
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Perkembangan
teknologi dan industri membawa dampak bagi kehidupan manusia terutama dunia
usaha pada saat ini. Di samping itu banyaknya usaha yang bermunculan baik
perusahaan kecil maupun besar berdampak
pada persaingan yang ketat antar perusahaan baik yang sejenis maupun yang tidak
sejenis. Oleh karena itu pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan
dalam menghadapi persaingan, pengembangan usaha dan untuk mendapatkan laba,
sehingga perusahaan dapat mengembangkan produknya, menetapkan harga, mengadakan
promosi dan mendistribusikan barang dengan efektif.
|
Produk mie instan
sebagaimana diketahui adalah salah satu produk makanan cepat saji yang semakin
lama semakin banyak digemari masyarakat karena kemudahan dalam hal
penyajiannya. Demikian juga bagi kalangan mahasiswa yang sebagian besar
berdomisili jauh dari orang tua, produk ini merupakan makanan cepat saji yang
biasa dikonsumsi karena harganya yang terjangkau, mudah didapatkan dan sifatnya
yang tahan lama. Dengan semakin banyaknya mie instan yang ada di pasaran
berarti memberikan keleluasaan bagi konsumen untuk memilih merek yang sesuai
dengan keinginannya. Oleh karena itu perlu bagi perusahaan untuk menganalisis
perilaku konsumen mie instan untuk mengetahui pola pembeliannya. Dengan
banyaknya merk mie instan yang ada di pasaran akan mendorong perusahaan
bersaing mendapatkan calon konsumen melalui berbagai strategi yang tepat,
misalnya mengubah kemasan, warna, aroma, promosi dan harga. Lebih jauh lagi
produsen dalam mendistribusikan produknya ke pasar konsumen berusaha agar
produknya dapat diterima sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen.
Keanekaragaman
konsumen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor baik yang berasal dari diri konsumen maupun luar konsumen. Beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen diantaranya adalah faktor
budaya, sosial, pribadi dan psikologis.Dari uraian tersebut di atas maka judul
penelitian ini adalah pengaruh Konsumen Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian
Produk Mie Instan Merek Sedaap (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi UIN
Malang).
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar
belakang permasalahan di atas dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apakah faktor budaya,
sosial, pribadi dan psikologis berpengaruh terhadap keputusan mahasiswa untuk
membeli produk mie instan merek sedaap?
2.
Dari faktor Budaya,
sosial, pribadi, dan psikologis diatas, faktor mana yang berpengaruh dominan
terhadap keputusan untuk membeli produk mie instan merek sedaap?
C.
Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan
masalah tersebut maka dapat disusun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1.
Untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh perilaku konsumen yang terdiri dari faktor budaya,
sosial, pribadi dan psikologis terhadap
keputusan untuk membeli produk mie instan merek sedaap.
2.
Untuk mengetahui
diantara faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologi yang berpengaruh dominan
terhadap keputusan mahasiswa untuk membeli produk mie instan merek sedaap.
D.
Manfaat penelitian
1.
Bagi perusahaan hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak
perusahaan untuk mengetahui faktor dominan yang menjadi pertimbangan konsumen untuk mengkonsumsi produk yang
ditawarkan sehingga pihak perusahaan akan dapat senantiasa menyusun strategi
dalam rangka memenuhi harapan konsumen.
2.
Bagi penulis, selain
sebagai syarat menyelesaikan pendidikan, juga dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan bidang ilmu manajemen pemasaran, dan melatih penulis untuk dapat
menerapkan teori-teori yang diperoleh dari perkuliahan.
3.
Bagi perguruan
tinggi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan
referensi untuk penelitian selanjutnya.

KAJIAN PUSTAKA
A.
Penelitian terdahulu
Rianawati (2005)
judul “Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian
Produk Aqua (Studi pada Masyarakat Desa Slimbung Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten
Kediri” Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1) Apakah faktor Kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi,
faktor psikologis secara bersama-sama berpengaruh terhadap perilaku
konsumen dalam penghambilan keputusan
mengkonsumsi produk Aqua?
