PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 1998 terjadi pergantian kepemimpinan pemerintahan di Negara Indonesia.
Pergantian kepemimpinan tersebut berimbas pada kondisi perekonomian di Negara
kita, perekonomian
mengalami kondisi yang tidak menentu. Karena keadaan ekonomi yang tidak menentu
tersebut mengakibatkan persaingan di dalam dunia usaha semakin meningkat.
Banyak pengusaha yang gulung tikar namun malah ada pula yang meningkat usahanya
akibat krisis ekonomi yang terjadi sekarang ini. Setiap
perusahaan berusaha untuk terus dapat hidup dan jangan sampai gulung tikar. Oleh
karena itu setiap perusahaan harus bisa memperbaiki kinerja keuangannya.
Laporan keuangan perusahaan dapat
digunakan sebagai suatu informasi untuk menilai kinerja keuangan perusahaan.
Laporan keuangan pokok meliputi neraca, laporan laba-rugi dan laporan perubahan
posisi keuangan. Neraca atau sering disebut juga laporan posisi keuangan adalah
daftar yang menggambarkan aktiva (harta kekayaan) kewajiban dan modal yang
dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Sedangkan laporan
laba rugi merupakan laporan yang disusun dengan maksud untuk menggambarkan
hasil operasi perusahaan selama suatu periode tertentu. Dengan kata lain,
laporan laba-rugi menggambarkan keberhasilan atau kegagalan operasi perusahaan
dalam upaya mencapai tujuan, (Haryono, 2001:21-24). Dengan demikian tujuan
laporan keuangan yaitu untuk menyajikan informasi mengenai kondisi keuangan
suatu perusahaan bagi pihak intern dan ekstern perusahaan yang digunakan
sebagai bahan perhitungan untuk pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan perusahaan
belum dapat memberikan informasi yang berarti, karena laporan keuangan bersifat
historis yaitu menyajikan data atau informasi yang telah terjadi. Sehingga
diperlukan pengolahan kembali laporan keuangan untuk dapat menginterprestasikan
informasi yang terdapat dalam laporan keuangan dengan melakukan analisis
terhadap laporan keuangan tersebut, sehingga dapat memberikan suatu informasi
yang lebih sistematis dan akurat.
Adapun alat yang dapat dipakai untuk menilai suatu kinerja keuangan
perusahaan adalah analisis rasio keuangan. Hasil analisis rasio keuangan ini dinyatakan dalam suatu besaran yang
merupakan perbandingan antara nilai suatu rekening tertentu dalam laporan
keuangan dengan nilai rekening lainnya. Dalam penerapannya, analisis rasio
keuangan memiliki beberapa kelemahan dan keterbatasan. Keterbatasan tersebut
yaitu, hanya digunakannya data nilai keuangan historis yang hanya berdasarkan
nilai buku dan tanpa mempertimbangkan nilai pasar dari assets yang dimiliki.
Akibatnya data yang digunakan terkadang tidak mencerminkan nilai yang
sebenarnya atau realistis, (Warsono, 2002: 46
dalam Vifin, 2008). Sedangkan
kelemahannya adalah belum dapat memuaskan keinginan pihak manajemen khususnya
bagi para penyandang dana yaitu kreditur dan pemegang saham. Bagi pihak
manajemen dengan analisis rasio finansial tersebut belum cukup untuk mengetahui
apakah telah terjadi nilai tambah bagi perusahaan. Sedangkan bagi para
penyandang dana belum mempunyai keyakinan apakah modal yang telah ditanamkan di
masa yang akan datang memberikan tingkat hasil yang diharapkan.
Dari kelemahan dan keterbatasan itulah
yang mendorong para ahli yang bergerak dibidang manajemen keuangan mencoba
memikirkan suatu cara untuk mengukur kinerja operasional perusahaan secara
tepat yang memperhatikan sepenuhnya kepentingan dan harapan para penyandang
dana. Adapun alat yang berhasil dikembangkan para ahli dalam kajian investasi
perusahaan yaitu EVA (Economic Value Added)) yang dapat dipergunakan sebagai alat pengukur kinerja
keuangan perusahaan.
PT. Aqua Golden Missisipi Tbk. dan PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk. adalah dua perusahaan yang telah listing di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Dua perusahaan tersebut adalah perusahaan yang menjadi
pemimpin pasar di bidangnya (perusahaan makanan dan minuman).
Sementara itu
kondisi aktiva PT. Aqua Golden Missisipi
Tbk. dan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. senantiasa mengalami kenaikan. Sama
halnya dengan
kondisi aktiva kondisi kewajiban PT. Aqua Golden
Missisipi Tbk. dan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
pun mengalami kenaikan. Selain itu untuk laba sebelum pajak pun mengalami
kenaikan pula dari tahun ke tahun.
Tabel 1.1
Kondisi Keuangan PT. Aqua Golden Missisipi Tbk.
Keterangan
|
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
- Aktiva
- Kewajiban Jangka Panjang
- Laba Sebelum Pajak
|
523.302
247.497
93.328
|
671.109
309.461
133.477
|
732.354
318.127
91.363
|
795.244
342.896
79.794
|
891.529
377.577
95.821
|
Sumber: Data diolah
Tabel 1.2
Kondisi Keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
Keterangan
|
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
- Aktiva
- Kewajiban Jangka Panjang
- Laba Sebelum Pajak
|
15.309.854
10.552.329
1.031.135
|
15.669.008
10.653.750
852.380
|
14.859.203
10.059.357
424.321
|
16.267.483
11.598.070
1.221.206
|
29.527.466
18.675.908
2.065.229
|
Sumber: Data diolah
Oleh karena itu penting sekali untuk
menganalisis nilai tambah ekonomi perusahaan, serta perkembangan dan
peningkatan kinerja pada kedua perusahaan tersebut. Dan perlu adanya
perbandingan untuk memberikan informasi sehingga menambah wawasan dan keilmuan
penulis.
Atas dasar pemikiran di atas, maka dalam penelitian ini
peneliti mengambil judul ” Analisis EVA (Economic Value Added) Sebagai Alat Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Perusahaan
(Studi Kasus Pada PT. Aqua Golden Missisipi Tbk. dan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
- Bagaimana kinerja keuangan perusahaan PT. Aqua Golden Missisipi Tbk. dan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. 2003-2007, jika diukur dengan menggunakan analisis EVA?
- Bagaimana perbandingan besarnya nilai tambah ekonomi PT. Aqua Golden Missisipi Tbk. dan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. 2003-2007?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka
tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendiskripsikan besarnya nilai tambah
ekonomi PT. Aqua Golden
Missisipi Tbk. dan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. sebelum dan sesudah diakuisisi oleh Philip Morris pada
tahun 2003-2007.
