 -0.025 -0.025
-2 -0.022 0.127 0.030
-
0.020 0.000 0.019 -0.001 0.000 0.000 -0.020 0.014 0.000 -0.038 -0.034
-1 0.000 -0.073 0.154 -0.058 0.000 0.042
-
0.008 0.000 0.000 -0.053 0.000 0.000 -0.106 -0.074
1 -0.028 -0.026 0.005 -0.033 0.000 -0.019 -0.022 0.000 0.000 -0.021 0.015 0.010 0.008
-
0.020
2 -0.016 -0.031
-
0.003 -0.029 0.000
-
0.020 -0.010 0.000 0.000 -0.025 0.008 0.005 -0.011 -0.034
3 -0.001
-
0.003 0.003 -0.019 0.000 -0.016
-
0.002 0.000 0.000 -0.018 0.006 0.004 0.013 -0.021
Expected Return
4
-
0.009
-
0.004 0.003 -0.011 0.000 -0.015
-
0.003 0.000 0.000 -0.014 0.004 0.000 0.004 -0.018
-4 0.001 0.003
-
0.002 0.001 0.000 -0.001 0.000 0.000 0.000 0.002 0.000 0.000 0.002 0.001
-3 0.002 0.003
-
0.003 0.001 0.000 -0.001 0.000 0.000 0.000 0.002 0.000 0.000 0.002 0.001
-2 -0.001 0.006
-
0.004 0.001 0.000 -0.001 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000 0.000 0.003 0.002
Kovarian Saham
-1 0.000 0.002
-
0.005 0.000 0.000 -0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.002 0.002
1 -0.001 0.001 0.000 -0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.001 0.001 0.000 0.002 0.000
2 -0.001 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000 0.002 0.001
3 0.000 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.004 0.001
4 0.000 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.003 0.001
-4 0.821 1.547 -1.332 0.360 0.000 -0.382 -0.087 0.097 0.000 1.027 0.007 0.000 1.100 0.619
-3 1.058 1.628 -1.863 0.494 0.000 -0.553 -0.108 0.012 0.000 1.229 -0.013 0.000 1.420 0.812
-2 -0.226 2.468 -1.887 0.345 0.000 -0.397 0.044 0.014 0.000 0.401 0.110 0.000 1.057 0.662
-1 0.000 1.058 -2.507 -0.161 0.000 -0.575 -0.245 0.000 0.000 0.168 0.000 0.000 0.932 0.793
1 -0.001 0.001 0.000 -0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.001 0.001 0.000 0.002 0.000
2 -0.001 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000 0.002 0.001
3 0.000 0.003 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.004 0.001
Beta Saham
4 0.000 0.003 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.005 0.001
-4 -0.013 -0.028 0.030
-
0.004 0.003 0.011 0.005 0.002 0.003 -0.017 0.003 0.003 -0.019
-
0.009
-3 -0.013 -0.022 0.032
-
0.004 0.003 0.012 0.005 0.003 0.003 -0.016 0.004 0.003 -0.018
-
0.009
-2 0.012
-
0.084 0.071
-
0.009 0.003 0.018 0.002 0.003 0.003 -0.011 0.000 0.003 -0.034
-
0.020
-1 0.003 -0.078 0.197 0.016 0.003 0.048 0.022 0.003 0.003 -0.009 0.003 0.003
-
0.069 -0.058
1 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.004 0.003 0.003 0.003 0.003
2 0.004 0.003 0.003 0.004 0.003 0.003 0.004 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003
CAPM
3 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003
4 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003
-4 0.009 0.084 -0.021 -0.010
-
0.003
-
0.004 -0.013 -0.007 -0.003 0.008 0.003
-
0.003
-
0.009 -0.015
-3 0.029 0.106
-
0.020 -0.011
-
0.003
-
0.002 -0.015
-
0.003 -0.003 0.015 0.004
-
0.003
-
0.006 -0.016
-2 -0.033 0.211
-
0.040 -0.011
-
0.003 0.001
-
0.003
-
0.003 -0.003 -0.009 0.014
-
0.003
-
0.004 -0.014
-1
-
0.003 0.005 -0.043 -0.074
-
0.003
-
0.006 -0.031
-
0.003 -0.003 -0.044 -0.003
-
0.003 -0.038 -0.016
1 -0.031
-
0.030 0.001 -0.036
-
0.003 -0.022 -0.026
-
0.003 -0.003 -0.025 0.012 0.006 0.004 -0.024
2
-
0.020 -0.034 -0.007 -0.033
-
0.003 -0.024 -0.013
-
0.003 -0.003 -0.028 0.005 0.002 -0.014 -0.038
3
-
0.004 -0.007 -0.001 -0.022
-
0.003 -0.019
-
0.006
-
0.003 -0.003 -0.021 0.002 0.000 0.010 -0.024
Alpha Jensen
4 -0.012
-
0.008 0.000 -0.014
-
0.003 -0.019 -0.007
-
0.003 -0.003 -0.017 0.001
-
0.003 0.001 -0.021
Lampiran 8: Rata-Rata Expected Return, Beta Saham, CAPM dan Alpha Jensen Sebelum dan Sesudah Pengamatan
SEKURITAS
Keterangan Pengamatan
AKSI HADE KREN OCAP PANS PEGE RELI TRIM YULE
Sebelum 0.003 -0.019 -0.014 0.000 -0.014 0.000 0.001 -0.026 -0.006
Expected Return
Sesudah -0.007 -0.011 0.000 -0.019 0.007 0.000 0.007 0.000 -0.006