2) Dari pengaruh faktor Kebudayaan, faktor sosial, faktor
pribadi, faktor psikologis diatas mana yang berpengaruh dominan terhadap
penghambilan keputusan mengkonsumsi produk Aqua?.
|
Hasil hipotesis kedua
menunjukkan bahwa faktor psikologis secara parsial berpengaruh signifikan dan
dominan terhadap keputusan mengkonsumsi produk air minum merek Aqua.
B.
Kajian teoritis
1.
Pengertian Pemasaran
Pengertian pemasaran
mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar penjualan dan periklanan.
Tjiptono (2002:7) memberikan definisi pemasaran adalah:
”Suatu proses sosial dan manajerial dimana
individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
melalui penciptaan, pewarnaan, dan pertukaran segala sesuatu yang bernilai
dengan orang atau kelompok lain”.
Sedangkan Assauri (1999:4) mendefinisikan
pemasaran: “Sebagai usaha menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang
tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu serta harga yang
tepat dengan promosi dan komunikasi yang tepat”.
Dari definisi di atas
menunjukkan bahwa pemasaran merupakan serangkaian prinsip untuk memilih pasar
sasaran (target market), mengevaluasi kebutuhan konsumen, mengembangkan barang
dan jasa, pemuas keinginan, memberikan nilai kepada konsumen dan laba bagi
perusahaan.
2.
Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran
merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan yang ditujukan untuk
mengatur proses pertukaran.
Menurut Tjiptono
(2002:16) Manajemen pemasaran adalah ”proses perencanaan dan pelaksanaan
konsepsi penentuan harga, promosi dan distribusi barang, jasa dan gagasan untuk
menciptakan pertukaran dengan kelompok sasaran yang memenuhi tujuan pelanggan
dan organisasi”.
Sedangkan menurut
Rismiati (2001:33) adalah Sebagai analisis, perencanaan, implementasi, dan
pengendalian atas program-program yang dirancang untuk menciptakan, membangun
dan menjaga pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai
tujuan organisasional.
3.
Pengertian Produk
Pada dasarnya
sebagian besar keuntungan yang didapat oleh perusahaan berasal dari kepuasan
konsumen dalam menikmati produknya. Konsep produksi berpendapat bahwa konsumen
akan menyukai produk yang berkualitas dengan harga yang relatif murah. Untuk
itu perusahaan dalam proses kegiatan produksi haruslah mengerti dan tahu dengan
benar akan arti dari produk itu sendiri.
Kotler et.al
(2000:212) mengemukakan bahwa produk adalah: “Segala sesuatu yang dapat
ditawarkan ke pasar untuk menarik perhatian, dimiliki, digunakan atau
dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan”.
Selanjutnya produk
itu dijelaskan lebih lanjut oleh Lamb, Charles et. al (2001:414): “Produk
didefinisikan sebagai segala sesuatu baik yang menguntungkan maupun tidak yang
diperoleh seseorang melalui pertukaran”.
Dari definisi di atas
dapat dijelaskan bahwa produk adalah segala sesuatu yang memiliki nilai untuk
dipasarkan untuk dibeli, dipergunakan atau dikonsumsi untuk memenuhi keinginan
atau kebutuhan.
4.
Pengertian perilaku
konsumen
Perilaku konsumen
menyangkut masalah keputusan yang diambil seseorang dalam persaingannya dan
penentuan untuk mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa.
Konsumen mengambil
banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar
meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan
mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa
banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli. Pemasar dapat mempelajari
apa yang dibeli konsumen untuk mencari jawaban atas pertanyaan mengenai apa
yang mereka beli, dimana dan berapa banyak, tetapi mempelajari mengenai alasan
tingkah laku konsumen bukan hal yang mudah,
jawabannya seringkali
tersembunyi jauh dalam benak konsumen.