2. Untuk mendiskripsikan kinerja keuangan
perusahaan PT. Aqua Golden Missisipi Tbk. dan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. sebelum dan
sesudah diakuisisi pada periode 2003-2007, jika diukur dengan menggunakan
analisis EVA.
D. Batasan Masalah
Untuk menghindari agar dalam pembahasan masalah tidak
terjadi penyimpangan, maka permasalahan dibatasi sebagai berikut: Laporan yang
digunakan hanya laporan laba rugi dan neraca dari tahun 2003-2007 yang sudah
dipublikasikan, dengan tidak memperhitungkan adanya perubahan penggunaan metode
lainnya.
E. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan teori
manajemen keuangan yang diperoleh selama dalam bangku perkuliahan.
2.
Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan
dalam menilai kinerja keuangan perusahaan sehingga investor dapat mengetahui
laba perusahaan dan kemampuan perusahaan tersebut memberdayakan modalnya.
3.
Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan bagi perusahaan
dalam menetapkan kebijakan di bidang keuangan perusahaan secara tepat,
khususnya kebijakan struktur modal.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
- Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Masrusroh pada tahun 2005 yang mengambil
judul ”Laporan Nilai Tambah Sebagai
Pengukur Kinerja Keuangan Di PT BPR NUSUMMA Kecamatan Balung Kabupaten Jember”.
Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa analisis rasio distribusi nilai
tambah tahun 2004 dan 1003 terjadi peningkatan sebesar 61,76 %. Pada indeks
efisiensi usaha menunjukkan peningkatan pada pegawai 14,28 % dan perusahaan
9,09 %. Tingkat produktivitas BPR NUSUMMA Kecamatan balung Kabupaten jember
yang diukur dengan nilai tambah ,memberikan hasil yang lebih tinggi dibanding
dengan laporan laba rugi. Sedangkan untuk tingkat profitablitas menunjukkan
hasil yang rendah. Ini berarti kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba
bersih pada tahun 2003 sampai 2004 dinilai rendah.
Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Zainal Arifin
tahun 2007 dengan judul ”Penilaian Kinerja Keuangan dengan Metode Economic
Value Added pada Perusahaan Semen (Studi pada PT Indocement Tunggal Perkasa
Tbk Periode Analisis 2001-2005).” Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja
keuangan perusahaan pada tiap tahunnya berkinerja, hal ini ditunjukkan dengan
nilai EVA yang selalu positif masing-masing sebesar Rp. 353.645.798.600 (2001)
Rp. 825.556.326.600 (2002), Rp. 323.119.636.300 (2003), Rp. 251.321.171.200
(2004), dan Rp. 735.009.438.300 (2005).
Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu
No
|
Nama
|
Judul
|
Lokasi
|
Jenis Penelitian
|
Analisis
|
Hasil Analisis
|
1.
|
Uyun Masruroh (2005)
|
Laporan Nilai Tambah Sebagai Pengukur Kinerja Keuangan Di PT BPR
NUSUMMA Kecamatan Balung Kabupaten Jember
|
PT BPR NUSUMMA
Kecamatan Balung Kabupaten Jember
|
Kuantitatif Deskriptif
|
Analisis Data rasio keuangan dengan metode EVA pada Tahun 2003-2004
|
Bahwa kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dinilai masih
rendah
|
2.
|
Zainul Arifin (2007)
|
Penilaian Kinerja Keuangan dengan Metode Economic Value Added
pada Perusahaan Semen (Studi pada PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk Periode
Analisis 2001-2005)
|
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
|
Studi Kasus
|
Analisis data rasio keuangan dengan metode EVA pada tahun 2001-2005
|
Kinerja perusahaan pada tiap tahunnya dalam kondisi berkinerja, hal ini
ditunjukkan dengan nilai EVA yang selalu positif.
|
3.
|
Peneliti
|
Analisis EVA (Economic Value Added) Sebagai Alat Untuk
Mengukur Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Komperatif Pada PT Aqua Golden Missisipi Tbk dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk)
|
PT Aqua Golden Missisipi Tbk dan PT Ades Waters Indonesia Tbk.
|
Deskriptif Kualitatif
|
Analisis data rasio keuangan dengan metode EVA pada tahun 2003-2007
|
Kinerja keuangan perusahaan yang lebih baik adalah pada PT. Indofood
Sukses Makmur Tbk., karena secara berturut-turut mengalami kinerja keuangan
yang lebih baik dari pada kinerja keuangan dari PT. Aqua Golden Missisipi
Tbk., yaitu pada tahun 2004-2006. Namun pada tahun 2003 dan 2007 PT. Aqua
Golden Missisipi Tbk.lah yang lebih baik.
|
Sumber: Data Diolah
Hasil penelitian yang peneliti lakukan dengan
data selama 5 tahun (tahun 2003 sampai tahun 2007) bahwa kinerja keuangan
perusahaan berdasarkan konsep EVA yang lebih baik adalah pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk., karena secara berturut-turut
mengalami kinerja keuangan yang lebih baik dari pada kinerja keuangan dari PT.
Aqua Golden Missisipi Tbk., yaitu pada tahun 2004-2006. Namun pada tahun 2003
dan 2007 PT. Aqua Golden Missisipi Tbk.lah yang lebih baik.
Persamaan yang tersirat dari penelitian
terdahulu dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah dalam menganalisa data
sama-sama menggunakan metode EVA. Dan yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu yaitu jenis penelitian, obyek penelitian, tujuan
penelitian dan tahun yang diteliti.
B. Kajian Teoritis
1.
Laporan Keuangan
a. Pengertian
Laporan Keuangan
Laporan Keuangan adalah beberapa
lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis
di atasnya, tetapi juga untuk memikirkan aset-aset nyata yang mendasari
angka-angka tersebut. Laporan keuangan merupakan kartu angka untuk mencatat dan mengevaluasi
kinerja suatu organisasi. Laporan keuangan penting bagi manajemen organisasi
yang efisien. Laporan keuangan memberikan dasar untuk memberikan kompensasi
kepada para partisipan atau pemegang andil. Bagi pemilik perusahaan, bagian
yang penting dari kompensasi adalah peningkatan nilai perusahaan.
Menurut Weston dan Copeland (1995: 25)
laporan keuangan perusahaan didasarkan pada aturan-aturan dan konvensi-konvensi
akuntansi. Untuk mencapai konsistensi dan komparabilitas, penggunaan
pertimbangan-pertimbangan yang subyektif diminimalkan. Tetapi penilaian suatu perusahaan didasarkan pada
proyeksi atau prakiraan kinerjanya di masa depan. Hal ini melibatkan pemakaian
pertimbangan-pertimbangan yang subjektif. Jadi laporan-laporan akuntansi tidak
mencatat nilai-nilai ekonomis. Sebaliknya, laporan-laporan itu memberikan
informasi historis kuantitatif dasar yang merupakan sekumpulan input yang
penting yang digunakan dalam menghitung nilai-nilai ekonomis.
