BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Perkembangan dunia
dewasa ini sangat pesat, dengan segala dimensinya yang membuat aktivitas
manusia semakin mudah dan praktis, dinamika ini lahir dari hasil penemuan dan
kreativitas manusia, dimana diberbagai belahan bumi dan dalam kondisi
bagaimanapun manusia selalu menginginkan yang terbaik dalam hidupnya, hal ini
khususnya pada peningkatan kesejahteraan hidup seperti pemerataan ekonomi dan
peningkatan taraf hidup masyarakat dalam dimensi perekonomian nasional. Artinya
bahwa dunia investasi merupakan fenomena bisnis yang penuh dengan kondisi
ketidakpastian (risiko), karena itu hendaknya para pemain (pelaku bisnis) harus
jeli dan cerdas dalam mengamati kondisi riil dan memprediksikan sehingga
menjadi peluang bisnis, dengan dorongan sebagai suatu penyebab dari fenomena
realitas dari kondisi ketidakpastian tersebut. Dengan demikian persaingan pun
tidak dapat terelakkan lagi, sementara sebagian kecil investor akan keluar
menjadi pemenang.
Dalam melakukan
investasi, para investor cenderung banyak mempertimbangkan antara tingkat
risiko dan besarnya return yang di harapkan. Sehingga dapat mempengaruhi
para investor dalam proses pengambilan keputusan investasinya. Secara teori
dibedakan tiga jenis sikap terhadap risiko, yaitu yang senang mengambil risiko,
anti risiko (risk aversion) dan acuh (inddifferrence) terhadap
risiko. Kelompok pengambil risiko (risk seeker) adalah mereka yang
senang mengambil risiko. Bila dihadapkan pada dua pilihan, yaitu investasi yang
kurang atau yang lebih mengandung risiko dengan perkiraan hasil yang sama, maka
seorang pengambil risiko akan lebih suka memilih jenis investasi yang lebih
mengandung risiko. Tetapi dengan ada dua jenis pilihan yang ada seperti ini,
seorang penghindar risiko (risk averter) akan cenderung menjatuhkan
keputusannya pada jenis investasi yang kurang mengandung risiko (risk
inddifference) tidak akan peduli pada investasi mana yang akan di ambil.
Walaupun sudah ada pihak yang senang mengambil risiko, atau yang acuh, baik
akan sehat maupun penelitian telah menunjukkan bahwa para manajer maupun
pemilik perusahaan cenderung bersikap untuk menghindari risiko (Weston dan
Copeland, 1995:427).
Namun, dewasa ini
banyak sekali pemain (baik investor atau para pialang (broker) saham. Indonesia
sebagai negara berkembang, dimana pasar modal sangat menentukan prospek
pembangunan nasional, bahkan dalam pasar modal ini terjadi transaksi triliunan
rupiah perhari. Oleh karena itu, pemerintah terus mendukung, sebagai bukti
bahwa di sahkannya Undang-Undang Tentang Penanaman Modal Asing di Indonesia,
dan Undang-Undang Pasar Modal yaitu UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Dengan dikeluarkannya UU tersebut diharapkan dapat memacu kinerja dan
produktivitas serta efisiensi pasar modal di Indonesia.
Menurut Santi (2006) jumlah emiten baru yang melenggang di lantai bursa tercatat sebanyak 11 emiten dengan total dana hasil penawaran saham perdana sebanyak Rp 1,74 triliun, right issue Rp 10,57 triliun, dan waran Rp 0,69 triliun. Total dana masyarakat yang dihimpun dari penerbitan saham baru sepanjang tahun ini sebesar Rp 13 triliun. Sedangkan dana pihak ketiga perbankan sudah mencapai Rp 1.300 triliun. Di pasar surat utang, tahun ini ada emisi obligasi korporasi baru dari 14 emiten dengan total emisi obligasi sebesar Rp 11,5 triliun. Perusahaan atau emiten yang masuk ke pasar modal pun adalah perusahaan yang besar, belum menyentuh pada perusahaan berskala kecil atau menengah.