Pengertian perilaku
konsumen seperti diungkapkan oleh Mowen (2002:6) mengatakan: “Studi tentang
unit pembelian (buying unit) dan
proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan, barang,
jasa, pengalaman serta ide-ide”.
Swastha dan Handoko
(2000:10) mengatakan: ”Perilaku konsumen (consumer behavior) dapat
didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat
dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk
didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan menentukan
kegiatan-kegiatan tertentu”.
Dari pengertian di
atas maka perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan dan hubungan sosial
yang dilakukan oleh konsumen perorangan,
kelompok maupun organisasi untuk menilai, memperoleh dan menggunakan
barang-barang serta jasa melalui proses pertukaran atau pembelian yang diawali
dengan proses pengambilan keputusan yang menentukan tindakan-tindakan tersebut.
5.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen
Dalam memahami
perilaku konsumen perlu dipahami siapa konsumen, sebab dalam suatu lingkungan
yang berbeda akan memiliki penelitian, kebutuhan, pendapat, sikap dan selera yang berbeda.
Menurut Kotler
(2001:144): Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah
kebudayaan, faktor sosial, pribadi, psikologis. Sebagian faktor-faktor tersebut
tidak diperhatikan oleh pemasar tetapi sebenarnya harus diperhitungkan untuk
mengetahui seberapa jauh faktor-faktor perilaku konsumen tersebut mempengaruhi
pembelian konsumen.
Gambar 1
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Konsumen
|

Sumber
: (Kotler, 2001:144)
Adapun penjelasannya adalah sebagai
berikut:
a.
Faktor kebudayaan
Kebudayaan merupakan penentu keinginan dan
perilaku yang paling mendasar untuk mendapatkan nilai, persepsi, preferensi dan
perilaku dari lembaga-lembaga penting lainnya.
Faktor kebudayaan
memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada tingkah laku konsumen. Pemasar
harus mengetahui peran yang dimainkan oleh:
1)
Budaya
Budaya adalah
kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan tingkah laku yang dipelajari oleh seorang anggota
masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya.
Menurut Kotler dan Amstrong
(1997:144) termasuk dalam budaya ini adalah pergeseran budaya serta nilai nilai
dalam keluarga.
2)
Sub budaya
Sub budaya adalah
sekelompok orang dengan sistem nilai terpisah berdasarkan pengalaman dan
situasi kehidupan yang umum.
Sub budaya termasuk
nasionalitas, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis.
3)
Kelas sosial
Kelas sosial adalah
divisi masyarakat yang relatif permanen dan teratur dengan para anggotanya
menganut nilai-nilai, minat dan tingkah laku yang serupa.
b.
Faktor sosial
Kelas sosial
merupakan Pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun
secara hierarkis dan yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan perilaku
yang serupa.
Kelas sosial
ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai
kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variabel lain.
Dalam beberapa sistem sosial, anggota dari kelas yang berbeda memelihara peran
tertentu dan tidak dapat mengubah posisi sosial mereka.
Tingkah laku konsumen
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, yaitu:
1) Kelompok
Kelompok adalah dua
orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran individu atau
bersama. Beberapa merupakan kelompok primer yang mempunyai interaksi reguler
tapi informal-seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan sekerja. Beberapa
merupakan kelompok sekunder, yang mempunyai interaksi lebih formal dan kurang
reguler. Ini mencakup
organisasi seperti kelompok keagamaan, asosiasi profesional dan serikat
pekerja.
2) Keluarga
Keluarga adalah organisasi
pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan telah diteliti
secara mendalam, pemasar tertarik dalam peran dan pengaruh suami, istri dan
anak-anak pada pembelian berbagai produk dan jasa.
3) Peran dan status
Peran terdiri dari
aktivitas yang diharapkan dilakukan seseorang menurut orang-orang yang ada
disekitarnya. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang
diberikan oleh masyarakat. Orang seringkali memilih produk yang menunjukkan
statusnya dalam masyarakat.
c.
