BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG PENELITIAN
Dalam era globalisasi sekarang ini
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan modal dasar pembangunan nasional, oleh
karena itu maka kualitas SDM senantiasa harus dikembangkan dan diarahkan agar
bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam mewujudkan misi dan visi perusahaan
maka organisasi dapat memanfaatkan sumber daya manusia yang dimilikinya
seoptimal mungkin, supaya dapat memberikan ‘added value’ bagi organisasi
tersebut. Oleh karena itu untuk mewujudkannya, diperlukan SDM yang
terampil dan handal di bidangnya (Mathis: 2004). Salah satu cara untuk
mengembangkan sumber daya manusia dalam perusahaan yaitu dengan jalan
meningkatkan kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan.
Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat dan keadaan perekonomian duniapun dapat berubah dengan intensitas yang cukup tinggi, di mana hal ini baik secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi keadaan dan eksistensi sebuah perusahaan. Pimpinan perusahaan harus mengikuti perkembangan zaman dan perubahan yang terjadi pada segala aspek di lingkungan perusahaan sehingga mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya. Di samping itu pihak manajemen perusahaan harus mampu mengindikasikan dengan akurat kompetisi yang terjadi di pasar dan bagaimana strategi yang harus diterapkan oleh perusahaan untuk memenangkan persaingan tersebut. Maka dari itu pentingnya untuk selalu membawa emosi yang menyenangkan ke tempat kerja. emosi menjadi penting karena ekspresi emosi yang tepat terbukti bisa melenyapkan sters pekerjaan. Bahwasannya karyawan yang berkemampuan tinggi dalam mengelolah emosi ternyata jauh lebih cepat mendapatkan promosi dan kesempatan pengembangan karir dibandingkan rekan-rekannya yang memiiki kemampuan teknis semata (Martin:2003)
Manusia
adalah makhluk yang paling cerdas, dan Tuhan, melengkapi manusia dengan
komponen kecerdasan yang paling komplek. Sejumlah temuan para ahli mengarah
pada fakta bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan paling unggul, dan akan
menjadi unggul asalkan bisa menggunakan keunggulannya. Salah satunya adalah
kemampuan untuk memahami dan mengelolah hubungan manusia yang dikatan menjadi
akar istilah Kecerdasan Emosional (Could:1994). Manusia juga sebagai aset
penting dalam organisasi menjadi penentu organisasi di masa yang akan datang.
Pembekalan kompetensi menjadi sangat penting demi bertahannya organisasi
tersebut. Seyogyanya pembekalan ini menyentuh pada aspek manusia dan aspek
teknis. Sayangnya, masih ada perusahaan yang terkadang hanya membekali
karyawannya sebatas kompetensi secara teknis. Sedangkan kompetensi sosial
dipengaruhi oleh kecerdasan emosi. Sesungguhnya manusia diberi potensi emosi
yang bisa mendorong dirinya ke perbuatan jelek maupun baik. Maka yang terbaik
adalah mengendalikan dan mengarahkannya agar ia menjadi motivator ke arah yang
lebih baik. Jika seseorang sanggup berbuat yang demikian,maka berarti ia
memiliki kecerdasan emosi yang baik (Abdullah, 2005: 147).
Kecerdasan
merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada manusia dan
menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk
lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan dan
meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir
dan belajar secara terus menerus. Sesungguhnya kecerdasan itu, sebenarnya
hingga saat ini para ahli pun tampaknya masih mengalami kesulitan untuk mencari
rumusan yang komprehensif tentang kecerdasan. Dalam hal ini, Chaplin (1975)
memberikan pengertian kecerdasan sebagai kemampuan
menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.
Sementara itu, Woolfolk (1975) mengemukan bahwa menurut teori lama, kecerdasan
meliputi tiga pengertian, yaitu
: (1) kemampuan untuk belajar; (2) keseluruhan pengetahuan yang diperoleh; dan (3) kemampuan untuk beradaptasi
dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya.
Sebagai
pribadi, salah satu tugas besar kita dalam hidup ini adalah
berusaha mengembangkan segenap potensi (fitrah) kemanusiaan yang kita miliki,
melalui upaya belajar learning
to live together (EQ), serta berusaha untuk memperbaiki kualitas
diri-pribadi secara terus-menerus, hingga pada akhirnya dapat diperoleh
aktualisasi diri dan prestasi hidup yang sesungguhnya (real achievement). Nilai
mendasar yang mau dikembangkan dengan menampilkan EQ dalam dunia kerja adalah
implikasinya terhadap penyelenggaraan pelatihan-pelatihan. Dengan memperhatikan
bahwa EQ berperan aktif bagi kesuksesan seseorang dalam bekerja maka organisasi
perlu melakukan pelatihan-pelatihan EQ. ”EQ mempengaruhi semua aspek yang
berhubungan dengan pekerjaan . bahkan ketika anda bekerja seoarang diri,
keberhasilan anda akan sangat tergantung pada seberapa besar tingkat
kedisiplinan dan motivasi anda sendiri.