Sedangkan menurut Islam Laporan keuangan adalah merupakan produk atau
hasil akhir dan suatu proses akuntansi. Inilah yang merupakan wujud jasa dari
profesi akuntan. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para
pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan atau
sebagai laporan pertanggungjawaban manajemen atas pengelolaan perusahaan,
(Harahap, 1997: 38).
Dewasa ini masyarakat menganggap bahwa akuntasi atau pembukuan
muncul dari peradaban barat, dan menurut sejarahnya kita mengetahui bahwa sistem pembukuan muncul di Italia pada
abad ke-13. Sedangkan pada kenyataannya pembukuan telah dianjurkan sejak zaman
Rasulullah masih hidup.
Dapat kita lihat dalam Al Qur’an landasan tentang akuntasi
dalam Islam, yaitu Surat al Baqarah ayat 282 yaitu:

Artinya:
”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang muslim diantara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia
menulis” (Al-Baqarah: 282).
Dari ayat diatas dapat kita ketahui bahwa sejak zaman
Rasulullah SAW telah diperintahkan untuk senantiasa melakukan pencatatan untuk
mencapai tujuan menjaga kebenaran, keadilan antara dua pihak yang mempunyai
hubungan muamalah. Sehingga Islam mengharuskan pencatatan untuk mencapai tujuan
keadilan dan kebenaran. Sedangkan pencatatan untuk tujuan lain seperti data
untuk pengambilan keputusan tidak diharuskan. Karena ini sudah dianggap merupakan
urusan yang sifatnya tidak perlu diatur oleh suatu kitab suci.
Adapun tekanan Islam dalam kewajiban
melakukan pencatatan adalah:
a)
Menjadi bukti
melakukannya transaksi (muamalah) yang menjadi dasar nantinya dalam
menyelesaikan persoalan selanjutnya.
b)
Menjaga agar tidak
terjadi manipulasi, atau penipuan baik dalam transaksi maupun hasil dari
transaksi itu (laba), (Harahap, 1992: 4).
Sehingga dapat diketahui bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan keuangan, yang
merupakan alat bagi bagian keuangan dalam suatu perusahaan untuk
mempertanggungjawabkan masalah keuangan yang telah dilaksanakan atau telah
terjadi, sehubungan dengan kegiatan operasional perusahaan bagi pihak pimpinan
dan pihak lain yang membutuhkan.
b.
Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akutansi Indonesia (Jumingan, 2006: 5), laporan
keuangan sebagai pertanggungjawaban kepada pihak ekstern (luiar perusahaan)
harus disusun sedemikian rupa sehingga:
a)
Memenuhi keperluan untuk:
1) Memberikan
informasi keuangan secara kuantitatif mengenai perusahaan tertentu, guna
memenuhi keperluan para pemakai dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi,
2) Menyajikan
informasi yang dapat dipercaya mengenai posisi keuangan dan perubahan kekayaan
bersih perusahaan,
3) Menyajikan
informasi keuangan yang dapat membantu para pemakai dalam menaksir lemampuan
memperoleh laba dari perusahaan,
4) Menyajikan
informasi lain yang dipewrlukan mengenai perubahan dalam harta kewajiban, serta
mengungkapkan informasi lain yang sesuai dengan keprluan para pemakai.
b)
Mencapai mutu sebagai berikut:
1)
Relevan,
2)
Jelas dan dapat dimengerti,
3)
Dapat diuji kebenarannya,
4)
Mencerminkan keadaan perusahaan menurut
waknya secara tepat,
5)
Dapat dibandingkan,
6)
Lengkap, dan
7)
Netral.
Adapun dalam Islam pembukuan/ pencatatan
dikenal dengan Muhasabah, dijelaskan dalam Muhammad (2002,55) Islam memberikan
perhatian besar terhadap masalah Hisab. Hisab adalah salah satu proses perhitungan amal selama hidup manusia didunia oleh
Allah. Sebagai khalifah, manusia diberikan amanah oleh Allah untuk mengelola
bumi yang kemudian hasilnya dipertanggungjawabkan kepadanya. Oleh karena itu,
setiap manusia dalam hidupnya harus selalu dalam keadaan amanah, jujur dan
komitmen tinggi terhadap janji yang telah diucapkan kepada Allah. Hal demikian
ini merupakan bagian dari perilaku manusia yang Islami.
Oleh karena itu, kaum
Muslimin harus kembali kepada Allah, mengoreksi diri mereka, menerapkan
perilaku Islami dalam seluruh segi kehidupan, senantiasa jujur, iman, dan
qanaah, agar kemuliaan dapat diraih kembali.
Masih dalam bukunya Muhammad (2002,56) Berkaitan dengan kata muhasaba, menurut Atiya dalam kitabnya Acounting of Company and the Bank for the Islamic Organization
(Muhasaba Sharikat wa Musarif Al-Mizan Al-Islami) (1984,32) dinyatakan
bahwakata Arab yang berarti akutansi dalam adalah muhasabah (hisab). Kata ini muncul 48 kali dalam Al-Qur’an.
Sementara Muhammad Khoir dalam Harahap disebutkan bahwa ”istilah hisab ditemukan 109 kali dalam
Al-Qur’an”. Akar kata muhasabah adala h.s.b. (dengan) bentuk verbalnya hasaba dan bentuk lainnya yahsaba yang berarti menghitung (to compute) atau mengukur (to measure). Lebih jauh perubahan kata
hisabmenjadi muhasaba adalah sebagai berikut Al-Muhasaba berasal dari perubahan
kata ”Al-hisab”, yaitu perhitungan.
Dari segi bahasa, munculnya kata Al-Muhasabah
terjadi karena adanya perubahan isim,
yaitu hisab/hisaban atau hasaba sebagai isim masdar termasuk isim
madli, kemudian yuhasibu sebagai isim masdar mim termasuk dalam fiil mudhari’.
Penggunaan kata hisab
akan mengalami perubahan sesuai dengn konteks dan bentuk kalimat. Sehingga
hisab akan berubah menjadi hasaba,
jika kelimat yang dibentuk berarti ”selesaikan tanggung jawab” atau ”agar
netral”. Kemudian akan berubah menjadi tahasaba
yang berarti ”mengharapkan pahala di akhirat dengan diterimanya kitab
seseorang dari Tuhan”, juga berarti ”menjadikannya perhatian ” atau
”mempertanggungjawabkannya”. Akhirnya dalam perkembangan selanjutnya,
peristilahan kata bahasa Inggris berkembang secara etimologis, istilah Arab
justru berkembang fonetis (suara), kata muhasabah
(Akutansi) berkaitan terus menerus sampaipada pengadilan akhiratdan melalui
timbangan akhirat (mizan) sebagai
alat dan Tuhan sebagai akuntan.