Faktor pribadi
Faktor pribadi
didefinisikan sebagai karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan
orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama
terhadap lingkungan.
Keputusan membeli
juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu:
1) Umur dan tahap daur hidup
Orang mengubah barang
dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian,
perabot dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. Membeli juga dibentuk
oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga
sesuai dengan kedewasaannya. Pemasar seringkali menentukan sasaran pasar dalam
bentuk tahap daur hidup dan mengembangkan produk yang sesuai serta rencana
pemasaran untuk setiap tahap.
2) Pekerjaan
Pekerjaan seseorang
mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Pemasar berusaha mengenali
kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata-rata akan produk dan jasa
mereka. Sebuah perusahaan bahkan dapat melakukan spesialisasi dalam memasarkan
produk menurut kelompok pekerjaan tertentu.
3) Situasi ekonomi
Situasi ekonomi
sekarang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar produk yang peka terhadap
pendapatan mengamati kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan
tingkat minat. Bila indikator ekonomi menunjukkan resesi, pemasar dapat
mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, memposisikan kembali dan
mengubah harga produknya.
4) Gaya hidup
Pola kehidupan
seseorang yang diwujudkan dalam aktivitas (pekerjaan, hobi, berbelanja, olahraga,
kegiatan sosial), minat (makanan, mode, keluarga, rekreasi) dan opini yang
lebih dari sekedar kelas sosial dan kepribadian seseorang, gaya hidup
menampilkan pola bereaksi dan berinteraksi seseorang secara keseluruhan di
dunia.
5) Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian setiap
orang jelas mempengaruhi tingkah laku membelinya. Kepribadian mengacu pada
karakteristik psikologi unik yang menyebabkan respons yang relatif konsisten
dan bertahan lama terhadap lingkungan dirinya sendiri. Kepribadian biasanya diuraikan
dalam arti sifat-sifat seperti rasa percaya diri, dominasi, kemudahan bergaul,
otonomi, mempertahankan diri, kemampuan menyesuaikan diri, dan keagresifan.
Kepribadian dapat bermanfaat untuk menganalisis tingkah laku konsumen untuk
pemilihan produk atau merek tertentu.
d.
Faktor psikologis
Faktor psikologis
sebagai bagian dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal dan hidup pada waktu
sekarang tanpa mengabaikan pengaruh dimasa lampau atau antisipasinya pada waktu
yang akan datang
Pilihan barang yang dibeli
seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh faktor psikologi yang penting:
1)
Motivasi
Kebutuhan yang cukup
untuk mengarahkan seseorang mencari cara untuk memuaskan kebutuhan.
Dalam urutan
kepentingan, jenjang kebutuhannya adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa
aman, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan pengaktualisasian
diri. Mula-mula seseorang mencoba untuk memuaskan kebutuhan yang paling
penting. Kalau sudah terpuaskan, kebutuhan itu tidak lagi menjadi motivator dan
kemudian orang tersebut akan mencoba memuaskan kebutuhan paling penting
berikutnya. Misalnya orang yang kelaparan (kebutuhan fisiologis) tidak akan
tertarik dengan apa yang terjadi dalam dunia seni (kebutuhan mengaktualisasikan
diri), tidak juga pada bagaimana orang lain memandang dirinya atau penghargaan
orang lain (kebutuhan sosial atau penghargaan), bahkan tidak tertarik juga pada
apakah mereka menghirup udara bersih (kebutuhan rasa aman).
Menurut Engel
(2000:285): “Kebutuhan yang diaktifkan akhirnya menjadi diekspresikan dalam
perilaku dan pembelian dan konsumsi dalam bentuk dua jenis manfaat yaitu : 1)
manfaat utilitarian dan 2) Manfaat hedonik/pengalaman”.
Dalam motif pembelian
produk menurut Engel (2000:285) adalah dengan mempertimbangkan dua manfaat
yaitu: “Manfaat utilitarian
merupakan atribut produk fungsional yang obyektif. Manfaat hedonik, sebaliknya
mencakup respon emosional, kesenangan panca indera, mimpi dan
pertimbangan-pertimbangan estetis”.