(Sumber : http://groups.yahoo.com/group/kuliner_ind/messages). persa
Bahwasanya dalam
perkembangannya pasar modal terus-menerus bersaing dengan pihak perbankan dalam
mengumpulkan dana-dana dari berbagai sumber (pihak-pihak yang berkelebihan
dana), dalam hal ini untuk membiayai proyek pembangunan di Indonesia yang
membutuhkan dana yang sangat besar, baik dana dalam negeri maupun dana yang
berasal dari luar negeri. Berbagai instrumen pasar modal dan instrumen pasar
uang yang akan ditawarkan ke publik, karena besarnya kebutuhan terhadap
dana-dana segar tersebut, analisis tentang kelayakan dalam kaitannya dengan
prospek return, risiko dan dividen, disamping itu juga akan di analisis
karakteristik keuangan perusahaan. Oleh karena itu, investor akan semakin
mendapat gambaran untuk menekan kondisi ketidakpastian mengenai investasi pada saham-saham tersebut,
jika ini dilakukan maka, akan mendorong manajer investasi ataupun investor
dalam mempertimbangkan dan mengetahui karakteristik modal pada suatu perusahaan yang sahamnya ingin dibeli atau
dijual.
Menurut Tandelilin
(2001:3) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan
dimasa yang akan datang.
Jadi, investasi
adalah suatu kegiatan yang mencari keuntungan dalam jangka waktu tertentu.
Kegiatan investasi beraneka ragam, baik dalam bentuk saham, obligasi, surat
utang negara (SUN), dan lain-lain yang
kesemuanya menjanjikan keuntungan yang berbeda-beda dengan tingkat risiko
(ketidakpastian) yang berbeda-beda pula.
Pada penelitian ini,
dispesifikasikan ke dalam investasi pada saham-saham perusahaan yang telah go
Publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam bentuk portofolio, yaitu
investasi pada lebih dari satu saham atau surat berharga yang ada di BEI
tersebut.
Menurut Hidayah (2005:20) saham merupakan salah satu
alternatif investasi bagi investor dalam melakukan portofolio investasi. Ada
banyak alternatif dan pertimbangan yang dipakai oleh investor dalam menentukan
seberapa menarik dan menguntungkan suatu saham. Sebagai investor yang rasional
dalam melakukan transaksi, faktor return dan risiko saham merupakan
kompenen pertimbangan yang penting dalam melakukan investasi pada pasar modal.
Para investor dihadapkan pada harapan untuk memperoleh keuntungan (return)
yang optimal dengan memperhatikan faktor risiko yang mereka hadapi, investor
berusaha untuk memperoleh return saham yang maksimal dengan tingkat
risiko tertentu atas investasi yang mereka lakukan atau memperoleh return
tertentu pada tingkat risiko yang minimal. Selain faktor risiko dan return,
investor juga memperhatikan karakteristik saham (karakteristik keuangan dari
perusahaan-perusahaan tersebut).
Untuk mengidentifikasi karakteristiik keuangan
perusahaan, ada beberapa rasio keuangan
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Menurut Rusdin
(2006:140-146) adalah sebagai berikut : (1) Rasio Likuiditas (liquidity ratio) yaitu
kemampuan mambayar kewajiban jangka pendek. (2) Rasio Aktivitas, menunjukkan
kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya
atau perusahaan (turn over) dari aktiva-aktiva tersebut. (3) Rasio Solvabilitas, yaitu kemampuan
membayar kewajiban jangka panjang, seperti Debt to Equity Ratio (DER).
(4) Rasio Rentabilitas/ Rasio Profitabilitas yaitu kemampuan emiten untuk
menghasilkan keuntungan dan mengukur tingkat efisiensi operasional dan
efisiensi dalam menggunakan harta yang dimilikinya. (5) Rasio Pasar (Rasio
Saham), yaitu rasio ini menunjukkan informasi penting dalam basis per saham,
menggambarkan kinerja saham, seperti Price Earning Ratio (PER), Price
to Book Value (PBV).
Penelitian ini mengambil beberapa rasio tersebut adalah Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), karena dengan
pertimbangan bahwa rasio keuangan tersebut peneliti merasa cukup mendapatkan informasi tentang perusahaan
yang terkait dengan asset (saham) yang ada dari perusahaan-perusahaan yang
diteliti.
Adanya berbagai
karakteristik tersebut mendorong investor untuk dapat melakukan analisis secara
bertahap dan lebih komprehensip. Jadi, pertimbangan risiko dan return
saham serta pertimbangan karakteristik keuangan perusahaan memegang peranan
yang sangat penting dalam melakukan investasi saham. Untuk menentukan cara
mencapai keputusan yang tepat dalam melakukan portofolio investasi saham, maka
diperlukan analisis-analisis yang komprehensif terhadap suatu perusahaan sebagai tujuan investasi
kita, maka diperlukan suatu proses pengkomparasian beberapa perusahaan dan memutuskan
untuk memilih alternatif saham yang terbaik (optimal), dan mempunyai prospek
jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
Telah terbukti bahwa portofolio investasi perusahaan yang
menjalankan suatu analisis perbandingan antara beberapa macam segmen perusahaan
berhasil dalam investasinya. Dengan memakai pendekatan strategi portofolio,
risiko-risiko kegagalan investasi akan dapat di minimalkan karena
tindakan-tindakan antisipatif dapat dilakukan dari berbagai keadaaan yang
mungkin terjadi pada saat ini maupun pada masa yang akan datang.