2.
Kinerja keuangan
Menurut Jumingan
(2006,239) Kinerja Bank merupakan bagian dari kinerja keuangan bank secara
keseluruhan. Kinerja (performance) bank secara keseluruhan merupakan gambaran
prestasi yang dicapai bank dalam operasionalnya, daik menyangkut aspek keuangan
pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, tekhnologi maupun sumbger daya
manusia.
Berkaitan dengan analisis kinerja keuangan
bank mengandung beberapa tujuan (Jumingan 2006,239), antara lain:
a.
Untuk mengetahui
keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal dan
profitabilitas yang dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya.
b.
Untuk mengetahui
kemampuan bank dalam mendayagunakan semua aset yang dimiliki dalam
menghasilkan profit secara efisien.
3.
Struktur
modal
a.
Pengertian Struktur Modal
Struktur modal merupakan bauran dari
segenap sumber pembelanjaan jangka panjang yang digunakan perusahaan (Warsono,
2002: 233). Struktur keuangan merupakan kombinasi atau bauran dari segenap pos
yang termasuk dalam sisi kanan neraca keuangan perusahaan (sisi pasiva).
Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan. Adapun hubungan antara
struktur modal dengan struktur keuangan dapat digambarkan dalam bentuk
persamaan sebagai berikut:
Struktur modal = struktur keuangan – kewajiban lancar
b.
Komponen Struktur Modal
Struktur
modal secara umum terdiri dari tiga komponen (Warsono, 2002: 234), antara lain:
a)
Utang jangka panjang (long
term debt), yaitu utang yang masa jatuh tempo pelunasannya lebih dari 1
tahun. Komponen modal jangka panjang yang berasal dari utang biasanya terdiri
dari: utang hipotek (mortgage), obligasi (bona), dan bentuk utang
jangka panjang lainnya, seperti pinjaman jangka panjang dari bank.
b)
Saham prefern (preferred
stock), yaitu bentuk komponen modal jangka panjang yang merupakan kombinasi
antara modal sendiri (saham biasa) dengan utang jangka panjang. Dengan
karakteristik inilah saham preferen sering disebut dengan sekuritas hibrida (hybrid
security).
c)
Ekuitas saham biasa (common
stock equity), yaitu bentuk komponen modal jangka panjang yang ditanamkan
oleh para investor, yang pemegangnya memiliki klaim residual atas laba dan
kekayaan perusahaan.
c.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal
Faktor-faktor
yang mempengaruhi struktur modal (Warsono, 2002: 234) adalah sebagai berikut:
a)
Laju pertumbuhan dan
kemantapan penjualan dimasa yang akan datang.
b)
Struktur kompetitif
dalam industri
c)
Susunan asset dari
perusahaan sendiri
d)
Resiko bisnis yang
dihadapi perusahaan
e)
Status kendali dari
para pemilik dan manajemen
f)
Sikap para kreditor
modal terhadap industri dan perusahaan
g)
Posisi pajak perusahaan
h)
Fleksibilitas
keuangan atau kemampuan untuk menerbitkan modal dalam kondisi yang tidak baik
i)
Konservatisme atau
agresivisme manajerial.
4.
Biaya Modal
a.
Pengertian Biaya Modal
Menurut
Warsono (2002: 134), biaya modal sering disamakan dengan istilah tingkat
pengembalian yang disyaratkan perusahaan (the firm’s required rate of return),
tingkat ambang (the hurdle rate), tingkat diskonto (the discount rate),
dan biaya kesempatan dana perusahaan (the firm’s opportunity codt of funds).
Biaya modal dapat didefinisikan sebagai biaya peluang atas penggunaan dana
investasi untuk diinvestasikan dalam proyek-proyek baru.
Biaya
modal dibedakan menjadi dua macam (Warsono, 2002: 134), yaitu:
a)
Biaya modal
perusahaan (the firm’s cost of capital), yaitu suatu tingkat diskonto (discount
rate) yang dikembangakan untuk mendiskonto atas arus kas rata-rata
perusahaan.
b) Biaya
modal proyek khusus (spesific project’s cost of capital).
b.
Faktor yang Berpengaruh Terhadap Biaya Modal
Besar
kecilnya modal baik untuk perusahaan maupun proyek khusus dipengaruhi oleh 4
faktor (Warsono, 2002: 135), yaitu:
a)
Kondisi ekonomi umum (general economic
condition)
b)
Kondisi pasar (market condition)
c)
Keputusan operasi dan pembelanjaan (operating
and financing decisions)
d)
Jumlah pembelanjaan (amount of financing)
c.
Komponen
Biaya Modal
Biaya modal yang digunakan, baik
untuk perusahaan maupun proyek khusus, adalah biaya modal rata-rata tertimbang.
Biaya modal rata-rata tertimbang dapat dihitung dengan menggunakan WACC (Weigted
Average Cost of Capital). Adapun komponen dari biaya rata-rata tertimbang
(Warsono, 2002: 136) antara lain:
a) Biaya
utang (cost of debt)
b) Biaya
saham prefern (cost of preffered stock)
c) Biaya
ekuitas biasa (cost of common equity)
Adapun untuk konsep biaya utang itu sendiri ada dua macam,
yaitu biaya utang sebelum pajak dan biaya utang setelah pajak. Biaya utang sebelum pajak dapat ditentukan dengan
menghitung tingkat hasil internal atas arus kas surat-surat obligasi. Sedangkan
untuk biaya utang setelah pajak dapat dihitung dengan mengalikan biaya utang
sebelum pajak dengan tingkat pajak marginal. Adapun besarnya tingkat pajak yang berlaku di
Indonesia saat ini menurut Sumitro, dalam Warsono (2002: 138)
menggunakan tarif progresive berlapis, dengan ketentuan sebagai berikut:
a)
Laba sebelum Pajak
< Rp. 25, 00 juta = 10%
b)
Kelebihan laba
sebelum pajak antara Rp. 25, 00 juta – Rp. 50, 00 juta = 15%
c)Kelebihan laba sebelum pajak > Rp. 50, 00 juta = 30%.
5. EVA
(Economic Value Added)
a.
Pengertian
EVA
Untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan dilakukan dengan
mengkaji secara kritis terhadap keuangan perusahaan, yang dilakukan dengan
mereview data, menghitung, mengukur, menginterpretasi, dan memberi solusi
terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu. Untuk menganalisis
kinerja keuangan perusahaan, salah satu metode yang dapat digunakan adalah
metode Economic Value Added (EVA) atau nilai tambah ekonomi (NITAMI).