Gambar
2
Hirarki
Kebutuhan Menurut Maslow

Sumber
: (Kotler, 2001:197)
2)
Persepsi
Persepsi adalah proses yang dilalui orang
dalam memilih, mengorganisasikan dan mengintepretasikan informasi guna
membentuk gambaran yang berarti mengenai dunia.
Seseorang yang
termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana orang tersebut bertindak
dipengaruhi oleh persepsinya mengenai situasi. Orang dapat membentuk persepsi
berbeda dari rangsangan yang sama karena 3 macam proses penerimaan indera,
yaitu:
a)
Perhatian selektif
Kecenderungan bagi
manusia untuk menyaring sebagian besar informasi yang mereka hadapi, berarti
bahwa pemasar harus bekerja cukup keras untuk menarik perhatian konsumen.
b)
Distorsi selektif
Menguraikan
kecenderungan orang untuk meng-intepretasikan informasi dengan cara yang akan
mendukung apa yang telah mereka yakini.
c)
Ingatan selektif
Orang cenderung lupa
akan sebagian besar hal yang mereka pelajari. Mereka cenderung akan
mempertahankan atau mengingat informasi yang mendukung sikap dan keyakinan
mereka. Karena adanya ingatan selektif.
3)
Pengetahuan
Pembelajaran
menggambarkan perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari
pengalaman. Pentingnya praktik dari teori pengetahuan bagi pemasar adalah
mereka dapat membentuk permintaan akan suatu produk dengan menghubungkannya
dengan dorongan yang kuat, menggunakan petunjuk yang membangkitkan motivasi,
dan memberikan peranan positif.
Menurut
Kotler (2000:157) menyatakan:
”Pembelajaran menggambarkan perubahan
dalam tingkah laku individual yang muncul dari pengalaman. Ahli teori
pembelajaran mengatakan bahwa kebanyakan tingkah laku manusia dipelajari.
Pembelajaran berlangsung melalui saling pengaruh dorongan, rangsangan, petunjuk
respon dan pembenaran”.
4)
Keyakinan dan sikap
Melalui tindakan dan
pembelajaran, orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya ini, pada
waktunya mempengaruhi tingkah laku membeli. Keyakinan adalah pemikiran
deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Keyakinan didasarkan pada
pengetahuan yang sebenarnya, pendapat atau kepercayaan dan mungkin menaikkan
emosi atau mungkin tidak.
Pemasaran tertarik
pada keyakinan bahwa orang yang merumuskan mengenai produk dan jasa spesifik,
karena keyakinan ini menyusun citra produk dan merek yang mempengaruhi tingkah
laku membeli yang mempengaruhi tingkah laku membeli. Bila ada sebagian
keyakinan yang salah dan menghalangi pembelian, pemasar pasti ingin meluncurkan
usaha untuk mengkoreksinya.
Sikap menguraikan
evaluasi, perasaan dan kecenderungan dari seseorang terhadap suatu obyek atau
ide yang relatif konsisten. Sikap menempatkan orang dalam suatu kerangka
pemikiran mengenai menyukai atau tidak menyukai sesuatu mengenai mendekati atau
menjauhinya.
Menurut
Kotler (2000:157) :
”Keyakinan adalah
pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu”. Keyakinan ini
mungkin didasarkan pada pengetahuan sebenarnya, pendapat atau kepercayaan dan
mungkin menaikkan emosi dan mungkin tidak.
6.
Peran konsumen dalam
membeli
Menurut Engel et.
Al (2000:31) Keputusan pembelian
adalah proses merumuskan berbagai alternatif tindakan guna menjatuhkan pilihan pada salah satu
alternatif tertentu untuk melakukan pembelian.
Pemasar perlu
mengetahui siapa yang terlibat dalam keputusan membeli dan peran apa yang
dimainkan oleh setiap orang untuk banyak produk, cukup mudah untuk mengenali
siapa yang mengambil keputusan.