Menurut Markowitz dalam Rodoni dan Yong (2002:3)
mendifinisikan portofolio sekuritas yang efisien sebagai portofolio yang
memberikan tingkat keuntungan yang diharapkan maksimum untuk suatu tahap
varians dan memberikan varians minimum untuk suatu tahap tingkat keuntungan
yang diharapkan.
Sedangkan menurut Husnan (2001:69) yang disebut dengan
portofolio yang efisien itu bisa diperoleh suatu investasi yang memberikan
tingkat keuntungan yang sama dengan risiko yang lebih rendah, atau dengan
risiko yang sama memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi.
Dari pengertian tersebut disimpulkan bahwa portofolio
efisien atau optimal itu, jika sekuritas-sekuritas tersebut memberikan
keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat risiko yang terjadi,
atau keuntungan investasi yang tinggi pada tingkat risiko investasi yang sama
pada sekuritas-sekuritas yang go public di pasar modal.
Negara Indonesia
adalah salah satu negara berkembang atau dunia ketiga dengan taraf perekonomian
yang sedang berkembang, karena itu pengaruh dan fluktuasi risiko serta peluang
untuk terjadi kegagalan investasi cukup besar, dan secara nasional kondisi ini
belum begitu stabil dan sewaktu-waktu bisa terjadi guncangan yang bisa menjadi
dua kemungkinan, kemungkinan pertama : investor bisa meraup keuntungan
terbesar, sedangkan kemungkinan. kedua : dimana investor bisa terjadi
kerugian yang cukup besar pula.
Fenomena tersebut
bukan hal yang asing dalam dunia bisnis investasi saham, karena pihak investor
telah melakukan analisis situasi (tindakan antisipatif) dan mempertimbangkan
jumlah saham (portofolio) yang akan ditanamkan kepada perusahaan-perusahaan
tersebut.
Sebagai lembaga yang
menampung berbagai kepentingan yaitu kepentingan pihak yang membutuhkan dana
dengan pihak yang berkelebihan dana, maka pasar modal memegang peranan penting
dalam mengembangkan dan melancarkan aliran dana dalam rangka memajukan
perekonomian suatu negara, dalam pasar modal sendiri diperdagangkan berbagai
instrumen keuangan berupa saham, obligasi, dan lain-lainnya.
Keberadaan pasar
modal sebagai lembaga intermediate antara kedua pihak yang saling
membutuhkan satu sama lain dalam hal ini pihak-pihak yang membutuhkan (borrowers)
dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana (lender). Menurut Husnan
(2001:3) pasar modal didefinisikan secara formal sebagai pasar berbagai
instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan.
Baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah,
public authorities, maupun perusahaan swasta.
Dari pengertian
tersebut dapat diketahui bahwa pasar modal mempunyai elemen penting yang
terdapat didalamnya yang sewaktu-waktu bisa diperjualbelikan dengan bebas
sesuai keinginan dan kesepakatan dari kedua belah pihak. Karena itulah,
transaksi (cash flow) lebih cepat, bagi perusahaan yang segera
membutuhkan dana, bisa dipenuhi dengan cepat dan efektif lewat transaksi saham
dipasar modal.
Dengan demikian,
karena berbagai pihak bisa dengan mudah bertransaksi dipasar modal, baik dari
pihak investor dalam negeri maupun para investor internasional, baik yang
bersifat kelompok (institusional) maupun individual yang ingin menanamkan
modalnya. Oleh karena itu, tidak bisa dipungkiri maka terjadilah persaingan
yang ketat, yang mendorong semua pihak mempertimbangkan segala kemungkinan yang
akan terjadi, misalnya risiko yang ditanggung dan keuntungan yang diharapkan,
dimana investor selalu menginginkan keuntungan atau return yang maksimal
dengan tingkat risiko tertentu karena investor selalu mengharapkan modal yang
ditanamkannya akan bertambah dengan cepat dalam waktu tertentu.