Sebelum 0.034 0.086 0.329 0.000 -0.226 0.003 -0.044 0.721 -0.176
Beta Saham
Sesudah 0.000 -0.001 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000
Sebelum 0.003 0.003 -0.006 0.003 0.023 0.003 0.004 -0.025 0.007
CAPM
Sesudah 0.003 0.004 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003
Sebelum 0.000 -0.022 -0.008 -0.003 -0.037 -0.003 -0.003 -0.001 -0.012
Alpha Jensen
Sesudah -0.003 -0.023 0.004 -0.003 0.003 -0.003 -0.010 -0.027 -0.002
PERBANKAN
Keterangan Pengamatan
BABP BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BCIC BDMN BEKS BKSW
Sebelum -0.004 -0.003 -0.002 -0.010 -0.051 -0.061 0.000 -0.034 -0.018 -0.039 -0.006 0.004
Expected Return
Sesudah -0.023 0.001 0.001 0.000 0.017 -0.007 -0.005 -0.011 0.000 -0.013 -0.003 -0.025
Sebelum 0.049 0.132 0.215 0.518 1.295 1.735 0.000 0.881 0.489 0.952 0.174 0.085
Beta Saham
Sesudah 0.000 0.000 0.001 0.003 0.002 0.003 0.000 0.003 0.000 0.003 0.000 0.000
Sebelum 0.002 -0.001 -0.007 -0.014 -0.046 -0.066 0.003 -0.024 -0.014 -0.030 -0.003 0.002
CAPM
Sesudah 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003
Sebelum -0.007 -0.002 0.005 0.004 -0.005 0.005 -0.003 -0.010 -0.004 -0.008 -0.003 0.002
Alpha Jensen
Sesudah -0.003 -0.003 0.014 -0.010 -0.009 -0.015 -0.003 -0.017 -0.006 -0.029 -0.003 -0.003
PERBANKAN
Keterangan Pengamatan
BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR
Sebelum -0.018 -0.003 0.048 0.051 -0.027 0.000 0.019 -0.007 -0.001 0.000 -0.020
Expected Return
Sesudah 0.000 0.000 -0.022 -0.013 -0.016 0.002 -0.023 0.000 -0.017 -0.009 0.000
Sebelum 0.715 0.413 1.675 -1.897 0.260 0.000 -0.477 -0.099 0.031 0.000 0.706
Beta Saham
Sesudah 0.004 0.000 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Sebelum -0.021 -0.003 -0.053 0.083 0.000 0.003 0.022 0.009 0.003 0.003 -0.013
CAPM
Sesudah 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003
Sebelum 0.003 0.000 0.101 -0.031 -0.026 -0.003 -0.003 -0.015 -0.004 -0.003 -0.007
Alpha Jensen
Sesudah -0.025 -0.017 -0.020 -0.002 -0.026 -0.003 -0.021 -0.013 -0.003 -0.003 -0.023
PERBANKAN
Keterangan Pengamatan
MEGA NISP PNBN SDRA
Sebelum 0.007 0.000 -0.049 -0.039
Expected Return
Sesudah 0.000 -0.019 0.008 0.005
Sebelum 0.026 0.000 1.127 0.721
Beta Saham
Sesudah 0.001 0.000 0.003 0.001
Sebelum 0.003 0.003 -0.035 -0.024
CAPM
Sesudah 0.003 0.003 0.003 0.003
Sebelum 0.004 -0.003 -0.014 -0.015
Alpha Jensen
Sesudah 0.005 0.001 0.000 -0.027
Lampiran 9: Hasil Pengujian Actual Return
t-Test: Paired Two Sample for Means (Sekuritas)
Sebelum Sesudah
Mean
-
0.002642031 -0.003594517
Variance 0.000258564 0.0001
Observations 7 7
Pearson Correlation
-
0.049029453
Hypothesized Mean Difference 0
df 6
t Stat 0.132110601
P(T<=t) one-tail 0.449607867
t Critical one-tail 1.943180274
P(T<=t) two-tail 0.899215734
t Critical two-tail 2.446911846
t-Test: Paired Two Sample for Means (Sekuritas)
Sebelum Sesudah
Mean
-
0.007021638
-
0.005277083
Variance 0.000399251 6.47673E-05
Observations 14 14
Pearson Correlation
-
0.097696946
Hypothesized Mean Difference 0
df 13
t Stat
-
0.293260537
P(T<=t) one-tail 0.386976047
t Critical one-tail 1.770933383
P(T<=t) two-tail 0.773952093
t Critical two-tail 2.160368652
t-Test: Paired Two Sample for Means (Perbankan)
Sebelum Sesudah
Mean
-
0.006560482
-
0.004294749
Variance 0.001401279 0.000294451
Observations 7 7
Pearson Correlation -0.63457179
Hypothesized Mean Difference 0
df 6
t Stat -0.119629429
P(T<=t) one-tail 0.454340899
t Critical one-tail 1.943180274
P(T<=t) two-tail 0.908681797
t Critical two-tail 2.446911846
t-Test: Paired Two Sample for Means (Perbankan)
Sebelum Sesudah
Mean
-
0.002218886
-
0.009054522
Variance 0.00087131 0.000442286
Observations 14 14
Pearson Correlation -0.353267271
Hypothesized Mean Difference 0
df 13
t Stat 0.6110142
P(T<=t) one-tail 0.275862321
t Critical one-tail 1.770933383
P(T<=t) two-tail 0.551724641
t Critical two-tail 2.160368652 KUNTA,
0 Komentar