Menurut Engel et.
Al (2000:33) beberapa peran dalam keputusan membeli:
a)
Pemrakarsa orang yang
pertama menyarankan atau mencetuskan gagasan membeli produk atau jasa tertentu.
b)
Pemberi pengaruh:
orang yang pandangan atau sarannya mempengaruhi keputusan membeli.
c)
Pengambil keputusan :
orang yang akhirnya membuat keputusan membeli atau sebagian dari itu, apakah
akan membeli, apa yang dibeli, bagaimana membelinya atau di mana membeli.
d)
Pembeli : orang yang
benar-benar melakukan pembelian
e)
Pengguna : orang yang
mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa
Mengetahui peserta
utama proses pembelian dan peran yang mereka mainkan membantu pemasar untuk
menyesuaikan program pemasaran.
7.
Jenis-jenis tingkah
laku keputusan pembelian
Semakin kompleks
keputusan yang harus diambil biasanya semakin banyak pertimbangannya untuk
membeli. Menurut (Kotler, 2000:160): adapun jenis-jenis tingkah laku membeli
konsumen berdasarkan pada derajat keterlibatan dan tingkat perbedaan antara
merek, yaitu:
a)
tingkah laku membeli
yang komplek
b)
tingkah laku membeli
yang mengurangi ketidakcocokan.
c)
tingkah laku membeli
yang mencari variasi
d)
tingkah laku membeli
yang menjadi kebiasaan.
Penjelasan
jenis-jenis tingkah laku tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Tingkah laku membeli
yang kompleks
Tingkah laku membeli
konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan tinggi konsumen dalam
pembelian dan perbedaan besar yang dirasakan diantara merek.
Pembeli ini akan
melewati proses pembelajaran, pertama mengembangkan keyakinan mengenai produk,
kemudian sikap, dan selanjutnya membuat pilihan membeli yang dipikirkan
masak-masak. Pemasar dari produk yang banyak melibatkan peserta harus memahami
tingkah laku pengumpulan informasi dan evaluasi dari konsumen yang amat
terlibat. Mereka perlu membantu pembeli belajar mengenai atribut kelas produk
dan kepentingan relatif masing-masing, dan mengenai apa yang ditawarkan merk
tertentu, mungkin dengan menguraikan panjang lebar keunggulan mereka lewat
media cetak.
b.
Tingkah laku membeli
yang mengurangi ketidakcocokan
Tingkah laku membeli
konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan konsumen yang tinggi tetapi
sedikit perbedaan yang dirasakan diantara merek. Tingkah laku membeli yang
mengurangi ketidakcocokan terjadi ketika konsumen amat terlibat dalam pembelian
barang yang mahal, jarang dibeli dan beresiko tetapi melihat sedikit perbedaan
diantara merek.
c.
Tingkah laku membeli
yang merupakan kebiasaan
Tingkah laku membeli
yang menjadi kebiasaan terjadi di bawah
kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan perbedaan merek yang dirasakan
besar.
Konsumen tampaknya
mempunyai keterlibatan yang rendah dengan kebanyakan produk yang mempunyai
harga murah dan sering dibeli.
Dalam hal ini,
tingkah laku konsumen tidak diteruskan lewat urutan keyakinan – sikap – tingkah
laku yang biasa. Konsumen tidak mencari informasi secara ekstensif mengenai
merek mana yang akan dibeli. Sebaliknya, mereka
secara pasif menerima informasi ketika menonton televisi atau membaca majalah.
Pengulangan iklan menciptakan pengenalan akan merek bukan keyakinan pada merek.
Konsumen tidak membentuk sikap yang kuat terhadap suatu merek; mereka memilih
merek karena sudah dikenal. Karena keterlibatan
mereka dengan produk tidak tinggi, konsumen mungkin tidak mengevaluasi pilihan
bahkan setelah membeli. Jadi, proses membeli melibatkan keyakinan merek yang
terbentuk oleh pembelajaran pasif, diikuti dengan tingkah laku membeli, yang
mungkin diikuti atau tidak dengan evaluasi.