Perusahaan yang telah go public mendaftarkan
dirinya di BEI (Bursa Efek Indonesia) terdapat lebih dari 347 perusahaan yang
tersebar dalam sembilan sektor, Yang didasarkan pada klasifikasi industri, yaitu sektor (1) pertanian,
(2) pertambangan, (3) industri dasar dan kimia, (4) aneka industri, (5)
industri barang konsumsi, (6) properti dan real estat, (7) infrastruktur,
utilitas dan transportasi, (8) keuangan, dan (9) perdagangan, jasa, dan
investasi. Perusahan-perusahaan
tersebut menawarkan sahamnya kepada publik atau masyarakat, dana ini kemudian
digunakan untuk kegiatan operasional bagi perusahaan-perusahaan tersebut. Pada penelitian ini difokuskan pada dua sektor
yaitu sektor properti dan real estate dan sektor infrastruktur, utilitas dan
transportasi. Alasan peneliti mengambil
kedua sektor ini adalah bahwa : Pertama, Indonesia adalah negara
berkembang, artinya bahwa kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan fisik
seperti pembangunan gedung-gedung, bendungan, irigasi, jembatan, akses jalan
raya, atau pembukaan pemukiman baru, atau masih membutuhkan tersedianya sarana
dan prasarana untuk menunjang aktivitas ekonomi dan kemajuan dalam bidang
lainnya dan lain sebagainya. Kedua, Indonesia adalah negara kepulauan
artinya diperlukan fasilitas yang memadai untuk menunjang kegiatan perdagangan
atau kegiatan perekonomian antara wilayah baik dalam satu pulau maupun antar
pulau, kelancaran dalam aktivitas ini bisa memacu peningkatan PDB (Produk
Domestik Bruto), dan sebagainya, atau dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
sehingga secara otomatis, pembangunan infrastruktur dan suprastruktur menjadi
sektor bisnis yang semakin kompetitif.
Industri
properti yang selalu menjadi indikator awal dari perekonomian yang memanas pun
tumbuh kencang mencapai 38,5 persen pada periode yang sama. Kredit konstruksi
yang antara lain berupa pembangunan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan
tumbuh sekitar 40 persen dari Rp 38,5 triliun pada Juli 2007 menjadi Rp 54
triliun pada Juli 2008.
Kredit pemilikan
rumah (KPR), kredit pemilikan apartemen (KPA), dan kredit pemilikan rumah toko
(ruko) atau rumah kantor (rukan) tumbuh 38 persen pada periode yang sama, dari
Rp 73,64 triliun menjadi Rp 101,45 triliun.
Rinciannya, 75,4
persen dengan KPR, 17,1 persen dengan tunai bertahap, dan 6,5 persen tunai
keras. Karena itulah, untuk menjaga kesinambungan kredit properti, ada baiknya
bank tidak jorjoran menyalurkan kredit hingga jauh melampaui target semula (sumber :(http://rumahtegal.com/home/Latest/Waspadai-Kredit-Macet-Properti.php)).
Geliat pasar
properti Indonesia tahun 2003 dan tahun-tahun mendatang yang ditunjukkan dengan
pembangunan mal, ruko, dan jenis properti lain, jelas merupakan berita
menggembirakan bagi para broker. Baik broker franchise maupun lokal,
patut mengantisipasinya dengan memperkuat armada dan jasa layanan.
Seperti
dikemukakan oleh Darmadi Darmawangsa, Marketing Director PT ERA Indonesia pasar sekunder yang cukup baik memberi kontribusi penjualan bagi
pihak ERA. ”Bisnis ini tetap merupakan bisnis yang sangat menjanjikan di tahun
mendatang, karena kebutuhan pokok manusia akan properti tidak pernah surut,”
katanya tegas (sumber :http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/properti/2003/0528/prop1.html).
Wakil Ketua REI
Sulsel Harris Hody mengatakan pertumbuhan konstruksi selama triwulan I 2008
cukup baik, meskipun berbagai pihak mulai khawatir terjadi perlambatan
permintaan properti akibat inflasi yang gerus daya beli
(sumber : http://web.bisnis.com/sektor-riil/properti/1id54404.html).
Dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan
infrastruktur PU 5 tahun kedepan (2005 – 2009), secara keseluruhan diperlukan
pendanaan sebesar Rp 225 trilyun. Dari jumlah tersebut, Rp 127 trilyun
disediakan oleh Pemerintah termasuk BLN, dan sebesar Rp 98 trilyun dari
investasi swasta (Sumber : http://g1s.org/opini/pembangunan-infrastruktur-692/).