Pendekatan model EVA diperkenalkan pertama kali pada tahun 1993
di sebuah perusahaan konsultan USS yaitu Stern Steward Management Service
(SSMS). Model EVA menawarkan parameter yang cukup obyektif karena berangkat
dari konsep biaya modal (cost of capital) yakni mengurangi laba dengan
biaya modal, dimana beban biaya modal ini mencerminkan tingkat resiko
perusahaan. Selain itu, beban biaya modal juga mencerminkan tingkat kompensasi
atau return yang diharapkan investor atas sejumlah investasi yang di
tanamkan di perusahaan (Abdullah, 2004: 141).
Secara konseptual perhitungan EVA adalah laba operasi bersih
sesudah pajak dikurangi biaya modal. Selain itu, biaya modal juga mencerminkan
tingkat kompensasi atau return yang diharapkan investor atas sejumlah
investasi yang ditanamkan diperusahaan. sehingga dari perhitungan tersebut
dapat digambarkan bahwa apabila tingkat pengembalian yang dihasilkan (laba)
lebih besar dari biaya modal yang dituntut investor atas investasinya, maka
akan menghasilkan EVA positif. Kondisi ini menunjukan bahwa manajemen
perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Sementara EVA = 0
menunjukkan posisi impas perusahaan. Dan
sebaliknya, apabila tingkat pengembalian yang dihasilkan perusahaan
(laba) lebih kecil dari biaya modal yang dituntut investor atas investasinya,
maka akan menghasilkan EVA yang negatif artinya, nilai perusahaan berkurang.
Jadi dengan melihat besarnya EVA suatu perusahaan, investor dapat mengetahui
laba perusahaan dan kemampuan perusahaan tersebut memberdayakan modalnya.
Dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa nilai
tambah ekonomi menunjukkan pendapatan suatu perusahaan sebagai kesatuan usaha
yang dilakukan bersama dari beberapa kelompok antara lain perusahaan, karyawan,
penyedia modal dan pemerintah.
Menurut Harahap (2002: 449), mengatakan bahwa dalam konsep
ekonomi Islam laporan pertambahan nilai (Value Added Reporting) sesuai
karena konsep bisnis dalam Islam didasarkan pada kerja sama (musyarakah atau
mudharabah) yang adil, transparan dan saling menguntungkan bahwa yang
satu mengeksploitasi yang lain.
Pengertian mudharabah menurut istilah yaitu pemilik
harta (modal) menyerahkan modal kepada pengusaha untuk berdagang dengan modal
tersebut, dan laba dibagi diantara keduanya berdasarkan persyaratan yang
disepakati. Apabila rugi, hal itu ditanggung oleh pemilik modal sedangkan
pekerja tidak bertanggung jawab atas kerugiannya. Kerugian perusahaan hanyalah
dari segi kesungguhan dan pekerjaannya yang tidak akan mendapat imbalan jika
rugi (Syafe’i, 2001 dalam Masruroh, 2005: 31). Sebagaimana firman Allah
dalam Q.S. al-Muzammil: 20
|
Artinya:
”Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang
dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian
pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan
ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat
menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu,
karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa
akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di
muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi
berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran
dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada
Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu
niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling
baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dari ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa mengerjakan
perintah fardhu atau wajib tidak boleh melebihi dari batas ukuran yang
ditentukan agar tidak memberatkan diri dan melakukannya karena terpaksa.
Begitu pula dengan pekerjaan atau bisnis hendaklah dalam
mengerjakan selalu mengambil kemudahan dan tidak terlalu memaksakan kehendak
bahwa kita bisa mengerjakan semua itu sendiri, sehingga lupa kalau kita juga
butuh bantuan orang lain. Dalam hal ini kerja sama antara pemilik modal dapat
dilakukan dengan yang tidak mempunyai modal sehingga terjadi interaksi dan
saling tolong atau membantu. Pemilik modal untung karena merasa tidak terbebani
oleh pekerjaannya. Namun, dia juga tetap mendapatkan laba yang dibagi menurut
kesepakatan diantara mereka. Sedangkan orang yang
tidak punya modal bisa menjalankan tugasnya dengan baik tanpa harus
mengeluarkan modal yang banyak.
b.
Tujuan EVA
Menurut
Abdullah (2003: 142) tujuan penerapan model EVA diantaranya adalah:
1) Dengan perhitungan EVA diharapkan akan mendapatkan hasil
perhitungan nilai ekonomis perusahaan yang lebih realistis. Hal ini disebabkan
oleh EVA dihitung berdasarkan perhitungan biaya modal (cost of capital)
yang menggunakan nilai pasar berdasar kepentingan kreditur terutama para
pemegang saham dan bukan berdasar pada nilai buku yang bersifat historis.
2)
Perhitungan EVA juga
diharapkan dapat mendukung penyajian laporan keuangan sehingga akan mempermudah
bagi para pengguna laporan keuangan diantaranya para investor, kreditur,
karyawan, pemerintah, pelanggan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
c.
Manfaat EVA
Manfaat
yang diperoleh dari penerapan model EVA di dalam suatu perusahaan menurut
Abdullah (2003: 142) meliputi:
1) Penerapan model EVA sangat bermanfaat untuk digunakan
sebagai pengukur kinerja perusahaan dimana fokus penilaian kinerja adalah
penciptaan nilai (value creation).
2)
Penilaian kinerja
keuangan dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen
sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA para manajer akan berfikir
dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang
memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal
sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.
3)
EVA mendorong
perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya.
4)
EVA dapat digunakan
untuk mengidentifikasikan proyek atau kegiatan yang memberikan pengembalian
yang lebih tinggi daripada biaya modalnya. Kegiatan atau proyek yang memberikan
nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan adanya penciptaan nilai
dari proyek tesebut dan dengan demikian sebaiknya diambil, begitu pula
sebaliknya.
Selain itu, manfaat utama EVA menurut
Warsono (2002: 47) adalah untuk mengatasi kesulitan dalam pengukuran kinerja
eksekutif perusahaan. Dengan hasil analisis EVA ini dapat digunakan sebagai
dasar untuk memberikan kompensasi bagi eksekutif dalam bentuk insentif-insentif
tertentu.
d.