Karena pembeli tidak
memberikan komitmen yang kuat pada suatu merek, pemasar produk yang kurang
terlibat pada beberapa perbedaan merek seringkali menggunakan harga dan promosi
penjualan untuk merangsang konsumen agar mau mencoba produk.
d.
Tingkah laku membeli
yang mencari variasi
Konsumen menjalani
tingkah laku membeli yang mencari variasi dalam situasi yang ditandai oleh
keterlibatan konsumen rendah, tetapi perbedaan merk dianggap berarti.
Dalam kategori produk
seperti ini, strategi pemasaran mungkin berbeda untuk merk yang menjadi
pemimpin pasar dan untuk merk yang kurang ternama. Perusahaan akan mendorong
pencarian variasi dengan menawarkan harga rendah, penawaran khusus, kupon,
sampel gratis, dan iklan yang menunjukkan alasan untuk mencoba sesuatu yang
baru.
8.
Proses Keputusan
Membeli
Menurut (Kotler,
2000:204) tahap-tahap yang dilewati pembeli untuk mencapai keputusan membeli
melewati lima tahap, yaitu:
1.
Pengenalan Masalah
2.
Pencarian Informasi
3.
Evaluasi alternatif
4.
Keputusan Membeli
5.
Tingkah laku pasca
pembelian.
Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut:
1)
Pengenalan masalah
Proses membeli
dimulai dengan pengenalan masalah dimana pembeli mengenali adanya masalah atau
kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dan keadaan yang
diinginkan.
2)
Pencarian informasi
Seorang konsumen yang
sudah terkait mungkin mencari lebih banyak informasi tetapi mungkin juga tidak.
Bila dorongan konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam
jangkauan, konsumen kemungkinan akan membelinya. Bila tidak, konsumen dapat
menyimpan kebutuhan dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang
berhubungan dengan kebutuhan tersebut.
Pengaruh relatif dari
sumber informasi ini bervariasi menurut produk dan pembeli. Pada umumnya,
konsumen menerima sebagian besar informasi mengenai suatu produk dari sumber
komersial, yang dikendalikan oleh pemasar. Akan tetapi, sumber paling efektif
cenderung sumber pribadi. Sumber pribadi tampaknya bahkan lebih penting dalam
mempengaruhi pembelian jasa. Sumber komersial biasanya memberitahu pembeli,
tetapi sumber pribadi membenarkan atau mengevaluasi produk bagi pembeli.
Misalnya, dokter pada umumnya belajar mengenai obat baru cari sumber komersial,
tetapi bertanya kepada dokter lain untuk informasi yang evaluatif.
3)
Evaluasi alternatif
Tahap dari proses
keputusan membeli, yaitu ketika konsumen menggunakan informasi untuk
mengevaluasi merk alternatif dalam perangkat pilihan. Konsep dasar tertentu
membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen. Pertama, kita menganggap bahwa
setiap konsumen melihat produk sebagai kumpulan atribut produk. Kedua, konsumen
akan memberikan tingkat arti penting berbeda terhadap atribut berbeda menurut
kebutuhan dan keinginan unik masing-masing. Ketiga, konsumen mungkin akan
mengembangkan satu himpunan keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek
pada setiap atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan
bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada
sikap terhadap merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi. Ada konsumen
yang menggunakan lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen
dan keputusan pembelian.
Bagaimana konsumen
mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada masing-masing
individu dan situasi membeli spesifik. Dalam beberapa keadaan, konsumen
menggunakan perhitungan dengan cermat dan pemikiran logis. Pada waktu lain,
konsumen yang sama hanya sedikit mengevaluasi atau tidak sama sekali; mereka
membeli berdasarkan dorongan sesaat atau tergantung pada intuisi. Kadang-kadang
konsumen mengambil keputusan membeli sendiri; kadang-kadang mereka bertanya
pada teman, petunjuk bagi konsumen, atau wiraniaga untuk memberi saran
pembelian.