Goleman
(1999), salah seorang yang mempopulerkan jenis kecerdasan manusia lainnya yang
dianggap sebagai faktor penting yang dapat mempengaruhi terhadap prestasi
seseorang, yakni Kecerdasan
Emosional, yang kemudian kita mengenalnya dengan sebutan Emotional Quotient (EQ).
Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosi merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan
perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola
emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Daniel Golmen dalam bukunya “Emotional Intelligence”(1995), juga mengatakan
bahwa untuk mencapai kesuksesan dalam pekerjaan dibutuhkan bukan hanya
“cognitive intelligence” tetapi juga “emotional intelligence”. Bahwasannya
kecerdasan emosional (EQ) adalah untuk mengendalikan ha-hal negative seperti
kemarahan dan keragu-raguan atau rasa kurang percaya diri dan kemampuan untuk
memusatkan perhatian pada hal-hal positif seperti rasa percaya diri dan keharmonisan dengan orang-orang
disekeliling. Berkembangnya pemikiran tentang kecerdasan emosional (EQ)
menjadikan rumusan dan makna tentang kecerdasan semakin lebih luas.
Tanpa
adanya pengendalian atau kematangan emosi (EQ) dan keyakinan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa (keimanan dan ketakwaan). Sangat sulit bagi seorang karyawan
untuk dapat bertahan dalam menghadapi tekanan frustasi, stress, menyelesaikan
konflik yang sudah menjadi bagian atau resiko profesi, dan memikul tanggung jawab.
Serta untuk tidak menyalahgunakan kemampuan dan keahlian yang merupakan amanah
yang dimilikinya kepada jalan yang tidak dibenarkan. Sehingga akan berpengaruh
terhadap hasil kinerja mereka (mutu dan kualitas audit) atau terjadinya
penyimpangan-penyimpangan, kecurangan dan manipulasi terhadap tugas yang
diberikan. Karena seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik akan
mampu untuk mengetahui serta menangani perasaan mereka dengan baik, mampu untuk
menghadapi perasaan orang lain dengan efektif. Selain itu juga seseorang
karyawan yang memiliki pemahaman atau kecerdasan emosi dan tingkat religiusitas
yang tinggi akan mampu bertindak atau berperilaku dengan etis dalam profesi dan
organisasi (Ludigdo dan Maryani,2001).
Karena
itulah perlu adanya perubahan akan makna dalam sistem pendidikan kita, dalam
menyikapi makin beratnya tantangan di era globalisasi dan dalam rangka
membentuk pribadi yang berkualitas dan memiliki etos kerja yang tinggi.
Sehingga peran lembaga pendidikan termasuk perguruan tinggi sebagai pencetak
Sumber Daya Manusia dalam perusahaan (koprasi kartika candra) diharapkan mampu
mengangkat nilai-nilai: kejujuran, komitmen, amanah, integritas, bertanggung
jawab, keyakinaan terhadap sifat-sifat Tuhan YME dan keteguhan hati merupakan bagian
pengajaran yang diberikan kepada para calon auditor (mahasiswa) (Ludigdo,
2004).
Tahun
1986 dengan persetujuan Menteri Koperasi yang masih dijabat oleh Bapak Bustanul
Arifin, SH bahwa Koperasi Wanita Kartika Candra merupakan koperasi wanita nomer
2 (dua) di Jawa Timur. Dan sebagai salah satu koperasi yang tumbuh dan
berkembang dari bawah (Bottom up) segala kegiatannya selalu berorentasi kepada
kepentingan dan pemenuhan kebutuhan anggota. Saat ini usaha yang dikelola oleh
Kartika Candra adalah unit simpan pinjam, unit pertokoan, unit persewaan alat
pesta dan mobil serta unit wartel. Semua usaha ini telah dikelola olah
tangan-tangan yang profesional sesuai dengan bidangnya. Sehingga setiap unit,
omsetnya selalu mengalami kenaikan. Dan koperasi ini mempunyai beberapa cabang
sewilayah Kabupaten Pasuruan. Namun saat ini baru meliputi 10 kecamatan di
Pasuruan yaitu, Kec Pandaan, Kec Gempol, Kec Prigen, Kec Sukorejo, Kec Beji,
Kec Bangil, Kec Purwosari, Kec Purwodadi, Kec Wonorejo dan Kecamatan Kota
Pasuruan. Bahkan, koperasi ini juga berhasil mengelola usaha supermarket yang
begitu besar dan manajemennya tidak kalah dengan retail-retail swasta besar
lainnya.