Kelebihan dan Kekurangan EVA
Kelebihan yang dimiliki model EVA ini
menurut Abdullah (2003: 142) diantaranya adalah:
a)
EVA merupakan alat ukur
yang dapat berdiri sendiri tidak memerlukan adanya suatu perbandingan dengan
perusahaan sejenis dalam industri dan tidak perlu pula membuat suatu analisis
kecenderungan dengan tahun-tahun sebelumnya.
b)
EVA adalah alat
pengukur kinerja perusahaan yang melihat segi ekonomis dalam pengukurannya,
yaitu dengan memperhatikan harapan-harapan para pemilik modal (kreditur dan
pemegang saham) secara adil. Dimana derajat keadilannya dinyatakan dengan
ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar
bukan nilai buku.
c)
Model EVA dapat
dipakai sebagai tolak ukur dalam pemberian bonus kepada karyawan. EVA merupakan
tolak ukur yang tepat untuk menjalankan stockholders atisfaction concept
yakni memperhatikan karyawan, pelanggan dan pemilik modal.
Kriteria penentuan anggaran bonus dengan
model EVA adalah:
a)
EVA < 0, maka
karyawan tidak mendapatkan bonus hanya gaji.
b)
EVA = 0, maka karyawan tidak mendapatkan
bonus hanya gaji.
c)
EVA > 0, maka
karyawan berhak mendapatkan bonus disamping gaji.
Adapun kekurangannya (Abdullah, 2003: 143)
diantaranya adalah:
a)
Secara konseptual EVA
memegang lebih unggul daripada pengukur tradisional akuntansi, namun secara
praktis belum tentu dapat diterapkan dengan mudah. Penentuan biaya modal saham
cukup rumit sehingga diperlukan analisis yang lebih mendalam tentang
teknik-teknik menaksir biaya modal saham.
b)
EVA adalah alat ukur
semata dan tidak bisa berfungsi sebagai cara untuk mencapai sasaran perusahaan
sehingga diperlukan suatu cara bisnis tertentu untuk mencapai sasaran perusahaan.
c)
Masih mengandung
unsur keberuntungan (tinggi rendahnya EVA dapat dipengaruhi oleh gejolak pasar
modal).
d)
EVA hanya
menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu.
e)
EVA mendorong
pengalokasian dana perusahaan untuk investasi dengan biaya modal yang rendah.
Investasi yang demikian umumnya memiliki resiko yang kecil sehingga secara
tidak langsung EVA mendorong perusahaan untuk menghindari resiko padahal
sebagian besar inovasi-inovasi dalam bisnis memiliki resiko yang sangat tinggi
terutama dalam era pasar bebas yang penuh dengan ketidakpastian.
e.
Langkah-langkah Perhitungan EVA
Tabel 2.2
Langkah-langkah menentukan EVA
No.
|
Langkah
|
Dalam
|
Keterangan
|
1.
|
Biaya Modal Hutang (Kd)
a.
Biaya Bunga
b.
Jumlah hutang
jangka panjang
c.
Suku bunga
d.
Tingkat pajak
e.
Faktor koreksi
(1-T)
f.
Biaya modal hutang
|
Rp
Rp
%
%
%
%
|
Lap. L/R
Neraca
(1a) / (1b)
Lap. L/R
1-(1d)
(1e)x(1c)
|
2.
|
Biaya Modal Saham
(Ke)
a.
Tingkat bunga bebas
resiko (Rf)
b.
Ukuran resiko saham perusahaan (b)
c.
Tingkat bunga
investasi pasar (Rm)
d.
Biaya modal saham
(Ke)
|
%
%
%
%
|
Bunga bank pemerintah
Hasil Perhitungan
Bursa efek
(2a)+[(2b)x{(2c)-(2a)}]
|
3.
|
Struktur Modal
a.
Hutang jangka
panjang
b.
Modal saham
c.
Jumlah modal
d.
Komposisi hutang
jangka panjang
e.
Komposisi modal
saham
|
Rp
Rp
Rp
%
%
|
Neraca
Neraca
(3a)+(3b)
(3a)/(3c)
(3b)/(3c)
|
4.
|
WACC
a.
Biaya modal
rata-rata tertimbang
|
%
|
{(3d)x(1f)}+{(3e)x(2d)}
|
5.
|
EVA
a.
EBT
b.
Beban pajak
c.
EAT
d.
WACC
e.
EVA
|
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
|
Lap. L/R
(1d)x(5a)
(5a)-(5b)
(4a)x(3c)
(5c)-(5d)
|
|
6.
KerangkaBerfikir



BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di pojok Bursa
Efek Jakarta (BEJ) yang berlokasi di Universitas Islam Negeri Malang Jalan
Gajayana 50 Malang. Penentuan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa di
pojok BEJ Universitas Islam Negeri Malang terdapat data-data yang cukup lengkap
tentang permasalahan yang diteliti, yaitu PT Aqua Golden Missisipi Tbk dan PT
Indofood Sukses Makmur Tbk.
B.
Jenis Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan dalam hal ini adalah jenis penelitian kualitatif,
dengan pendekatan komparatif. Penelitian komparatif adalah suatu penelitian
yang bersifat membandingkan. Untuk penelitian komparatif sampel lebih dari
satu, atau dalam waktu yang berbeda. (Sugiono, 1999: 11).
C.
Sumber Data dan
Metode Pengumpulan Data
Menurut Indriantoro dan Supomo (1999: 146), sumber data
penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan
metode pengumpulan data. Berdasarkan
sumbernya, data dapat diklasifikasikan menjadi data primer dan data sekunder.
Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder dengan metode pengumpulan
data berupa metode dokumentasi. Data sekunder yaitu sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung, melalui media perantara (diperoleh
dan dicatat orang lain).
Data sekunder biasanya berupa bukti, catatan atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip (data komputer) yang dipublikasikan
dan tidak dipublikasikan. Data sekunder dalam penelitian bisnis dapat diperoleh
dari perusahaan yang diteliti atau data yang dipublikasikan untuk umum.
Dan metode dokumentasi yaitu metode
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pencatatan arsip-arsip
atau data-data yang berkaitan dengan objek penelitian.
D.
Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah data tersebut diperoleh
dari penelitian. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diambil kesimpulan dan
pemecahan terhadap masalah yang berhubungan dengan nilai tambah ekonomi dan
kinerja keuangan perusahaan.
Metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa metode analisis
kuantitatif, yaitu metode analisis data yang dilakukan dengan cara melakukan
perhitungan, menganalisis, membandingkan dan mengintepretasikan data yang
berupa angka-angka, dengan menggunakan aturan sebagai berikut:
1. Biaya
Modal Hutang (cost of debt)
Biaya
modal hutang (cost of debt) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:


Dimana:
Kd = Biaya hutang setelah pajak
Kb = Beban hutang
Hutang
T = Tarif pajak
d =
jumlah hutang jangka panjang
i
= besarnya bunga yang dibayar
2. Biaya Modal Saham (cost
of equity)
Biaya modal saham diperoleh dari prosentase atau tingkat
pengembalian hasil yang diharapkan dari modal yang diinvestasikan pada suatu
perusahaan. Metode yang digunakan untuk menghitung biaya modal saham adalah
dengan menggunakan pendekatan CAPM, yaitu suatu metode yang menghubungkan
resiko dengan harapan keuntungan suatu proyek.rumus yang digunakan adalah:

Dimana:
E(Ri) = tingkat pengembalian yang
diharapkan investor
Rf = tingkat bunga investasi yang
diperoleh tanpa resiko
Rm = tingkat bunga investasi rata-rata
dari seluruh pasar
b = tingkat resiko saham perusahaan
Adapun
untuk mencari b adalah :

Dimana:
n = banyaknya periode pengamatan
X = tingkat keyntungan rata-rata pasar
Y = tingkat keuntungan saham i pada
periode t
3. Struktur Modal



4. Biaya rata-rata
tertimbang (WACC)



Dimana:
Wd = bobot dari hutang
Kd = tingkat biaya modal hutang sebelum
pajak
T = tingkat pajak yang berlaku
Ws = bobot dari modal saham
Ks = biaya modal saham
5. Nilai tambah
ekonomi (EVA)
Untuk menghitung EVA
digunakan rumus sebagai berikut:

BAB
IV
PAPARAN
DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Paparan
Data Hasil Penelitian
1. Sejarah
Perusahaan
a.
PT. Aqua Golden Missisipi Tbk.
PT
AQUA Golden Mississippi didirikan pada tahun 1973 oleh Bapak Tirto Utomo,
sebagai produsen pelopor air minum dalam kemasan di Indonesia. Pabrik pertama didirikan
di Bekasi. Setelah beroperasi selama 30 tahun, kini AQUA memiliki 14 pabrik di
seluruh Indonesia.
Pada
tahun 1998, AQUA (yang berada di bawah naungan PT Tirta Investama) melakukan
langkah strategis untuk bergabung dengan Group DANONE, yang merupakan salah
satu kelompok perusahaan air minum dalam kemasan terbesar di dunia dan ahli
dalam nutrisi. Langkah ini berdampak pada peningkatan kualitas produk, market
share, dan penerapan teknologi pengemasan air terkini. Di bawah bendera
DANONE-AQUA, kini AQUA memiliki lebih dari 1.000.000 titik distribusi yang
dapat diakses oleh pelanggannya di seluruh Indonesia .
b.
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
Berawal
dari sebuah perusahaan mi instan yang sederhana, Indofood telah menjelma
menjadi sebuah perusahaan “Total Food Solutions,” dengan kegiatan usaha yang
mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan
pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di rak para
peritel. Sebagai perusahaan terkemuka dalam industri makanan olahan di Indonesia,
kegiatan operasional Indofood didukung oleh sistem distribusi yang ekstensif
sehingga memungkinkan produk-produknya dikenal di seluruh penjuru Nusantara.
Saat
ini kegiatan usaha Indofood terdiri dari empat Kelompok Usaha Strategis (Grup)
yang saling melengkapi :
a) Grup
Produk Konsumen Bermerek (CBP), menghasilkan berbagai
macam produk makanan dalam kemasan yang tercakup dalam divisi Mi Instan,
Penyedap Makanan, Makanan Ringan dan Nutrisi & Makanan Khusus. Kegiatan
Grup CBP didukung oleh divisi Bumbu, Kemasan dan Internasional
b) Grup Bogasari, dengan kegiatan usaha utama memproduksi tepung terigu
dan pasta, serta didukung oleh unit perkapalan
c)
Grup
Agribisnis, aktifitas utama
kelompok usaha ini meliputi penelitian dan pengembangan, pembibitan kelapa
sawit, pemuliaan, termasuk juga penyulingan serta branding dan pemasaran minyak
goreng, margarin dan shortening. Setelah akuisisi saham PT PP London Sumatra
Indonesia Tbk (Lonsum), kegiatan usaha grup ini juga meliputi perkebunan karet,
teh dan kakao.
d) Grup
Distribusi, memiliki jaringan distribusi yang paling
luas di Indonesia.
Kelompok usaha ini mendistribusikan hampir seluruh produk Indofood, dan juga
mendistribusikan produk-produk pihak ketiga.
Warisan
Indofood terbesar saat ini adalah kekuatan merek-merek yang dimilikinya, bahkan
banyak di antara merek tersebut melekat di hati masyarakat Indonesia
selama lebih dua dekade. Ini termasuk beberapa merek mi instan (Indomie,
Supermi dan Sarimi), tepung terigu (Segitiga Biru, Kunci Biru dan Cakra
Kembar), minyak goreng (Bimoli), margarin (Simas) dan shortening (Palmia).
Meskipun menghadapi kompetisi ketat, merek-merek ini tetap merupakan pemimpin
pasar di masing-masing segmennya, dikenal atas produknya yang berkualitas
dengan harga terjangkau.
B. Pembahasan
Hasil Penelitian
Dalam pembahasan sebelumnya telah disebutkan dan dijelaskan
langkah-langkah yang diperlukan dalam perhitungan EVA ini adalah sebagai
berikut:
1. Menghitung
biaya modal hutang (cost of debt = Kd)
2. Menghitung
biaya modal saham (cost of equity = Ke)
3. Menghitung
struktur modal
4.
Menghitung biaya
modal rata-rata tertimbang (WACC)
5.
Menghitung EVA
Adapun perhitungan dari langkah-langkah tersebut diatas
adalah:
1. Menghitung
biaya modal hutang (cost of debt = Kd)
Dalam menjalankan operasionalnya suatu perusahaan akan dibiayai
dengan modal, dimana modal tersebut berasal dari pihak ketiga. Modal dari pihak
ketiga tersebut berupa dana pinjaman baik jangka panjang maupun dana yang
diinvestasikan ke dalam perusahaan. Perhitungan biaya modal ini, menghitung
beban yang ditanggung oleh perusahaan dalam penggunaan dan pinjaman dari
debitur. Dana pinjaman yang dimaksud antara lain sewa guna usaha pinjaman dari
bank, obligasi, wesel
bayar, hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun.
Komponen-komponen yang dipakai dalam perhitungan biaya modal hutang adalah
jumlah hutang jangka panjang, beban bunga dan pajak yang dibebankan kepada
perusahaan. Untuk menghitung biaya modal hutang ini, langkah-langkah yang perlu
dilakukan adalah mencari biaya hutang sebelum pajak (Kb) dengan
rumus:

Adapun perhitungan biaya hutang sebelum pajak (Kb) PT
Aqua Golden Missisipi Tbk dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk adalah
sebagai berikut:
Table 4.1
Perhitungan Biaya Hutang Sebelum Pajak (Kb)
PT.