Pemasar harus
mempelajari pembeli untuk mengetahui bagaimana sebenarnya mereka mengevaluasi
alternatif merek. Bila mereka mengetahui proses evaluasi apa yang sedang
terjadi, pemasar dapat membuat langkah-langkah untuk mempengaruhi keputusan
membeli.
4)
Keputusan membeli
Dalam tahap evaluasi,
konsumen membuat peringkat merek dan membentuk niat untuk membeli. Pada
umumnya, keputusan membeli konsumen adalah membeli merek yang paling disukai,
tetapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk
membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain, yaitu pendapat dari orang lain
mengenai harga, merek yang akan dipilih konsumen. Faktor kedua adalah faktor
situasi yang tidak diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang
diharapkan. Akan tetapi peristiwa-peristiwa yang tak diharapkan bisa menambah
niat pembelian.
5)
Tingkah laku pasca
pembelian
Tahap dari proses
keputusan pembeli, yaitu konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah
membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas. Yang menentukan pembeli
merasa puas atau tidak puas dengan suatu pembelian terletak pada hubungan
antara harapan konsumen dengan prestasi yang diterima dari produk. Bila produk
tidak memenuhi harapan, konsumen merasa tidak puas, bila memenuhi harapan
konsumen merasa puas, bila melebihi harapan konsumen akan merasa puas.
Konsumen mendasarkan
harapan mereka pada informasi yang mereka terima dari penjual, teman dan
sumber-sumber yang lain. Bila penjual melebih-lebihkan prestasi produknya,
harapan konsumen tidak akan terpenuhi dan hasilnya ketidakpuasan. Semakin besar
antara kesenjangan antara harapan dan prestasi, semakin besar ketidakpuasan
kosumen. Hal ini menunjukkan bahwa pembeli harus membuat pernyataan yang jujur
mengenai prestasi produknya sehingga pembeli akan puas.
C.
Kerangka berfikir
![]() |
D.
Hipotesis
Menurut Arikunto (2006:71) hipotesis
penelitian dapat diartikan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
a)
H1: Diduga
bahwa kebudayaan (X1), sosial (X2), pribadi (X3),dan
psikologi (X4) mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian mie sedaap di FE UIN
Malang
b)
H2: Diduga
bahwa kebudayaan (X1), mempunyai pengaruh dominan terhadap keputusan pembelian mie sedaap di FE UIN
Malang.

METODE PENELITIAN
A.
Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini
dilakukan di Universitas Islam Negeri Malang, jalan Gajayana 50 Malang 65144
Telepon (0341) 558881, Faksimile (0341)
558881. pada fakultas ekonomi jurusan manajemen.
B.
Jenis dan pendekatan
penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif yaitu analisis yang bermaksud
mengambarkan variabel yang ada dengan mengunakan uji statistik. Menurut
Arikunto, (2002: 10) penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak
dituntut mengunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penfsiran terhadap data
tersebut, serta penampilan dari hasilnya.
Sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini yaitu menjelaskan hubungan dan pengaruh beberapa
variabel yang sudah ditetapkan, maka jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian penjelasan (eksplanatory). Menurut Singaribuan dan Efendi
(1989: 5) penelitian eksplanatory
adalah penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel
melalui pengujian hipotisis.
|
a.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto 1997:108).
Sedangkan Menurut Sugiyono (2005:72). Populasi adalah generalisasi yang terdiri
atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristiktertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
b.
Sampel
Agar data yang diambil representatif atau mewakili maka besarnya sampel yang akan diambil harus
ditentukan dan harus mencerminkan karakteristik populasi. Menurut Sugiyono,
(1999: 73). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi.
KLIK INI UNTUK MEMBACA SELENGKAPNYA
0 Komentar