Kecerdasan emosional (EQ) terdapat adanya
beberapa komnponen yakni; kesadaran diri atau mengenali emosi diri sendiri, pengaturan dan
mengelolah Emosi Diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain,
membina hubungan denagn orang lain atau ketrampilan social. Oleh karena itu
apabila kecerdasan emosional (EQ) diterapkan dalam koperasi kartika candra maka
akan mudahnya mencapai segala tujuan yang berhubungan dengan koperasi tersebut.
Karena didalam pekerjaan bukan kecerdasan intelektual saja yang harus
diterapkan tetapi kecerdasan emosional (EQ) juga harus diterapkan.
Dengan
adanya kecerdasan emosional dapat menghasilkan kualitas produk yang baik bagi
perusahaan. Demikian juga dengan pengukuran kecerdasan emosi terhadap tingkat
kinerja karyawan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki untuk menghasilkan output tertentu, sehingga dapat diketahui
kualitas dan kuantitas kerja karyawan (kinerja) dalam perusahaan.
Penjelasan
tersebut secara langsung mengindikasikan dan membuktikan kepada kita semua,
bahwa para karyawan khususnya auditor (mahasiswa) di Indonesia dalam abad 21
perlu untuk mengembangkan aspek atau berbagai keterampilan dan keahlian khusus
dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya yang semakin komplek, termasuk
didalamnya: dalam tingkat kinerja karywan, keterampilan atau keahlian profesi,
kecerdasan emosional (Emotional
Quotient) dan kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient).
Bertumpu pada beberapa ulasan, maka peneliti tertarik untuk mengetahui
sejauh mana pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan. Dan
peneliti menentukan judul yang sesuai dengan penelitian ini:”Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ)
Terhadap Kinerja karyawan pada Koperasi Wanita kartika Candra Pandaan Pasuruan”
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang,
maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah variabel kecerdasan emosional berpengaruh signifikan
secara simultan terhadap kinerja
karyawan?
2. Apakah variabel kecerdasan emosional berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap kinerja karyawan?
3. Variabel
kecerdasan emosional manakah, yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja
karyawan?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana terurai diatas
maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui apakah variabel kecerdasan emosional
berpengaruh signifikan secara simultan
terhadap kinerja karyawan.
2.
Untuk mengetahui apakah variabel kecerdasan emosional
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja karyawan.
3.
Untuk mengetahui variabel kecerdasan emosional manakah,
yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
D.
BATASAN MASALAH
Untuk lebih
mengarahkan pembahasan terhadap permasalahan yang akan dikaji, maka penelitian
ini hanya dibatasi pada faktor-faktor yang berhubungan dengan kecerdasan, yakni
kecerdasan emosional (EQ). Beserta indikator-indikator pelengkapnya yang
berlandaskan pada teori Daniel Dolemen, yang meliputi:
1. Kemampuan untuk bisa
mengenali emosi diri sendiri atau kesadaran
: kesadaran atau mengenali terhadap emosi diri, penilaian diri secara
teliti, percaya diri.
2. Mengelolah dan
mengespresikan emosi diri dengan tepat : kendali diri, sifat dapat dipercaya,
kewaspadaan, adaptabilitas, inovasi.
3. Motivasi diri sendiri :
dorongan prestasi, komitmen terhadap kelompok, kemampuan berinisiatif,
optimisme.
4. Mengenali emosi orang lain :
memahami kepentingan orang lain, orentasi pelayanan, mengatasi keragaman,
kesadaran politis.
5. Membina hubungan dengan
orang lain : kemampuan mempengaruhi, kemampuan berkomunikasi, kepemimpinan,
katalisator perubahan, manajemen konflik,
pengikat jaringan kerja, kolaborasi dan koperasi, kemapuan tim.
Sedangkan untuk variabel
kinerja menggunakan teori Mangkunegara, yang meliputi:
1. Kuantitas kerja dengan
indikator : penetapan target, berusaha memenuhi target.
2. Kualitas kerja dengan
indikator : mengerjakan tugas dengan teliti, memperhatikan mutu pekerjaan
sesuai petunjuk pimpinan.