Aqua Golden Missisipi Tbk.
(Dalam
Jutaan Rupiah)
Tahun
|
Beban bunga
|
Jumlah hutang
|
Kb
|
2003
|
173
|
223.539
|
0,08
|
2004
|
159
|
205.963
|
0,08
|
2005
|
254
|
318.127
|
0,08
|
2006
|
248
|
342.896
|
0,07
|
2007
|
254
|
377.577
|
0,07
|
Sumber : Data diolah
Sehingga dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan
biaya hutang sebelum pajak (Kb) untuk PT. Aqua Golden
Missisipi Tbk pada tahun 2003 adalah 0,08 %, pada tahun 2004 adalah 0,08 %, pada tahun 2005 adalah 0,08%, pada tahun 2006 adalah 0,07% dan pada tahun 2007 adalah0,07 %
Tabel 4.2
Perhitungan Biaya Hutang Sebelum Pajak (Kb)
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
(Dalam
Jutaan Rupiah)
Tahun
|
Beban
Bunga
|
Jumlah
Hutang
|
Kb
|
2003
|
943.854
|
10.552.329
|
8,94
|
2004
|
966.233
|
10.653.750
|
9,07
|
2005
|
827.870
|
10.059.357
|
8,23
|
2006
|
816.402
|
11.598.070
|
7,04
|
2007
|
710.045
|
18.675.909
|
3,80
|
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
hasil perhitungan biaya hutang sebelum pajak (Kb)
untuk PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. pada tahun 2003 adalah 8,94 %, pada tahun 2004 adalah 9,07 %, pada tahun 2005 adalah 8,23 %, pada tahun 2006 adalah 7,40 % dan pada tahun 2007 adalah 3,80%
Sedangkan untuk tarif pajak perusahaan dalam penelitian ini
dihitung dengan cara sebagai berikut:

Adapun perhitungan tarif pajak (T) PT Aqua Golden Missisipi Tbk dan PT
Indofood Sukses Makmur Tbk adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Perhitungan Tarif Pajak (T)
PT Aqua Golden Missisipi Tbk
(Dalam Jutaan Rupiah)
Tahun
|
Pajak penghasilan
|
Laba Sblm Pajak penghasilan
|
T
|
2003
|
29.206
|
93.328
|
31,29
|
2004
|
41.114
|
133.477
|
30,80
|
2005
|
25.553
|
91.363
|
27,97
|
2006
|
30.529
|
79.794
|
38,26
|
2007
|
28.953
|
95.821
|
30,21
|
Sumber: Bank Indonesia (2007)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
hasil perhitungan tarif pajak (T) untuk PT. Aqua
Golden Missisipi Tbk. pada tahun 2003 adalah 31,29 %, pada tahun 2004 adalah 30,80 %, pada tahun 2005 adalah 27,97%, pada tahun 2006 adalah
38,26% dan pada tahun 2007 adalah 30,21 %
Tabel
4.4
Perhitungan Tarif Pajak (T)
PT
Indofood
Sukses Makmur Tbk
(Dalam
Jutaan Rupiah)
Tahun
|
Pajak
penghasilan
|
Laba
Sblm Pajak Penghasilan
|
T
|
2003
|
310.203
|
852.380
|
37,61
|
2004
|
320.601
|
1.031.135
|
31,09
|
2005
|
188.426
|
4.24.321
|
44,41
|
2006
|
472.029
|
1.221.206
|
38,65
|
2007
|
696.842
|
2.065.229
|
33,74
|
Sumber: Bank Indonesia (2007)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tarif
pajak (T) untuk
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. pada tahun 2003
adalah 37,61 %, pada tahun 2004 adalah 31,09 %, pada tahun 2005 adalah 44,41%, pada tahun 2006
adalah 38,65% dan pada tahun 2007 adalah 33,74 %
Setelah menghitung tarif pajak,
selanjutnya adalah menentukan faktor dalam perhitungan biaya modal hutang, yang
diperoleh dengan cara:

Tabel 4.5
Perhitungan Biaya Modal Hutang (Kd
)
PT Aqua Golden Missisipi Tbk
(Dalam Jutaan Rupiah)
Tahun
|
Kb
|
T
|
Kd
|
2003
|
0,08
|
31,29
|
0,05
|
2004
|
0,08
|
30,80
|
0,05
|
2005
|
0,08
|
27,97
|
0,06
|
2006
|
0,07
|
38,26
|
0,04
|
2007
|
0,07
|
30,21
|
0,05
|
Sumber: Bank Indonesia (2007)
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, hasil
perhitungan biaya modal hutang biaya modal hutang perusahaan tidak banyak
mendalami perubahan hanya berkisar pada angka 0,04 % sampai 0,06 %
Tabel
4.6
Perhitungan Biaya Modal Hutang (Kd )
PT.
Indofood
Sukses Makmur Tbk.
(Dalam
Jutaan Rupiah)
Tahun
|
Kb
|
T
|
Kd
|
2003
|
8,94
|
37,61
|
5,58
|
2004
|
9,07
|
31,09
|
6,25
|
2005
|
8,23
|
44,41
|
4,57
|
2006
|
7,04
|
38,65
|
4,31
|
2007
|
3,80
|
33,74
|
2,52
|
Sumber: Bank Indonesia (2007)
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk., selama lima tahun terakhir ini menunjukkan keadaan
yang relatif tetap. Besarnya biaya modal hutang perusahaan tahun 2003 adalah 5,58%, sementara pada tahun 2004 besarnya biaya modal hutang
mengalami peningkatan menjadi 6,28 %. Pada tahun 2005, mengalami panurunan menjadi
4,57%. Dan pada tahun 2006 mengalami penurunaan kembali sebesar 4,31 % Sedangkan pada tahun 2007 menurun kembali
menjadi 2,52 %. Biaya hutang sebelum
pajak pada PT Aqua Golden Missisipi Tbk. memiliki nilai
prosentase yang sangat kecil hal ini terjadi
karena kecilnya nilai beban bunga dibandingkan dengan hutang jangka panjang,
sehingga mengakibatkan kecilnya nilai Kb. Untuk tahun 2003-2004. Biaya modal mengalami peningkatani. Namun pada tahun 200-2007 biaya modal hutang yang ditanggung perusahaan semakin
kecil yaitu 4,57 untuk tahun 2005, 4,31 untuk tahum
2006 dan 2,52 untuk tahun 2007. Hal ini terjadi
karena pada tahun 2005 laba sebelum pajak perusahaan menurun dan ditambah
dengan meningkatnya nilai hutang jangka panjang perusahan.
KLIK INI UNTUK MEMBACA SELENGKAPNYA
0 Komentar