Selanjutnya dalam
situs pribadinya Presiden Susilo Bambang Yudoyono mengatakan : “Sekarang kita
telah memulai kembali pembangunan, lebih intensif lagi untuk membangun
infrastruktur di seluruh tanah air. Untuk mewujudkan rencana pembangunan
berbasis infratruktur itu, pemerintah telah menawarkan sepuluh model proyek
pembangunan senilai 4,4 miliar Dollar AS dan mempersiapkan 101 proyek lain
senilai 14,7 miliar Dollar AS. Proyek-proyek yang direncanakan pembangunannya
adalah pembangunan jalan tol, sarana penyediaan air bersih, pembangkit listrik,
perpipaan gas, prasarana transportasi dan telekomunikasi,”.
(sumber : http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2006/12/28/1424.html)
Berdasarkan data
tersebut diatas, adalah lahan garapan (prospek) dari kedua sektor ini masih
sangat kondusif dan masih dibutuhkan dalam proses pembangunan perekonomian
nasional kedepan, atau dengan kata lain keberadaan kedua sektor ini bisa
merepresentasikan kapasitas negara Indonesia sebagai negara besar, karena
itulah posisi kedua sektor tersebut sangat penting dan strategis.
Oleh karena itulah,
investor mempertimbangkan untuk menempatkan dananya kepada perusahaan atau
dalam saham perusahaan yang tepat dengan strategi melakukan diversifikasi pada
banyak perusahaan (saham), pihak investor akan menjelaskan dan mengidentifikasi
karakteristik keuangan dari perusahaan-perusahaan tersebut, dan secara tidak
langsung bahwa ia telah melakukan evaluasi dan analisis portofolio investasi
saham.
Penelitian yang berkaitan dengan portofolio optimal pada
saham-saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah banyak dilakukan. Suprayogi
(2004) menganalisis saham-saham LQ-45, menyimpulkan bahwa terdapat dua saham
yang memiliki tingkat return dengan low risk, yaitu saham
Bimantara Citra dan saham PT Telekomunikasi Indonesia. Astuti (2004),
menganalisis penentuan portofolio optimal, menyimpulkan bahwa portofolio optimal
memberikan return lebih baik
daripada portofolio non optimal, meskipun portofolio optimal memiliki risiko
lebih tinggi daripada portofolio optimal porsi dana portofolio optimal : yaitu
saham BMTR, BBCA, AALI, GJTL, SMGR, BHIT, return yang diharapkan dari
portofolio yaitu sebesar 0,0126 dengan tingkat risiko sebesar 0,0002. Putri
(2005) menganalisis tingkat portofolio, yang membuat studi kasus di LQ-45,
menyimpulkan bahwa adanya portofolio di LQ-45 dapat memiminalkan risiko dan
memaksimalkan return yang diperoleh. Fauziah (2005) menganalisis
portofolio : penelitiannya menunjukkan portofolio merupakan diversifikasi dari
beberapa saham atau efek yang memiliki tujuan untuk meminimalkan risiko dengan
tingkat keuntungan tertentu untuk mengoptimalkan penanaman modal dengan adanya
portofolio pada saham-saham perusahaan (PT Indosat, PT Info Asia Teknologi
Global, PT Telkom). Widiarwati (2005) menyimpulkan bahwa investasi yang bisa
menghasilkan portofolio optimal adalah KLBF, SMRA, CPBN. Sedangkan dalam penelitian Lestari (2004)
hasil dari penelitianya adalah portofolio optimal yang terbentuk pada LQ-45
adalah INTP, TINS, BBNI, DNKS, INKP, UNTR, SMCB.
Dari penelitian tersebut diatas, jarang sekali
menganalisis perbandingan portofolio optimal dengan rasio-rasio keuangan
(karakteristik keuangan perusahaan), dalam hal ini penelitian yang sedikit
membandingkan market performance dan karakteristik keuangan seperti yang diteliti oleh Namora (2006)
pada penelitian ini menyimpulkan perbadingan market
performance dan Sharpe’s measure antara kedua sektor perusahaan (sektor aneka industri
dengan sektor properti–real estate), yang diteliti tidak ada perbedaan. PER, PBV, dan DER dari perbandingan
antara kedua sektor tersebut tidak ada perbedaan. Untuk lebih jelas seperti
yang terdapat dalam tabel kajian penelitian terdahulu.