E. MANFAAT
PENELITIAN
1. Memberikan
masukan bagi dunia akademis khususnya dalam bidang ekonomi manajemen dalam
mengetrapkan dan mendiskusikan mengenai pentingnya kecerdasan emosional bagi
para mahasiswa, sebagai calon penerus menciptakan ekonomi yang lebih maju
dimasa yang akan datang, serta dalam menyikapi semakin beratnya tugas dan
tanggung jawab mereka dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Memberikan
masukan bagi unit koperasi kartika candra agar dapat lebih meningkatkan
kemampuan karyawan / anggota dalam melaksanakan tugas dengan lebih memberikan
perhatian dan pelatihan terkait dengan pengembangan kecerdasan emosional
sehingga mereka bekerja dengan optimal, berintegritas dan bertanggung jawab.
3. Memberi informasi bagi kelompok responden mengenai
pentingnya kecerdasaan emosional, sehingga mereka dapat mengembangkan dan
melatih kecerdasan emosional secara mandiri sebagai bekal dalam menghadapi
dunia kerja, dan mampu bersaing dengan para auditor dari luar negeri.
4. Skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan
bagi riset-riset selanjutnya terkait dengan penelitian kecerdasan emosional
yang lebih sempurna dan komperehensif.

KAJIAN
PUSTAKA
A.
Penelitian Terdahulu
Adapun yang mejadi
landasan penelitian terdahulu dalam
penelitian ini adalah sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan dibawa ini, yakni oleh:
Candra (2003)
tentang Analisa Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Semangat Kerja karyawan.
jenis penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian deskriptif kausal,
pengukuran kecerdasan emosional dan semangat kerja karyawan menggunakan
instrumen kuesioner, analisa data yang
digunakan adalah analisa korelasi dan regrsi berganda dengan menggunakan
tingkat signifikan 0,1. Dari hasil penelitian dan pengolahan data, diperoleh
harga koefesien korelasi berganda antara varabel bebas dan terikat adalah
sebesar 0,883. Angka ini menunjukkan bahwa variabel bebas memiliki hubungan
positif dan tingkat keeratan yang tinggi dengan variabel terikat.
|
Sufnawan (2007)
tentang Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Spritual Auditor Terhadap Kinerja Auditor Dalam Kantor Akuntan
Publik. Pengukuran kecerdasan emosional dan kinerja menggunakan
instrumen kuisioner yang di adopsi dari Cooper dan Sawaf (1998), sedangkan
untuk pengukuran kecerdasan spiritual menggunakan instrumen yang diadopsi dari
Khavari (2000). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Regresi Berganda, uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emsional
dan spiritual auditor secara bersama-sama terhadap kinerja auditor, dan uji t
digunakan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional dan spiritual auditor
secara terpisah terhadap kinerja auditor. Hasil analisis meunujukkan bahwa
kecerdasan emosional dan spiritual auditor berpengaruh signifikan terhadap
kinerja auditor baik secara bersama-sama ataupun secara terpisah. Akan tetapi kecerdasan
spiritual kontribsi dan pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja auditor
dibandingkan dengan kecerdasan emosional audior (beta o,744 > beta o,251)
berdasarkan hasil analisis juga menunjukan pengaruh yang sangat besar dalam
mendorong kinerja optimal auditor yaitu: 76,8%(R Square=0,768). Besarnya
pengaruh tersebut, dapat disebabkan, dalam tempat kerja selain permasalahan
tekhnis pekerjaan, juga banyak terdapat permasalahan yang menyangkut konflik
dan dilemma etis, dan berbagai ragam persolaan yang terkait dengan kondisi
mental kejiwaan auditor. Sehingga dalam menyelesaikan permasalahan tersebut
diatas harus lebih banyak dengan memakai pendekatan kecerdasan emosional dan
spiritual dari pada keahlian intelektual, karena permasalahan tersebut tidak dapat
di atasi hanya dengan kecerdasan intelektual auditor semata.
Wardhana (2003) Tentang Pengaruh Kecerdasan Emosi Terhadap Kinerja perawat
di Rumah Sakit Daerah Kepanjen Malang. Penelitian ini menggunakan metode
eksplanatori dengan pendekatan kuantitatif dan pengumpulan datanya dengan
metode kuesioner, juga menggunakan nalisis regesi berganda yang menunjukan
besarnya koefisien dan pengaruhnya variabel bebas terhadap variabel terikat,
juga menggunakan Uji F dan Uji t. Dari hasil perhitungan yang didapat adalah Fhitung>Ftabel
sebesar (582,042 > 4,39) dan untuk thitung {X1 (115,624),
X2 (110,842), X3 (114,508), X4 (106,156), X5(110,917)
} >ttabel (1,960).
KLIK INI UNTUK MEMBACA SELENGKAPNYA
0 Komentar