Penelitian yang dilakukan sekarang ini melakukan
perbandingan analisis penentuan portofolio optimal dengan karakteristik
keuangan perusahaan, penelitian ini memposisikan dari beberapa penelitian
tersebut diatas, walaupun sedikit lebih
mengacu pada penelitian Namora, yang melihat karakteristik keuangan perusahaan,
rasio-rasio keuangan perusahaan sebagai alat perbandingan analisisnya.
Atas dasar uraian dan
penjelasan tersebut diatas, maka penulis mengangkat judul penelitian ini yaitu
: “Perbandingan Analisis Penentuan
Portofolio Optimal dengan Karakteristik Keuangan Perusahaan (Studi pada Sektor
Properti dan Real Estate dan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di
BEI).
B.
RUMUSAN MASALAH
Dengan berlandaskan
pada uraian dari latar belakang penelitian diatas, maka adapun rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut :
1.
Sektor manakah yang
memiliki portofolio optimal (paling menguntungkan) antara kedua sektor
tersebut?
2.
Apakah ada perbedaan
antara portofolio yang diukur dengan PER, PBV, dan DER antara sektor properti
dan real estate dan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi?
3.
Apakah ada perbedaan
karakteristik keuangan perusahaan yang diukur dengan PER, PBV, dan DER sektor
properti dan real estate dan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi?
4.
Bagaimanakah pengaruh
karakteristik keuangan perusahaan, yang diukur dengan PER, PBV, dan DER
terhadap portofolio sektor properti dan real estate dan sektor infrastruktur,
utilitas dan transportasi?
C.
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan dari
rumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan yang akan dicapai adalah sebagai
berikut :
- Untuk mengetahui sektor mana yang memiliki portofolio optimal (paling menguntungkan).
- Untuk menjelaskan apakah terdapat perbedaan antara portofolio yang diukur dengan PER, PBV, dan DER antara sektor properti dan real estate dan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi.
- Untuk menjelaskan apakah terdapat perbedaan karakteristik keuangan perusahaan yang diukur dengan PER, PBV, dan DER antara sektor properti dan real estate dan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi.
- Untuk menunjukkan pengaruh karakteristik keuangan perusahaan, yang diukur dengan PER, PBV, dan DER terhadap portofolio investasi antara sektor properti dan real estate dan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi.
D.
BATASAN PENELITIAN
Pada penelitian ini, kami membatasi pada penentuan
portofolio investasi saham yaitu pada periode Maret 2006-April 2007, dan
karakteristik keuangan perusahaan yaitu pada laporan keuangan per 31 Desember
2005, sesuai dengan grand masalah yang diteliti yaitu pada beberapa
emiten yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sektor sektor
properti dan real estate dan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi.
Sedangkan karakteristik keuangan dari beberapa emiten tersebut, dibatasi tiga
rasio : PER, PBV, dan DER. Selanjutnya untuk menimimalisir dan menfokuskan
penelitian ini, pada teori portofolio
dan teori rasio keuangan perusahaan sebagai dasar analisinya, selain teori-teori
itu kami anggap sebagai teori penunjang, dan agar tidak terlalu melebar.
E.
MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari
penelitian ini adalah sebagai berikurt :
- Bagi Mahasiswa
Pada penelitian kali
ini, diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah khazanah
keintelektualitas dan wawasan bagi pengembangan keilmuan sebagai suatu bentuk
mensyukuri nikmat Tuhan.
- Bagi Perusahaan
Hasil dari penelitian
ini, diharapkan bisa menjadi pertimbangan dalam menentukan kebijakan keuangan
dan kebijakan ekspansi serta guna menentukan kebijakan menajemen lainnya
terutama yang terkait dengan arah kegiatan investasi saham perusahaan.
- Bagi Investor
Penelitian ini
diharapkan menjadi entry point dalam menentukan kebijakan portofolio
investasi dan mengetahui kinerja pada saham-saham tertentu.
- Bagi Peneliti lainnya
a) Dalam penelitian ini terdapat kekurangan, terutama dari
segi variabel yang digunakan, komposisi saham, dan jangka waktu, namun pada
penelitian ini diharapkan dapat menjadi perbandingan dan pertimbangan penting
lainnya terutama dalam membantu memecahkan persoalan yang sama.
b) Sebagai bahan bacaan yang bermanfaat bagi yang
memerlukannya sehingga dapat menambah pengetahuan.
KLIK INI UNTUK MEMBACA SELENGKAPNYA
0 Komentar